• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Tahap Pengembangan (Developed)

F. Teknik Analisis Data

3. Hasil Tahap Pengembangan (Developed)

a. Tahap Validasi Modul Pembelajaran Fisika Berorientasi DBL Berdasarkan rumusan masalah penelitian “Bagaimana validitas modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik sebagai sumber belajar ? “ sudah terjawab. Berdasarkan deskripsi hasil validasi modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik oleh validator, hasil validitas menunjukkan bahwa modul berorientasi DBL untu meningkatkan HOTS peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke sudah valid dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan persentase setiap aspek berkisar antara 88,9% -91,7%. Hasil ini merupakan hasil analisis validator terhadap modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik yang telah peneliti rancang, dengan melakukan revisi-revisi berdasarkan saran yang telah diberikan oleh validator.

Modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke sudah valid berdasarkan penilaian dari validator sebagai berikut :

1) Isi modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik yang dirancang telah sesuai dengan kurikulum yang digunakan, sudah sesuai dengan silabus yang digunakan, permasalahan yang didajikan dalam modul sesuai dengan materi, kesesuaian tujuan pembelajaran dan materi disajikan dengan modul berorientasi DBL serta langkah kerja (kegiatan) yang terdapat dalam modul dapat

mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan menemukan secara mandiri konsep yang dipelajari sehingga dapat menunjang konsep peserta didik dalam memahami materi pelajaran.

2) Penyajian modul berorientasi DBL yang dirancang sudah memiliki identitas (judul materi), cover, kata pengantar, daftar isi, petunjuk belajar, kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian lembar kegiatan yang disusun menggunakan langkah-langkah DBL. Kemudian penjabaran materi yang didalamnya berisi materi ajar dan contoh soal yang memiliki tingkatan MOTS dan HOTS. Kemudian juga memiliki soal latihan, dan evaluasi lengkap dengan pembahasannya. Desain modul yang dirancang dapat menimbulkan daya tarik pembaca baik dari segi warna, jenis tulisan dan ukuran hurufnya dan ketertarikan peserta didik dapat meningkatkan HOTS peserta didik . 3) Bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah bahasa yang

baik dan benar serta penggunaan bentuk dan huruf yang sesuai sehingga mudah dipahami oleh peserta didik dan disampaikan secara interaktif dan komunikatif. Modul berorientasi DBL yang dirancang sudah memiliki ukuran fisik modul, desain sampul modul sudah didesain semenarik mungkin, dan tulisan yang ada dalam modul sudah jelas dan mudah dibaca.

Tujuan yang diharapkan dari modul berorientasi DBL sudah tercapai karena telah menghasilkan modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik yang valid. Sebagaimana validasi menunjukkan bahwa modul berorientasi DBL untuk setiap aspek berkisar 87,5% - 91,7% sudah valid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarno, Widha Sunarno, dan Sarwanto (2015:88) hasil penelitian menunjukkan kualitas modul hasil pengembangan untuk kelayakan isi 91,3%, penyajian 94,0%, bahasa 91,3%, kegrafikan 92,6%, pendekatan 88,4%, dan keterpaduan 91,3%, jadi termasuk dalam kategori sangat baik.

b. Hasil Praktikalitas Modul Pembelajaran Fisika Berorientasi DBL Berdasarkan rumusan masalah penelitian “bagaimana praktikalitas dari modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik sebagai sumber belajar ? “ sudah terjawab. Berdasarkan hasil dari angket respon peserta didik yang disebarkan kepada seluruh peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA N 7 Sijunjung dan angket respon guru. Hasil angket respon praktikalitas yang diberikan kepada peserta didik yang diisi oleh 30 orang peserta didik memiliki persentase 81,67 % dengan kriteria sangat praktis. Sedangkan hasil angket respon yang diberika kepada guru memiliki persentase 93% dengan kriteria sangat praktis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunarno, Widha sunarno, dan Sarwanto (2015:88) respon peserta didik terhadap modul IPA terpadu berbasis HOTS dari 10 orang peserta didik hasil angket dengan skor 95,4 % dengan kategori sangat praktis.

Dari hasil analisis praktikalitas yang dilakukan modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik dinyatakan sangat praktis dan dapat digunakan dalam pembelajaran. Pengolahan praktikalitas modul berorietasi DBL dapat dilihat pada lampiran XII dan lampiran XVII.

Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul berorientasi DBL, diperoleh bahwa :

1) Modul berorientasi DBL memiliki desain yang menarik, baik dari tampilan, tulisan, huruf, bahasa yang digunakan maupun dari bentuk tata letaknya, karena dapat menarik perhatian peserta didik untuk membaca modul berorientasi DBL.

2) Modul berorientasi DBL memiliki tampilan menarik, gambar yang jelas, bahasa yang digunakan dalam modul mudah dipahami dan menimbulkan motivasi peserta didik dalam mempelajari pelajaran.

3) Penyajian materi, contoh soal, dan latihan dalam modul berorientasi DBL memudahkan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi elastisitas dan hukum hooke.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis angket respon guru terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul berorientasi DBL, diperoleh bahwa :

1) Modul berorientasi DBL memiliki desain dan tampilan yang menarik, baik dari segi tulisan, huruf, gambar yang jelas, bahasa yang digunakan maupun dari bentuk dan tata letaknya.

2) Modul berorientasi DBL memuat 6 tatahapan model pembelajaran DBL yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar peserta didik , dan HOTS peserta didik.

4) Penyajian materi, contoh soal, dan latihan dalam modul berorientasi DBL memudahkan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi elastisitas dan hukum hooke.

Deskripsi praktikalitas menunjukkan bahwa modul berorientasi DBL yang dirancang sudah praktis berdasarkan angket yang diberikan pada peserta didik dan guru.

c. Hasil Efektivitas Modul Pembelajaran Fisika Berorientasi DBL Berdasarkan rumusan penelitian “bagaimana efektivitas penggunaan modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik sebagai sumber belajar ? sudah terjawab. Keefektivan modul yang dikembangkan dapat dilihat dari nilai peserta didik , sejauh mana peserta didik memahami materi pelajaran dengan bantuan modul fisika berorientasi discovery based learning ini. Berdasarkan hasil tes peserta didik dan analisis efektivitas yang telah dilakukan, modul berorientasi DBL dinyatakan efektif dan dapat digunakan dalam pembelajaran. Peningkatan HOTS peserta didik diperoleh berdasarkan hasil tes yang dilakukan sebelum dan setelah peserta didik menggunakan modul berorientasi DBL. Dimana hasil yang diperoleh

dari pretest dan postest yang dilakukan, dari hasil analisis pretest dan postest mengalami peningkatan setelah dilakukan perhitungan menggunakan n-gain dengan nilai 0,73 dimana peningkatan hasil belajar peserta didik dalam kategori tinggi.

Dengan nilai n-gain 0,73 tersebut masuk ke dalam kategori tinggi. Ini berarti dengan menggunakan modul berorientasi DBL baik digunakan untuk meningkatkan HOTS. Dimana setelah dianalisis masing-masing indikator HOTS terjadi peningkatan hasil belajar. Pada indikator menganalisis terjadi peningkatan 0,63 % dengan kategori cukup efektif, tahap mengevaluasi 0,84 % dengan kategori efektif, dan pada indikator mencipta 0,73 % dengan kategori efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Masrurotul Wafiroh, dkk (2017:102) hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik memperlihatkan peningkatan sedang terlihat dari rata-rata N-Gain yang didapat yaitu sebesar 0,67. Sehingga modul berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena dalam modul yang dikembangkan oleh peneliti, memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1) Modul yang disusun memiliki contoh soal yang mempunyai tingkatan kognitif C3 dan C4, sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami soal evaluasi yang ada dalam modul.

2) Modul yang disusun mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep sendiri

3) Materi yang disajikan dalam modul dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga peserta didik bisa lebih mudah memahami konsep tentang elastisitas dan hukum hooke.

4) Penyajian materi dalam modul dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik .

99

meningkatkan HOTS peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke kelas XI SMA/MA yang valid, praktis, dan efektif. Modul fisika berorientasi discovery based learning memperoleh hasil validasi dengan persentase 90,4 % dengan kriteria sangat valid. Pada tahap praktikalitas modul fisika berorientasi discovery based learning ini tergolong sangat praktis dengan persentase 93% dari angket respon guru, sedangkan dari angket respon peserta didik memperoleh persentase 81,67%. Sedangkan pada tahap efektivitas memperoleh hasil efektif untuk peningkatan hasil belajar dengan Ngain= 0,73. Sedangkan untuk peningkatan HOTS masing-masing indikator memperoleh persentase; 1) indikator menganalisis memperoleh peningkatan dengan Ngain= 0,63; 2) indikator mengevaluasi memperoleh peningkatan dengan Ngain= 0,84; 3) indikator mencipta memperoleh peningkatan dengan Ngain= 0,73. Dengan demikian, modul fisika berrientasi discovery based learning untuk meningkatkan HOTS peserta didik ini selanjutnya dapat digunakan dalam proses pembelajaran fisika di sekolah.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimplan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Modul fisika berorientasi DBL yang telah valid, dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi guru mata pelajaran fisika di kelas XI MIPA untuk menunjang pemahaman konsep peserta didik.

2. Modul fisika berorientasi DBL untuk meningkatkan HOTS yang telah peneliti kembangkan dapat dijadikan modal bagi guru didalam mengembangkan modul pembelajaran untuk materi yang lain.

3. Penelitian ini hanya membahas satu pokok bahasan saja yaitu elastisitas dan hukum hooke dilakukan uji coba pada satu kelas, sebaiknya untuk peneliti selanjutnya melakukan uji coba dalam skala besar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

4. Pada tahap praktikalitas penelitian ini, angket praktikalitas hanya diisi oleh satu orang guru saja, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya angket praktikalitas harus diisi oleh 2 orang guru atau lebih.

C. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, modul fisika berorientai DBL untuk meningkatkan HOTS peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke untuk kelas XI SMA/MA yang praktis dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran terkhusus pada materi elastisitas dan hukum hooke.

Achmad, Fanani. 2018. Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS ( Higher Order Thinking Skill) di Sekolah Dasar Kelas V. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P- ISSN 2086–7433 E–ISSN 2549 –5801

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta Pusat: Direktorat jenderal pendidikan islam

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, Azar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta : Pt. Raja Grafindo

Dwiantara, Gede Ardi. 2016. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Open Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 4 No. 1

Eka dan Asih. 2014. Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta:PT Bumi Aksara

Fanani, Moh Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Kurikulum 2013. IAIN Kediri Vol.II, No.1

Fatmawati, Yuneni, dkk. 2017. Pemgenbangan modul IPA fisika berbasis discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir ringkat tinggi siswa kelas VIII SMP negeri 1 Puhpelem. Universitas PGRI Madiun. ISSN 2527-6670. Madiun

Hardiono dan Nuor Aini dalam jurnal No. 2 Oktober 2016 dengan p-ISSN:2407-2311 dan e-ISSN:2527-7634 ”penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-d SMPN 2 kamal materi cahaya” jurnal pena sains vol. 3.

Herlanti, Yanti. 2014. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta : Universitas Syarif Hidayatulah

Istiana, Galuh Erika. dkk. Dalam Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), No. 2 2015. dengan ISSN 2337-9995 Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan Penyangga pada Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2013/2014. Vol.4

HOTS terhada Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP. Vol. 1 Kemendikbud. 2014. Materi pelatihan implementasi kurikulum 2013. Jakarta

Mariza dan Derlina dalam jurnal No. 2, Mai 2015 “pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor” jurnal Infafi dengan Vol. 3.

Mulyadi. 2014. Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN Maliki Press

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Permendikbud. 2016. Kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelejaran pada kurikulum 2013. Jakarta

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif . Yogyakarta Diva Press

Pratama, Nuris Septa dan Istioyo, Edi. 2010. Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada kelas X di SMA kota Yogyakarta. Jurnal Prosiding Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika 6(1): 104-105.

Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Dan Peneliti Pemula. Jakarta : Alfabeta

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalise Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Sabri, ahmad. 2010. Strategi belajar mengajar dan micro teaching. Ciputat. Quantum teaching.

Salmina, Mik dan Fadlillah Adyansyah. 2017. Analisis Kualitas Soal Ujian Matematika Semester Genap kelas XI SMA Inshafuddin Kota Banda Aceh. ISSN 2355-0074 Volume 4 Nomor 1

Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuliataif dan Kuantitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT Bumi Aksara

Supardi. 2013. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Serang: Diadit Media

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Waviroh, Masrurotul, dkk. 2017. Dalam jurnal Pengembangan modul pembelajaran

berbasis inquiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Universitas PGRI Madiun. ISSN 2557-6670. Madiun

Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Winarno, dkk. Dalam jurnal inkuiri No.1 2015. dengan ISSN: 2252-7893 Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada tema energy. Vol 4

Dokumen terkait