• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

NERACA AKTIVITAS PRODUKS

4.2. Distribusi Pendapatan

Dalam suatu studi distribusi pendapatan adalah penting sekali untuk memahami terlebih dahulu mengenai pendapatan. Kita perlu memilih konsep pendapatan yang secara teoritis dapat diterima, dan dapat diterapkan secara praktis. Ilmu ekonomi mikro dan makro telah banyak mengupas konsep-konsep

dasar mengenai pendapatan, baik itu pendapatan individu, pendapatan perusahaan, hingga pendapatan pemerintah. Bagaimana ketiga pendapatan itu terjadi, dapat kita telusuri melalui arus perputaran kegiatan ekonomi (circulair flow of economic activity) yang disajikan dalam Gambar 17.

Pada Gambar tersebut secara lengkap, meskipun sederhana , menunjukkan bagaimana arus perputaran pendapatan itu terjadi dalam suatu perekonomian. Rumah tangga menerima pendapatan dari perusahaan atas penawaran faktor- faktor produksinya. Kemudian rumah tangga akan mengeluarkan pendapatannya untuk belanja barang dan jasa, untuk ditabung, dan untuk bayar pajak kepada pemerintah. Selain pendapatan faktor -faktor produksi, rumah tangga juga memperoleh pendapatan dari pemerintah, yang kita sebut sebagai transfer pemerintah.

Gambar 17. Arus Uang Melalui Perekonomian

Belanja barang dan jasa yang dilakukan rumah tangga dan pemerintah, merupakan pendapatan bagi perusahaan. Selanjutnya perusahaan akan

103

mengeluarkan pendapatannya tersebut untuk membayar penggunaan faktor-faktor produksi, membayar pajak pada pemerintah, dan untuk dana investasi.

Pemerintah memperoleh pendapatan dari rumah tangga dan perusahaan atas pembayaran pajak. Pendapatan pemerintah tersebut kemudian dikeluarkan sebagian untuk membeli barang dan jasa, serta untuk transfer ke rumah tangga. Jika pengeluaran pemerintah ternyata lebih banyak dari pendapatan, pemerintah akan meminjam dari pasar keuangan untuk menutupi defisit tersebut.

Bigstein (1992) dalam Varina (2000) menyatakan bahwa berdasarkan claims concept (konsep tuntutan) dari Hicks, pendapatan sama dengan jumlah uang yang dapat dibelanjakan oleh seseorang atau satu keluarga selama kurun waktu tertentu, sementara nilai kekayaannya tetap utuh. Jumlah ini harus sama dengan jumlah penerimaan, keuntungan dari penjualan aktiva, nilai tunjangan tambahan dan produksi untuk konsumsi keluarga dan sewa yang diperoleh. Oleh karena itu Gemmell (1994) menyebutkan bahwa dalam prakteknya untuk mengukur pendapatan paling tidak harus ada empat pendekatan yaitu: (1) pendapatan bruto; (2) pendapatan sesudah dipotong pajak, kemana transfer dapat ditambahkan; (3) pendapatan yang dapat dibelanjakan.

Setelah konsep pendapatan ditetapkan, berikutnya kita bicarakan mengenai distribusi pendapatan. Pembicaraan mengenai distribusi pendapatan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yakni distribusi pendapatan fungsional atau distribusi balas jasa, dan distribusi pendapatan antar rumah tangga.

Konsep distribusi pendapatan fungsional berusaha menjelaskan pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi, misalnya antara pendapatan yang diterima pekerja, pemilik modal dan kekayaan. Konsep ini

mengacu pada teori keseimbangan Neo-klasik, yang diturunkan dari solusi pasar persaingan sempurna (Yotopoulus and Nuggent, 1976).

Pada prinsipnya distribusi pendapatan dengan pendekatan fungsional dapat dijabarkan dengan menggunakan fungsi produksi, contohnya sebagai berikut.

Y = f (K , L) ... (1)

dimana Y adalah output fisik, K adalah kapital, dan L adalah tenaga kerja. Melalui derivasi persamaan [1] kita akan memperoleh produk marginal faktor produksi tenaga kerja (MPL) dan produk marginal faktor produksi kapital (MPK). Dengan

mengetahui besamya MPL dan MPK akan dapat ditentukan pembagian pendapatan

atau output fisik yang dihasilkan oleh masing-masing faktor produksi menurut harga pasar. Gambar 18 memberikan suatu ilustrasi yang sederhana mengenai distribusi pendapatan dengan pendekatan fungsional.

Sumber : Todaro (2000)

Gambar 18. Distribusi Pendapatan dengan Pendekatan Fungsional

Kelemahan yang sering dijumpai dengan pendekatan ini terletak pada asumsi yang menyertainya. Misalnya, asumsi adanya pasar persaingan sempuma, motif mendapatkan keuntungan maksimum, penalaran dan informasi sempuma.

105

Asumsi-asumsi tersebut sangat mudah diungkapkan dalam teori, namun dalam kenyataannya sangat sulit dijumpai (Insukrindo, 1990).

Berikutnya adalah distribusi pendapatan rumah tangga. Disini distribusi pendapatan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu distribusi pendapatan absolut atau mutlak dan distribusi pendapatan relatif. Konsep yang disebut pertama berkaitan dengan proporsi jumlah rumah tangga yang pendapatannya dapat mencapai suatu tingkat tertentu atau lebih kecil dari itu, dan biasanya dikaitkan dengan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (relatif atau absolut). Di lain pihak distribusi pendapatan relatif menunjukkan perbandingan pendapatan yang diterima oleh berbagai kelas penerima pendapatan. Pada umumnya pembicaraan mengenai distribusi pendapatan lebih ditekankan pada pengertian atau konsep distribusi pendapatan relatif. Misalkan, 40 persen penduduk berpendapatan rendah menerima 17 persen dari jumlah pendapatan. Baik jumlah pendapatan yang diterima maupun jumlah penduduk, kedua-duanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Esmara, 1996).

Selain distribusi pendapatan antar rumah tangga, distribusi pendapatan relatif dapat juga dikaji dengan tolok ukur lain, misalnya distribusi menurut sumber pendapatan, menurut kelompok, menurut klasifikasi pekerjaan atau menurut jenis pekerjaan. Meskipun distribusi antar perorangan atau rumah tangga adalah salah satu yang terpenting ditinjau dari segi kesejanteraan, klasifikasi lain mungkin lebih penting ditinjau dari segi kebijakan (Gemmell, 1994).

Kakwani (1987) dalam studinya tentang distribusi pendapatan di Australia membedakan unit penerima pendapatan menjadi tiga yaitu, individu, keluarga dan rumahtangga. Penerimaan individu maupun rumah tangga dapat bersumber dari, (1) pendapatan dari faktor produksi tenaga kerja berupa upah, gaji dan keuntungan, yaitu keuntungan yang diperoleh dari usaha rumahtangga yang tidak

berbadan hukum, (2) pendapatan yang bersumber dari faktor produksi bukan tenaga kerja, yaitu pendapatan dari harta kekayaan yang meliputi bunga, sewa dan deviden, dan (3) transfer (hibah) yang diperoleh dari rumahtangga lain, dari perusahaan dari pemerintah dan dari luar negeri. Pendapatan yang diperoleh individu dan rumahtangga atau keluarga dapat berupa pendapatan yang diperoleh dari pasar kerja (earning), transfer, warisan, hadiah dan lain sebagainya. Pendapatan yang diperoleh ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya.

Menurut Gittelman dan Joyce (1999) pendapatan yang terbesar diperoleh individu atau keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dari pasar kerja. Pendapatan yang diperoleh dari pasar kerja antar satu individu dengan individu yang lain akan berbeda-beda. Besarnya tingkat pendapatan ini dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja tersebut.

Pemahaman mengenai distribusi pendapatan ini sangat penting, terutama sekali bila kita ingin mengkaji keberhasilan suatu pembangunan ekonomi. Berhasil tidaknya suatu pembangunan ekonomi, belum dapat hanya diukur berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan per kapita saja. Apalah artinya jika pertumbuhan ekonomi tinggi dan pendapatan per kapita meningkat, namun distribusi pendapatan yang terjadi sangat timpang, dimana penduduk kaya yang berjumlah sedikit lebih banyak menikmati kenaikan pendapatan tersebut, sementara penduduk miskin yang jumlahnya lebih banyak hanya sedikit mengalami perbaikan pendapatan. Dengan kata lain, dalam kondisi ketimpangan semacam itu penduduk yang merasakan kenaikan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita tersebut hanyalah penduduk kaya yang

107

jumlahnya sedikit, sementara penduduk miskin yang jumlah lebih banyak tidak mengalami perbaikan pendapatan.