• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAIRAN KABUPATEN BANGKA 4.1 Pendahuluan

4.3 Hasil dan Pembahasan 1 Penangkapan Cumi-cum

4.3.3 Estimasi Produksi Lestar

Estimasi produksi lestari dilakukan dengan cara mensubstitusikan hasil parameter biologi yang diperoleh ke dalam persamaan sehingga diperoleh fungsi produksi lestari yang dikenal dengan sebutan sustainable yield-effort curve. Perbandingan produksi aktual dengan produksi lestari sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka disajikan pada Gambar 26.

Gambar 26 Perbandingan produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya cumi- cumi di perairan Kabupaten Bangka

Pada 2005 - 2013 produksi aktual cumi-cumi Kabupaten Bangka berfluktuasi dengan kecenderungan semakin meningkat seperti disajikan pada Gambar 26. Produksi aktual tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 925,63 ton. Pada periode 2005-2009 produksi aktual selalu dibawah produksi lestari, kecuali pada tahun 2006. Namun pada periode 2010-2013 produksi aktual telah melebihi produksi lestari. Hal ini menunjukan bahwa tekanan terhadap sumberdaya cumi- cumi di perairan Kabupaten Bangka semakin meningkat sehingga pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi diduga sudah overfishing. Padahal jika diperhatikan terlihat pada periode 2012 dan 2013 jumlah upaya tangkap turun seperti terlihat pada Gambar 24 sebelumnya. Gejala terjadinya overfishing biasanya dicirikan oleh grafik penangkapan dalam satuan waktu yang berfluktuasi atau tidak menentu dan mengalami penurunan produksi secara nyata.

Dari Gambar 26 juga terlihat bahwa pada periode 2010 – 2013 terlihat kecenderungan produksi lestari yang semakin menurun. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka dalam melakukan pembaharuan atau mempengaruhi diri sudah berkurang, sehingga pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi mengalami tangkap lebih secara biologis (biological overfishing). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rosalina et al. (2011) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan cumi-cumi yang didaratkan di PPN Sungailiat, dengan menggunakan data periode 2005-2009, belum mengalami tangkap lebih atau overfishing. Gambaran hubungan produksi aktual dengan kurva produksi lestari dan upaya tangkap dapat dilihat pada Gambar 27.

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan terjadinya penurunan produksi lestari pada tahun 2010–2013 yaitu makin maraknya penambangan timah, baik di daratan maupun di perairan pesisir Kabupaten Bangka. Menurut Firdaus et al. 2010 dalam Syari (2014) menyatakan bahwa nilai rata-rata total suspended solid di perairan Pulau Bangka berada diatas ambang baku mutu untuk kehidupan karang yaitu 41,5 mg/L. Kondisi tersebut mengakibatkan laju kerusakan ekosistem pesisir pada beberapa lokasi di Pulau Bangka semakin tinggi sehingga diduga mempengaruhi ketersediaan cumi-cumi di perairan daerah ini.

Gambar 27 Kurva hubungan produksi lestari, produksi aktual dan effort sumberdaya perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka 4.3.4 Analisis Optimasi Statik

Optimasi statik pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka dianalisis dengan menggunakan tiga kondisi pengelolaan yaitu sole owner atau maximum economic yield (MEY), open access (OA) dan maximum sustainable yield (MSY). Ketiga hasil juga dibandingkan dengan kondisi aktual. Hasil analisis optimasi statik disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil analisis optimasi statik pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka

Pemanfaatan sumberdaya Biomassa (x) (ton) Produksi (h) (ton) Effort(E) (trip) Keuntungan (juta Rp)

Sole Owner/ MEY 1.684,21 767,13 5.544 18.866,27

Open Access/ OAY 128,26 116,84 11.089 0,00

MSY 1.620,07 768,33 5.773 18.834,22

Aktual 889,14* 5.095* 17.290,89

Keterangan: *) produksi dan trip aktual menggunakan rata-rata tahun 2010-2013 Dari Tabel 9 terlihat bahwa tingkat biomassa sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka pada kondisi pengelolaan MEY dan MSY masing- masing yaitu 1.684,21 ton dan 1.620,07 ton per tahun, sedang pada kondisi open accessnilainya 128,26 kg per tahun. Produksi pada kondisi MEY dan MSY yaitu masing-masing 767,13 ton dan 768,33 ton per tahun. Berdasar hal ini maka penangkapan cumi-cumi sudah mengalami tangkap lebih atau overfishing sejak

tahun 2010 dimana rata-rata produksi aktual tahun 2010-2013 mencapai 889,14 ton dengan upaya tangkap 5.095 trip. Hal ini berarti pada periode tersebut tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi sudah mencapai 115,90% dari MEY dan 115,72% dari MSY. Lebih tangkap menurut Fauzi (2010) sebenarnya bukan hanya terjadi pada perikanan modern saat ini, tetapi telah terjadi sejak periode jaman Nabi Musa a.s. Lebih tangkap akan mengakibatkan : 1) turunnya produksi ikan; 2) turunnya produktivitas kapal; 3) turunnya profitabilitas usaha; dan 4) turunnya sumbangan perikanan terhadap perekonomian.

Upaya penangkapan atau effort aktual pada periode 2005-2013 memiliki jumlah trip yang lebih kecil dibanding pada kondisi MEY dan MSY, dimana upaya penangkapan aktual 3.873 trip per tahun, sedang upaya penangkapan MEY dan MSY masing-masing 5.544 trip per tahun dan 5.773 trip per tahun. Namun jika melihat data effort aktual lebih detil terlihat pada tahun 2011 effort aktual lebih tinggi dibanding effort optimal MEY dan MSY, dimana effort aktual tahun tersebut sebanyak 5.985 trip per tahun. Hal ini menunjukan telah terjadi peningkatan daya tangkap cumi-cumi dari alat tangkap pancing cumi dan bagan yang digunakan nelayan di Kabupaten Bangka.

Tingkat keuntungan atau rente optimal pada kondisi MEY dan MSY masing-masing sebesar Rp 18,87 milyar dan Rp 18,83 milyar per tahun, pada kondisi aktual nilanya sebesar Rp 17,29 milyar per tahun. Berdasar data rente optimal dengan rente pada kondisi aktual terlihat selisih jumlah keuntungan yang cukup besar. Selisih jumlah rente tersebut disebabkan oleh menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan dan tingkat upaya penangkapan yang semakin tinggi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penangkapan cumi-cumi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Hal ini menunjukan indikasi bahwa kondisi sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka sudah mengarah pada gejala lebih tangkap secara ekonomi (economical overfishing). Oleh karena itu upaya penangkapan harus segera dikurangii agar dapat diperoleh keuntungan maksimal. Tingkat produksi aktual jika dibandingkan dengan kondisi pengelolaan open accesslebih tinggi, namun tingkat upaya tangkap pada kondisi aktual lebih rendah dibandingopen access(Gambar 28).

Gambar 28 Perbandingan pemanfaatan optimasi statik sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka

Rata-rata upaya penangkapan (effort) pada kondisi aktual masih lebih rendah dibanding pada kondisi pengelolaan MEY dan MSY. Hal ini menunjukan bahwa alokasi sumberdaya masih baik. Artinya bahwa tingkat upaya penangkapan masih dapat ditingkatkan, meskipun tidak terlalu besar, hingga mencapai tingkat pada kondisi pengelolaan MEY atau MSY. Tingkat upaya penangkapan yang diperlukan pada kondisi pengelolaan MEY lebih kecil dari yang diperlukan untuk mencapai kondisi pengelolaan MSY, sehingga keseimbangan pada kondisi pengelolaan MEY atau sole owner lebih konservatif atau lebih ramah lingkungan dibanding dengan kondisi pengelolaan MSY. Gambaran tersebut secara grafis disajikan pada Gambar 29. Pengelolaan pada tingkat MEY juga memberikan tingkat keuntungan atau rente ekonomi yang lebih tinggi dibanding pada kondisi pengelolaan MSY.

Gambar 29 Keseimbangan bioekonomi model Gordon Schaefer sumberdaya perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka