• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOM

DAFTAR LAMPIRAN

Tahap 4: Seleksi Alternatif Terbaik

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOM

Salah satu kelebihan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah

mampu menjelaskan dengan lengkap tiga aktivitas distribusi pendapatan dan

pengeluaran sekaligus dalam satu kerangka dasar yakni distribusi pendapatan dan

pengeluaran faktor-faktor produksi, rumah tangga dan sektor produksi. Karena

ketiganya memuat unsur pendapatan dan pengeluaran, atau dalam bahasa

akuntansi dikatakan debet dan kredit, akhirnya ketiga distribusi pendapatan

tersebut biasa disebut juga masing-masing neraca faktor produksi, neraca institusi

dan neraca komoditi. Tiga neraca ini dalam kerangka dasar SNSE merupakan

faktor endogen yang akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang masuk dalam

sistem. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya dikatakan sebagai faktor

eksogen yang tersusun dalam neraca eksogen meliputi sisi penerimaan yakni

subsidi, Pertambahan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor, serta sisi

pengeluaran yakni margin perdagangan dan pengangkutan, tabungan, pajak dan

impor.

Beranjak kepada bentuk kerangka dasar SNSE tersebut, berikut ini akan

diuraikan dan dijelaskan struktur pendapatan dan pengeluaran masing-masing

aktivitas neraca yang terbagi atas struktur nilai tambah, rumah tangga dan sektor-

sektor produksi. Selain itu untuk melihat seberapa besar peranan dari sektor-

sektor produksi dalam perekonomian Indonesia juga dipaparkan nilai-nilai

multiplier atau angka pengganda dari setiap sektor produksi yang mencakup multiplier nilai tambah, multiplier rumah tangga, multiplier produksi dan multiplier total output.

158

6.1. Struktur Nilai Tambah

Dalam konteks makroekonomi, salah satu ultimate goal yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi suatu negara adalah mengejar pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Oleh karena pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan

sebagai sumber peningkatan standar hidup (standar of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Para ahli ekonomi beranggapan bahwa apabila

pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan penduduk, maka

tingkat kesejahteraan penduduk akan meningkat. Sebaliknya jika pertumbuhan

penduduk yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi, maka tingkat

kesejahteraan penduduk akan terdistorsi menjadi lebih rendah dari tingkat semula.

Seandainya pertumbuhan ekonomi tersebut diukur berdasarkan pendekatan

nilai tambah produksi, dimana secara agregat produksi tersebut dapat dibagi atas

tiga kelompok sektor, akan dapat diketahui sektor-sektor mana yang paling

berperan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, apakah sektor primer,

sekunder atau tersier. Lazimnya di negara-negara yang sudah maju, pertumbuhan

ekonominya lebih banyak dipacu oleh sektor-sektor sekunder dan tersier,

sedangkan di negara-negara sedang berkembang yang menjadi pemicu

pertumbuhan ekonomi adalah sektor-sektor primer dan sekunder. Sebagai contoh

di Indonesia yang termasuk dalam negara sedang berkembang, berdasarkan kajian

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 2008 terlihat bahwa kontribusi

sektor sekunder yakni sektor industri pengolahan terhadap penciptaan nilai

tambah atau Produk Domestik Bruto (PDB) sangat menonjol mencapai 27.64

persen, yang kemudian disusul oleh sektor-sektor primer yaitu sektor pertanian

Dengan demikian, kedua kelompok sektor ini (sekunder dan primer) menguasai

pangsa PDB Indonesia kurang lebih sekitar 53.27 persen, sisanya 46.73 persen

diberikan oleh sektor-sektor tersier dimana yang paling besar adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran yaitu 13.97 persen, perhatikan Tabel 22.

Tabel 22. Struktur Ekonomi Indonesia Berdasarkan Kajian Sistem Neraca Sosial Ekonomi Tahun 2008

Sektor Nilai %

Pertanian 711 830.20 14.94

Pertanian tanaman pangan 352 453.13 7.40

Pertanian tanaman lainnya 107 568.07 2.26

Peternakan dan hasil-hasilnya 84 505.97 1.77

Kehutanan dan perburuan 38 855.07 0.82

Perikanan 128 447.96 2.70

Pertambangan dan penggalian 509 227.04 10.69

Industri pengolahan 1 316 963.12 27.64

Industri makanan, minuman dan tembakau 342 719.92 7.19 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 97 156.52 2.04 Industri kayu & barang dari kayu 62 355.01 1.31 Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen 62 508.87 1.31

Industri pupuk anorganik 77 666.05 1.63

Industri pupuk organik 690.02 0.01

Industri lainnya 673 866.73 14.14

Listrik, gas dan air bersih 49 076.55 1.03

Konstruksi 403 070.59 8.46

Konstruksi jalan dan jembatan 47 393.96 0.99

Konstruksi irigasi 22 015.87 0.46

Konstruksi lainnya 333 660.76 7.00

Perdagangan, restoran dan hotel 665 841.63 13.97 Angkutan, komunikasi, js penunjang angkt & pgudangn 302 644.16 6.35 Keuangan, real estate & js perusahaan 354 650.79 7.44

Jasa-jasa lain 451 648.15 9.48

Total PDB 4 764 952.23 100.00

Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Adapun yang menjadi motor penggerak pembangunan sektor industri

160

memberi kontribusi paling besar terhadap PDB Indonesia dibandingkan sektor-

sektor industri lainnya yakni sebesar 7.19 persen. Industri pupuk yang menjadi

fokus pembahasan dalam studi kali ini hanya mampu memberi andil terhadap

penciptaan PDB sebesar 1.64 persen, kalah jauh dibandingkan dengan industri

pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit yang mencapai 2.04 persen dari total PDB.

Sementara untuk sektor pertanian yang paling besar adalah sektor tanaman pangan

sebanyak 7.40 persen, menyusul sektor tanaman lainnya (perkebunan) sebesar

2.26 persen dan sektor perikanan sebesar 2.70 persen.

Dalam penyajian SNSE, nilai tambah atau PDB yang dihasilkan oleh suatu

sektor produksi dapat didisagregasi menjadi tiga komponen besar meliputi

pengeluaran upah tenaga kerja, modal dan pajak tak langsung. Melalui ketiga

komponen tersebut dapat diamati aliran pendapatan yang dihasilkan oleh suatu

sektor produksi terdistribusi kemana saja, apakah rumah tangga pemilik tenaga

kerja, rumah tangga pemilik modal, atau pemerintah sebagai penerima pajak.

Dengan mengamati hal tersebut dapat ditelusuri distribusi pendapatan nilai

tambah yang diciptakan oleh suatu sektor produksi.

Berdasarkan kajian distribusi pendapatan nilai tambah yang disajikan

dalam Tabel 23, tergambarkan dengan jelas bahwa sebagian besar sektor pertanian

memberikan nilai tambahnya kepada faktor tenaga kerja dengan rata-rata 57.16

persen per sektor dari total nilai tambah yang diciptakan, sisanya 40.42 persen

mengalir ke faktor modal dan 2.42 persen ke faktor pajak tak langsung. Adapun

sektor pertanian yang paling banyak mengalokasikan nilai tambah terhadap tenaga

kerja adalah sektor tanaman pangan sebesar 57.27 persen dan pertanian lainnya

Tabel 23. Distribusi Pendapatan Nilai Tambah Berdasarkan Kajian Sistem Neraca Sosial Ekonomi Tahun 2008 (%)

Sektor Produksi Tenaga Kerja Modal Pajak Tdk Langsg Total Tenaga kerja pert Produksi Operator Alt Angk Tata usaha, penjualan, jasa-jasa Kepemim pprofesio na, teknisi

Pertanian tanaman pangan 57.27 0.20 0.21 0.27 40.99 1.06 100.00

Pertanian tanaman lainnya 60.27 1.11 1.07 0.74 35.28 1.52 100.00

Peternakan dan hasil-hasilnya 56.09 1.81 1.65 1.43 36.55 2.47 100.00

Kehutanan dan perburuan 37.82 3.29 2.90 2.49 48.86 4.63 100.00

Perikanan 40.12 0.87 0.95 0.70 55.91 1.44 100.00

Tambg batubara, bijih lg migas&pns bumi - 6.92 3.80 2.78 80.12 6.37 100.00

Pertambangan dan penggalian lainnya - 48.17 5.27 8.11 34.90 3.54 100.00

Industri makanan, minuman dan tembakau - 23.37 5.21 2.26 47.63 21.53 100.00

Industri pemintalan, tekstil, pakaian&kulit - 33.95 5.00 2.04 55.17 3.83 100.00

Industri kayu & barang dari kayu - 35.87 2.72 2.59 54.94 3.89 100.00

Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm - 23.55 5.88 2.82 63.64 4.11 100.00

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen - 55.42 8.00 9.88 25.96 0.74 100.00

Industri pupuk anorganik - 18.79 8.06 7.81 55.49 9.86 100.00

Industri pupuk organik - 48.96 23.51 7.69 15.46 4.38 100.00

Listrik, gas dan air bersih - 14.37 8.54 5.54 65.31 6.24 100.00

Konstruksi jalan dan jembatan - 36.16 5.06 6.96 47.90 3.92 100.00

Konstruksi irigasi - 44.69 18.60 12.78 20.39 3.54 100.00

Konstruksi lainnya - 31.81 4.28 5.93 54.95 3.02 100.00

Perdagangan, restoran dan hotel - 2.69 51.72 2.89 39.06 3.64 100.00

Angkt, komnks, js pnjng angk& pergdg - 29.44 11.29 3.75 53.38 2.13 100.00

Bank dan asuransi - 0.87 26.56 6.39 64.76 1.43 100.00

Real estate dan jasa perusahaan - 2.75 15.31 6.86 70.64 4.45 100.00

Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film dll - 4.07 27.43 48.60 15.88 4.03 100.00

Jasa perseorgn, rt & js lainnya - 15.30 24.67 8.24 47.22 4.58 100.00

Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Di kelompok industri, sektor yang mampu memberi nilai tambah paling

besar terhadap tenaga kerja adalah industri kimia, hasil dari tanah liat, semen,

serta industri pupuk organik, masing-masing sebesar 55.42 persen dan 48.96

persen dari total nilai tambah yang dihasilkan. Ini berarti kedua sektor industri

tersebut terindikasi merupakan sektor-sektor yang padat karya. Sedangkan sektor-

sektor industri lainnya merupakan padat modal seperti (1) industri makanan,