• Tidak ada hasil yang ditemukan

chinensis DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA 3.1 Pendahuluan

6) Laju Mortalitas dan Eksploitas

3.3.2 Distribusi Ukuran Panjang Mantel dan Bobot Tubuh

Pengukuran panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi P. chinensis dilakukan terhadap cumi-cumi jantan dan betina. Ukuran panjang mantel cumi- cumi betina yang diukur berkisar antara 78 – 252 mm dan berat tubuh berkisar antara 14 – 277 g. Panjang mantel cumi-cumi jantan yang diukur berkisar 84 –

370 mm dan berat tubuh berkisar antara 9–349 g.

Gambar 16 Histogram frekuensi cumi-cumiP. chinensis di perairan Kabupaten Bangka

Dari hasil pengukuran panjang terhadap sampel cumi-cumi diketahui bahwa cumi-cumi jantan yang banyak tertangkap yaitu pada ukuran 144 – 176 mm sebanyak 20,11%, ukuran 177 - 209 dan ukuran 210 – 242 mm masing-masing sebanyak 18,34%. Pada cumi-cumi betina yang banyak tertangkap yaitu pada ukuran 144–176 mm sebanyak 43,50%, ukuran 111–143 sebanyak 24,22% dan ukuran 177– 209 mm sebanyak 22,87%. Distribusi ukuran panjang cumi betina dan jantan disajikan pada Gambar 17.

Pada Gambar 17 juga terlihat bahwa pada cumi-cumi jantan kelompok ukuran yang sedikit tertangkap yaitu cumi yang berukuran 78 – 110 mm dan ukuran 342 –374 mm. Pada cumi-cumi betina kelompok yang sedikit tertangkap yaitu yang berukuran 243 – 275 mm. Tidak ada sampel cumi-cumi betina yang memiliki ukuran lebih dari 275 mm.

Berdasar hasil pengukuran berat cumi-cumi jantan diketahui bahwa cumi- cumi yang paling banyak terukur yaitu pada ukuran 87–125 g sebanyak 28,99%, ukuran 126 – 164 sebanyak 18,93% dan ukuran 48 – 86 g sebanyak 18,34%. Pada cumi-cumi betina yang paling banyak terukur yaitu pada ukuran 87 – 125 g sebanyak 40,81%, ukuran 48 – 86 sebanyak 24,66% dan ukuran 126 – 164 g sebanyak 20,63%. Distribusi ukuran berat cumi-cumi yang terukur disajikan pada Gambar 18. Dari Gambar tersebut juga terlihat bahwa tidak ada cumi-cumi betina yang memiliki berat diatas 278 g.

Gambar 18 Distribusi berat cumi-cumi jantan dan betina 3.3.3 Hubungan Bobot TubuhPanjang Mantel

Analisis hubungan panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka digunakan untuk menentukan pola pertumbuhan cumi-cumi. Perhitungan hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel cumi-cumi yang diukur dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software minitab 16 hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Persamaan hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel

Jenis cumi-cumi Persamaan

Jantan Log W = -2,08 + 1,80 Log L

atau

W = 0,0082 L1,80

N = 169 ekor; R2= 0,87

Betina Log W = -3,12 + 2,32 Log L

atau

W = 0,0008 L2,32

Dari hasil uji F pada tabel anova, nilai F hitung untuk kedua persamaan diatas lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukan bahwa pada cumi-cumi jantan dan betina yang diukur keragaman panjang mantelnya dapat menjelaskan

keragaman bobot tubuhnya. Nilai β yang diperoleh untuk kedua jenis kelamin cumi-cumi besarnya masing-masing 1,80 untuk jantan dan 2,32 untuk betina. Nilai β tersebut kurang dari tiga yang berarti bahwa pola pertumbuhan keduanya bersifat allometrik negatif atau pertambahan panjangnya lebih kecil dibanding pertambahan bobotnya.

(a)

(b)

Gambar 19 Grafik hubungan panjang bobot cumi-cumi jantan (a) dan betina (b) Dari Gambar 19 diketahui bahwa cumi-cumi jantan dapat mencapai ukuran yang lebih besar dibandingkan cumi-cumi betina. Pertumbuhan cumi-cumi betina diselesaikan seluruhnya sebelum matang gonad, sedang pada cumi-cumi jantan

pertumbuhannya masih berlangsung setelah matang gonad. Nilai b cumi-cumi betina lebih besar dibanding jantan. Hal ini menunjukan pertumbuhan cumi-cumi betina lebih cepat dibanding jantan. Ini berarti cumi-cumi betina lebih cepat mencapai ukuran maksimum dibanding jantan.

3.3.4 Faktor Kondisi

Faktor kondisi atau ponderal index merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan hewan dengan suatu angka dan nilai yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan dan tingkat kematangan gonad. Faktor kondisi merupakan hasil perbandingan bobot berdasarkan pengamatan terhadap berat berdasarkan pendugaan panjang mantel. Menurut Effendie (1997) faktor kondisi merupakan keadaan dari segi fisik untuk survival dan reproduksi.

Rata-rata nilai faktor kondisi P. chinensisjantan berkisar antara 0,69– 1,13 dan betina berkisar antara 0,57–1,04. Nilai faktor kondisi disajikan pada Tabel 5. Nilai faktor kondisi ini menunjukan bahwa secara keseluruhan P. chinensis yang dikaji berbentuk kurang pipih karena memiliki nilai antara satu hingga tiga. Nilai faktor kondisi yang lebih kecil dari satu menunjukan bahwa berat berdasarkan pengamatan lebih kecil dibandingkan dengan berat berdasarkan dugaan panjang mantel dan sebaliknya. Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai faktor kondisi tertinggi terdapat pada kelas panjang mantel 144 - 176 mm baik pada P. chinensis jantan maupun betina.

Tabel 5 Faktor kondisi cumi-cumi jantan dan betina Kelas panjang mantel (mm) Jantan Betina Jumlah (ekor) Faktor Kondisi Rata-rata berat (gr) Jumlah (ekor) Faktor Kondisi Rata-rata berat (gr) 78-110 4 0,69 22,25 11 0,92 27,36 111-143 21 1,03 55,71 54 1,01 57,94 144-176 34 1,13 91,06 97 1,04 104,84 177-209 31 1,04 111,13 51 1,00 140,10 210-242 31 0,95 137,42 9 0,97 188,11 243-275 19 1,02 191,32 1 0,57 157,00 276-308 14 1,01 233,64 - - - 309-341 8 1,03 286,38 - - - 342-374 7 0,90 297,14 - - -

Dari Tabel 5 juga terlihat bahwa P. chinensis betina memiliki berat yang lebih besar dibanding jantan pada setiap kelas panjang mantel yang sama. Kondisi ini, yang disebut sexual dimorphism, juga diperoleh dalam penelitian terhadap P. chinensis dan L. duvauceli di Laut Andaman (Sukramongkol et. al. 2006),P. chinensisdi Teluk Thailand (Chotiyaputta 1994) dan North Queensland, Australia (Jackson 1993).

Nilai faktor kondisi (K) merupakan parameter kuantiatif kondisi makanan yang diperoleh cumi-cumi (Le Cren 1951). Nilai K yang lebih tinggi menunjukan kondisi makanan yang relatif semakin baik. Dari Gambar 20 terlihat bahwa semakin besar ukuran panjangP. chinensismemiliki nilai K yang semakin tinggi.

Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran cumi-cumi memperoleh makanan yang semakin baik.

Gambar 20 Hubungan faktor kondisi dengan rata-rata berat P. chinensisjantan dan betina berdasar kelas panjang mantel

3.3.5 Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan merupakan salah satu hal penting yang harus diketahui untuk menentukan apakah ikan yang berada pada suatu perairan merupakan stok yang sama dengan ikan-ikan yang ada di daerah sekitarnya. Cara atau metode pertumbuhan pada berbagai mahluk hidup menurut Karkach (2006) dapat dibedakan menjadi 4 bentuk yaitu penambahan (panjang, berat, volume), penambahan bagian baru, pergantian kulit (moulting), dan modifikasi (perubahan bentuk dan pembentukan ulang) dari bagian yang lama.

Hasil perhitungan pertumbuhan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy dengan pendekatan Gulland dan Holt Plot (1959) dalam Sparre et al. (1999) didapat nilai L∞sebesar 421,71 mm dan nilai K sebesar 0,47. Hal ini berarti panjang maksimum cumi-cumi yang dapat tertangkap di perairan Kabupaten Bangka yaitu 421,71 mm dan cumi-cumi di daerah ini memiliki koefeisen pertumbuhan 0,47 per bulan. Nilai L∞ merupakan panjang teoritis cumi-cumi yang sedikit diatas panjang maksimum, sehingga praktis nilai tersebut tidak akan pernah dicapai. Nilai K merupakan koefesien pertumbuhan atau curvature parameter yang menunjukan kecepatan pertumbuhan cumi-cumi mencapai L∞. Umur teoritis atau t0 yang dihitung dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1984) memiliki nilai 0,17 bulan. Umur teoritis ini ketika umur panjang cumi-cumi sama dengan nol.

Berdasarkan nilai L∞, K dan t0 yang diperoleh dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy diperoleh persamaan pertumbuhan cumi-cumi P. chinensisdi perairan Kabupaten Bangka sebagai berikut:

= 421.71 (1 . . )

Dengan menggunakan persamaan pertumbuhan diatas maka dapat diketahui panjang cumi-cumiP. Chinensis pada berbagai umur relatif. Kurva pertumbuhan cumi-cumi disajikan pada Gambar 21. Koefesien pertumbuhan menunjukkan kecepatan pertumbuhan ikan dalam mencapai panjang asimptotiknya (L∞) dari

pola pertumbuhan (Sparre dan Venema 1999). Semakin tinggi nilai koefesien pertumbuhan semakin cepat ikan mencapai panjang asimptotiknya, sehingga ikan akan lebih cepat mengalami kematian.

Gambar 21 Kurva pertumbuhan cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten Bangka

Pertambahan panjang cumi-cumi P. chinensis semakin menurun seiring dengan bertambahnya umur seperti ditunjukan pada Gambar 21. Pada umur 0 - 4 bulan pertumbuhan panjang cumi-cumi sangat cepat yaitu rata-rata tumbuh 84,89 mm per bulan. Pertumbuhan semakin lambat ketika bulan kelima dan seterusnya. Laju pertumbuhan akan mendekati L∞ pada saat berumur 13 bulan. Panjang cumi-cumi mencapai asimptot ketika umur cumi-cumi 49 bulan dengan L∞421,71 mm. Tingginya pertumbuhan cumi-cumi pada umur muda terjadi karena energi yang didapatkan dari makanan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Pada cumi-cumi yang semakin dewasa energi yang didapatkan dari makanan tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan tetapi juga digunakan untuk mengganti sel- sel yang rusak serta untuk mempertahankan dirinya (Sudirman dan Mallawa 2004).