• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konteks Kebijakan Provinsi dan Kabupaten

Bab 4. Kebijakan Pendidikan, Infrastruktur Kelembagaan dan Program TIK

4.3   Konteks Kebijakan Provinsi dan Kabupaten

Konteks kebijakan Papua ditandai oleh strategi Pengembangan Pendidikan Papua saat ini, ‘Gerbang Mas Hasrat Papua’, yang berarti Gerakan Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera Harapan Seluruh Rakyat Papua. Berkaitan dengan Peta Jalan (Roadmap) Pendidikan, dokumen ini menjelaskan program lima tahun, 2013-2018, yaitu percepatan pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, pembangunan ekonomi lokal dan infrastruktur mikro. TIK dilibatkan walau tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai sebuah mekanisme untuk meningkatkan akses pada pendidikan dasar universal dan membangun kapasitas manusia. Uji coba berbasis masyarakat dilakukan untuk menangani masing-masing prioritas pembangunan, misalnya pelaksanaan SD kecil dan pemberantasan buta huruf khususnya di lima kabupaten; yaitu Merauke, Boven Digoel, Keerom, Deiyai dan Supiori.

Peta Jalan Pendidikan Papua ingin memastikan bahwa pada tahun 2018, Papua dapat berhasil mencapai tujuan pendidikan dasar untuk semua orang Papua; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dan penggunaan TIK untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di semua jenjang pendidikan.

Walaupun peraturan nasional tampaknya mendukung TIK Papua dalam program pendidikan di tingkat provinsi, peraturan teknis yang khusus atau pedoman-pedoman formal pada tingkat provinsi dan kabupaten tidak selalu tersedia. Walaupun sebagian besar pejabat dan staf pendidikan kabupaten mengakui pentingnya penggunaan TIK, program-program perlu dirancang menggunakan pendekatan sistemik, dimana strategi lokal diarahkan untuk memastikan koordinasi yang berkelanjutan.

4.3.1 Balai Pengembangan Pendidikan (BPP)

Balai Pengembangan Pendidikan (BPP) adalah sebuah unit di Dinas Pendidikan, Pemuda & Olahraga (kini Dinas P&K) Provinsi Papua. Perannya saat ini fokus pada penelitian, monitoring ujian nasional, juga koordinasi TIK dalam program pendidikan di Provinsi Papua termasuk penyelenggaraan pelatihan. Peran kunci lain BPP adalah memasok peralatan, menyebarluaskan sumber-sumber bahan belajar dan memonitor penggunaan TIK dalam proses belajar dan mengajar. Tanggung jawab akan penyelenggaran pelatihan dan penyebaran sumber cetak dan web ini, sejalan dengan peran BPP yang dituangkan dalam Implementasi TIK dalam RPJMN Provinsi Papua 2010-2014. Evaluasi dan pengembangan bahan pendukung, termasuk pengembangan kapasitas untuk penyebaran isi elektronik agar nantinya dapat diunduh oleh sekolah, dipandang sebagai peningkatan kualitas dan efektivitas sumber daya tersebut.

Dari tahun 2007 hingga 2011, BPP mendistribusikan TV-Edukasi ke kabupaten dan sekolah. Pustekkom bertanggung jawab atas pelatihan para pelatih (ToT) nasional pada tahun 2006 dan 2007, yang dilanjutkan oleh BPP dari Dinas Pendidikan Papua, dengan pelatihan untuk 1500 guru yang dilakukan dari tahun 2008-2010. Pelatihan ini difokuskan untuk membantu guru memahami bagaimana menggunakan TV. Sekolah yang menerima paket diharapkan untuk menggabungkan siaran TV-E atau program yang direkam, ke dalam proses belajar dan mengajar di kelas dan pembelajaran mandiri, baik melalui pekerjaan rumah atau kerja kelompok (Pustekkom Depdiknas, 2007). Dengan tujuan untuk memaksimalkan pencapaian belajar, guru diminta untuk mengikuti sejumlah langkah sebelum, selama dan setelah pemakaian metode ini. Hal ini termasuk:

i. Persiapan: mengeksplorasi kurikulum dan memutuskan kapan harus memasukkan program TV-E dalam kegiatan belajar mengajar; menyesuaikan jadwal pembelajaran dengan jadwal siaran dari topik yang dipilih atau merekam isi untuk diskusi lanjutan (asynchronous); menyusun rencana pembelajaran dan mengacu pada buku suplemen; dan memeriksa fungsi peralatan.

ii. Sesi utama: pengantar; memastikan siswa secara aktif berinteraksi dengan media; memastikan bahwa semua siswa dapat mendengar siaran/program yang direkam; memastikan pemahaman siswa; dan menyimpulkan sesi.

iii. Tindak lanjut: menyediakan penjelasan lanjutan, pertanyaan langsung dan diskusi; menindaklanjuti tugas siswa (misalnya penyelesaian lembar kerja); dan memperkaya pemahaman siswa dengan isi tambahan.

Setelah promosi dan koordinasi awal TV-E, mengingat perbedaan waktu dua jam antara Jayapura dan Jakarta, distribusi CD/DVD untuk pendidikan dilakukan oleh BPP. Sejak 2012, siaran TV-Edukasi ditangguhkan. Beberapa responden penelitian ini mengatakan bahwa TV-E tidak berhasil karena tidak adanya proses monitoring yang memadai oleh dinas pendidikan dan pejabat pemerintah provinsi dan kurangnya kemauan pemerintah untuk mendukung pemeliharaan alat. Pencurian peralatan bahkan sebelum instalasi juga terjadi.

Bab 4 Kebijakan Pendidikan, Infrastruktur Kelembagaan dan Program TIK

Dalam beberapa tahun terakhir, mengingat perannya yang penting dalam koordinasi di seluruh kabupaten, staf BPP telah melakukan koordinasi dan pendistribusi bahan, serta pengembangan profesi guru. Misalnya, pada tahun 2012 BPP mengikoordinir pertemuan sembilan perwakilan kabupaten untuk menyusun rencana TIK kabupaten untuk masa waktu 2012-2013. Terkait dengan kabupaten yang terlibat dengan penelitian ini dan ikut dalam pertemuan itu, inisiatif yang melibatkan banyak pihak ini menunjukkan bahwa tujuan integrasi TIK di kabupaten dan distrik sudah selaras dengan Renstra, serta membentuk kelompok koordinasi TIK (Kelompok Kerja Operasional Sekolah Jayapura); membentuk Pusat TIK untuk data dan pusat-pusat pengembangan profesi guru (Keerom); melakukan pembelian komputer, perbaikan dalam penyediaan listrik dan koneksi internet untuk pendidikan (Nabire), dan pelatihan melek/kecakapan TIK untuk staf dan guru Dinas Pendidikan (Merauke/Nabire). Tujuan lain adalah membuat sekolah model integrasi TIK di Nabire dan Merauke dan meningkatkan tata kelola pendidikan TIK, serta meningkatkan jumlah mitra sekolah. Pada saat itu, Keerom memulai dengan model inisiatif sekolah/ kemitraan, seperti yang disebutkan sebelumnya, dan distrik tersebut mulai berbagi pekerjaan dengan distrik-distrik lain sebagai contoh praktik yang baik.

BPP kemudian menindaklanjuti beberapa inisiatif koordinasi tersebut. BPP memimpin koordinasi yang dilakukan dengan Jayapura dan Biak. Di Jayapura, dibentuk Kelompok Kerja Operator Sekolah (KKOS) dan ada rencana untuk memberikan bantuan keuangan dalam pengembangan infrastruktur TIK di tahun 2015. Di Biak, BPP membantu dinas pendidikan setempat dalam pembentukan Pusat Sumber Belajar (PSB), yang telah menerapkan pembelajaran berbasis multimedia.

Meskipun ada banyak komitmen, kebijakan dan pedoman pada tingkat distrik, tampaknya tidak terlihat bakal diberlakukan di seluruh distrik yang berpartisipasi. Kebijakan dan pedoman ini sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan TIK yang efektif. Kebijakan tersebut berpotensi untuk memastikan kelanjutan TIK dalam program pendidikan. Kasus Keerom menunjukkan bagaimana tidak adanya komitmen formal dapat menyebabkan terjadinya perubahan fokus secara signifikan (Bodrogini, 2014).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa BPP telah mencoba untuk melanjutkan peran koordinasi, tetapi tidak dapat berjalan mulus karena adanya pemotongan anggaran pada tahun 2013 dan 2014. Selain itu, BPP belum mampu untuk terus menghasilkan sumber belajar digital dalam bentuk CD.

Fokus BPP untuk periode yang akan datang adalah pembelajaran profesional termasuk 'melatih pelatih' (ToT) dengan anggaran yang disediakan untuk memasok peralatan TIK dan untuk pelatihan TIK. Dari hasil wawancara dalam penelitian ini diketahui bahwa pelatihan akan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pelatihan para pelatih (ToT) akan dilakukan di Jayapura, dengan peserta 25 orang di setiap sesi pelatihan. Pelatihan untuk guru-guru lain kemudian akan dilakukan di Kabupaten mereka, dengan setiap orang yang mengikuti pelatihan awal harus bertanggung jawab untuk melatih empat guru lainnya dan dan begitu seterusnya.

4.3.2 Dinas Pendidikan

Mengingat adanya lembaga pendidikan lain dan infrastruktur untuk mendukung program-program TIK, pejabat dinas pendidikan memiliki peran penting di kabupaten-kabupaten. Dalam upaya untuk mengevaluasi peran dinas pendidikan pada program TV-E dan program TIK lainnya, berbagai wawancara telah dilakukan dengan melibatkan sebagian besar pejabat dinas pendidikan. Banyak pejabat dinas pendidikan yang baru terlibat dan tidak mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh kantor mereka termasuk yang berkaitan dengan TV-E dan program lain yang menjadi subjek dari penelitian ini.

Informasi historis yang diperoleh ketika BPP menyelenggarakan lokakarya koordinasi antar kabupaten/distrik pada tahun 2012, menunjukkan bahwa meskipun sudah ada komitmen sebelumnya, kebijakan dan pedoman ditingkat distrik yang berpartisipasi, tidak pernah dibuat. Sama seperti di Keerom, banyak inisiatif di kabupaten lainnya tidak ditindaklanjuti karena terjadi perubahan arah kebijakan, perubahan personel, dan keterbatasan anggaran di kabupaten/distrik tersebut. Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang dicapai dan apa peran pemerintah provinsi dan berbagai pejabat dinas pendidikan kabupaten/ distrik dalam mendukung arah dan inisiatif TIK.

Untuk memperoleh pemahaman tentang pekerjaan Dinas Pendidikan, wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Pendidikan di kabupaten-kabupaten yang terlibat dalam penelitian ini dan dengan kelompok-kelompok penyelenggara pelatihan lainnya dan beberapa LSM. Selain itu, penelitian ini juga mempelajari program-program TIK yang sebelumnya telah dilakukan oleh BPP, kabupaten dan sekolah. Arah kebijakan saat ini dan ke depan terkait visi dan implementasi juga diteliti.

Mengenai peran dinas pendidikan terkait TV-E di masa lalu, tidak jelas siapa yang membuat keputusan tentang sekolah penerima paket TV-E. Banyak pejabat dinas pendidikan mengatakan bahwa mereka yakin bahwa seleksi yang dilakukan sudah sesuai dengan kriteria, meskipun keputusan akhir kadang-kadang dibuat di Jakarta.

Mengenai program-program TIK saat ini, pejabat dinas pendidikan mengatakan bahwa mereka memiliki berbagai peran yang berkaitan dalam kegiatan-kegiatan TIK berikut:

• mencari dana untuk pendirian pusat TIK dan pengadaan peralatannya dan melakukan peran koordinasi secara keseluruhan terutama dalam hal membangun pusat-pusat ujian online nasional bagi siswa pada tahun 2016;

• membantu beberapa lokasi yang akan menjadi tempat didirikannya tempat ujian online di kabupaten dan yang terkait dengan kompentensi guru dan kepala sekolah;

• membantu kelompok kerja operasional TI;

• membantu kelompok-kelompok Pengembangan Keprofesionalan guru dan kepala sekolah dan komunitas praktisi;

• membantu pekerjaan administrasi online, termasuk kadang-kadang mendistribusikan laptop untuk kepala sekolah terutama di daerah terpencil, juga menyediakan tempat untuk kepala sekolah di daerah terpencil yang tanpa listrik dan internet sehingga mereka dapat mengerjakan administrasi dan tugas pelaporan secara online;

• mengkoordinir dan mendanai sebagian program magister (S2) dan membantu kesempatan studi lanjut bagi guru dan kepala sekolah, melibatkan pembelajaran jarak jauh dan dengan demikian membangun keterampilan TIK bagi mereka yang terlibat, dan

• menyusun visi TIK untuk kabupaten dan distrik dan kemudian mencari keselarasan dari sekolah-sekolah yang relevan. Misalnya di satu kabupaten, ada pernyataan visi yang mengakui bahwa TIK penting untuk belajar dan mengajar dan konektivitas menjadi perhatian utama.

Arah ke depan termasuk koordinasi pengembangan profesi untuk guru dalam hal TIK terutama di daerah terpencil dan kadang-kadang memberikan laptop bagi para guru dan kepala sekolah agar mereka memiliki kompetensi TIK. Selain itu, beberapa pemimpin kabupaten mengindikasikan bahwa mereka telah memberikan peralatan TIK kepada guru dan kepala sekolah, memberikan waktu untuk

Bab 4 Kebijakan Pendidikan, Infrastruktur Kelembagaan dan Program TIK

meningkatkan keterampilan TIK mereka, dan kemudian mengharuskan mereka untuk menunjukkan kompetensi mereka.

4.4 Arah Provinsi ke Depan