• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan dan Tantangan

Bab 8 Infrastruktur, Perencanaan dan Pendanaan TIK

8.4   Dukungan dan Tantangan

Survei, FGD dan wawancara menunjukkan betapa pentingnya TIK, dan juga sulitnya tantangan yang dihadapi oleh sekolah untuk mengadakannya. Baik siswa, guru dan kepala sekolah, semuanya menekankan pada persoalan kurangnya ketersediaan dana untuk membeli perangkat komputer dalam jumlah dan kualitas yang cukup, kurang tersedianya sumber energi listrik, biaya internet yang tinggi, dan koneksi internet yang tidak dapat diandalkan, atau tidak tersedianya jaringan internet. Inilah tantangan yang mereka hadapi. Dalam FGD, banyak kepala sekolah yang juga menyampaikan masalah-masalah terkait pemeliharaan, dulu ada peralatan yang diberikan oleh lembaga-lembaga lain, tapi tidak sesuai untuk kondisi lokal, atau ada bagian peralatan yang rusak dan tidak dapat diganti. Kurangnya keterampilan teknis di sekolah yang ada di beberapa daerah dan komunitas terpencil, juga merupakan masalah tersendiri. Selain itu juga ada masalah lain yang diungkap seperti peralatan yang dicuri atau sengaja dirusak. Dalam wawancara, beberapa kepala sekolah menyampaikan bahwa mereka tidak akan membeli laptop atau tablet, dantidak mengizinkan siswa untuk membawa peralatan mereka sendiri dari rumah untuk digunakan di sekolah, karena alasan keamanan. Dalam FGD di Jayapura, masalah tentang kurangnya daya listrik (sering mati) juga disampaikan. PLN pun telah diberi tahu tentang masalah ini.

Bab 8 Infrastruktur, Perencanaan dan Pendanaan TIK

Dalam pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka, siswa menyampaikan keinginan mereka untuk dapat menggunakan TIK dan internet guna mendapatkan akses terhadap informasi, menambah pengetahuan dan dapat belajar lebih cepat. Namun sayangnya, sebagian besar tanggapan berkisar tentang masalah-masalah TIK secara umum, seperti; komputer tidak ada, atau tidak ada TIK, atau tidak tersedianya sumber energi, peralatan yang rusak, listrik sering padam, ketidakhadiran guru dan peraturan yang melarang membawa ponsel dan laptop ke sekolah.

Gambar 10 menunjukkan beberapa peralatan komputer rusak yang ditemukan pada banyak lokasi yang dikunjungi selama studi kasus.

Gambar 10. Komputer Rusak

Di samping tantangan ini, terdapat beberapa dukungan posiif dari Komite Sekolah dan kontribusi orang tua dan kemitraan dengan perusahaan lokal dan LSM.

Pentingnya kontribusi Komite Sekolah atau orang tua untuk mendanai pengadaan perangkat seperti komputer dan laptop atau akses internet, perlu diberi penekanan. Walau sementara ini tampaknya baru hanya terjadi pada sekitar 25% sekolah-sekolah yang disurvei, FGD dan studi kasus menunjukkan berbagai model pendekatan yang berbeda. Sebagai contoh, dalam studi kasus di Nabire, pembelian laptop guru dilakukan melalui koperasi sekolah, dengan fasilitas kredit yang tersedia. Beberapa sekolah memiliki komite bersama orang tua yang bertemu secara teratur dan membahas TIK dan juga menyediakan dana untuk membeli peralatan. Siswa di satu sekolah membayar Rp 70.000,- per bulan untuk peralatan dan internet. Informasi yang lebih rinci dapat dibaca pada dalam Lampiran E.

Kemitraan dengan pihak swasta terbukti memberikan manfaat bagi sekolah seperti yang terjadidi Jayapura. Beberapa contoh yang relevan di beberapa sekolah adalah kemitraan dengan Bank, perusahaan telekomunikasi dan agen penjualan mobil (dealer) mobil. Jurusan teknik penerbangan di salah satu sekolah, mendapat bantuan dari pengelola Bandar Udara lokal. Untuk meningkatkan koneksi internet, beberapa sekolah memiliki rencana ke depan termasuk melaksanakan kegiatan kewirausahaan. Rencana lain yang perlu mendapat perhatian, diuraikan oleh satu sekolah yaitu pembukaan jurusan komputer dan jaringan. Satu sekolah yang lain, berencana membuka unit usaha pusat pelatihan TIK untuk perusahaan dan lembaga lainnya di Jayapura. Lihat rinciannya pada Lampiran E.

8.5 Ringkasan

Bab ini fokus pada perangkat keras, pemeliharaan, perencanaan dan dukungan pendanaan dan tantangannya.

Beberapa temuan pokok yang telah disampaikan.

• 68,1 % kepala sekolah mengatakan mengeluarkan dana kurang dari Rp20.000.000,- rupiah per tahun; 13,3% menghabiskan Rp 20.000.000,- sampai Rp 40,000,000,-

• 55% kepala sekolah menggunakan sebagian besar dana untuk biaya listrik; 20% menghabiskan dana yang cukup besar untuk biaya internet dan pemeliharaan peralatan, dan hanya sedikit dana untuk pembelian peralatan baru dan penggantian peralatan.

• 24,8% kepala sekolah mendapat dukungan dana untuk TIK dari Komite Sekolah/ orangtua; 11,4% mendapatkan dana dari yayasan.

• 44,7% kepala sekolah memiliki rencana pembelian perangkat TIK; 68,9% memiliki rencana TIK dan beberapa rencana rinci yang telah teruji, meskipun ketika diminta pada saat dilakukan studi kasus dan FGD, umumnya hal ini tidak selalu tersedia .

• Tanggapan dari 104 kepala sekolah tentang ketersediaan perlengkapan TIK saat ini, hampir setengah dari sekolah-sekolah yang terlibat dalam penelitian ini memiliki kurang dari lima komputer (dan sekitar sepertiganya memiliki hanya satu atau dua komputer, dan 22 sekolah tidak memiliki komputer)

• Saat ini akses terhadap peralatan masih rendah, perbandingan/rasio antara siswa dengan komputer masih relatif tinggi, ada beberapa yang memiliki laptop (sekitar setengah dari jumlah sekolah memiliki satu atau dua laptop, dan tidak ada yang memiliki tablet). Sekitar 40% dari sekolah tidak memiliki LCD dan lebih dari 40% memiliki satu atau dua LCD.

• Kepala sekolah mengatakan bahwa laboratorium komputer dengan perangkat TIK yang berfungsi baik merupakan prioritas yang utama, ada 65,9% kepala sekolah dan 74.7% guru mengungkapkan hal serupa.

• 58,6% dari 129 kepala sekolah mengungkapkan pentingnya keberadaan sebuah kelas dengan seperangkat komputer dan 55.8% guru mengatakan hal yang sama.

• Beberapa rencana pembelian TIK yang rinci juga terlihat, dan unit-unit itu akan dibeli oleh sekolah-sekolah melalui proses yang sistematis dan mereka telah membeli satu sampai dua unit setiap tahun, sesuai persyaratan pendanaan BOS.

Pentingnya perencanaan TIK yang terdokumentasi dengan baik juga digarisbawahi. Dengan cara ini, sekolah-sekolah akan memiliki akses TIK yang lebih baik bagi siswa, dimana lebih banyak perangkat komputer yang tersedia dan siswa dapat mengakses untuk pembelajaran setiap minggu termasuk untuk praktek.