• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 7 TIK Lain untuk Mengajar, Belajar dan Administrasi

7.3   Pedagogi

Walaupun banyak guru mengatakan bahwa mereka menggunakan berbagai jenis TIK di rumah maupun di sekolah, penggunaan di sekolah lebih banyak untuk keperluan administrasi seperti mempersiapkan pelajaran, menggunakan printer, melakukan penilaian dan pelaporan, kadang-kadang menggunakan proyektor LCD di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan tanggapan siswa di banyak kabupaten terkait penggunaan TIK oleh guru, seperti tampak pada Gambar 9.

Gambar 9. Tanggapan Survei Siswa di Seluruh Kabupaten tentang Penggunaan Berbagai TIK oleh Guru

Pada Tabel 21, sekitar 64,9% siswa di Jayapura sangat setuju/setuju bahwa guru menggunakan berbagai TIK. Angka ini juga menggambarkan penggunaan untuk semua kabupaten. Untuk Keerom, Boven Digoel, Merauke dan Nabire, angka ini meningkat menjadi di atas 70%. Sementara itu, 70% siswa di Supiori, dan 63,5% di Lanny Jaya mengatakan tidak ada akses TIK yang jelas.

Sementara beberapa guru menggunakan TIK di dalam kelas seperti proyektor LCD dan laptop untuk mendemonstrasikan informasi, tidak ada informasi yang jelas apakah penggunaan TIK baik oleh siswa maupun guru mendorong siswa menjadi independen, kreatif dan kolaboratif melalui penggunaan TIK yang terintegrasi di seluruh mata pelajaran.

Setiap studi kasus yang dilakukan oleh evaluator menyoroti masalah TIK dan pedagogi dan kebutuhan untuk mendukung pembelajaran profesional danjuga masalah peralatan. Sebagai contoh, dalam laporan studi kasus Merauke (lihat Lampiran E), kurangnya akses pada laptop cukup membatasi peluang bagi guru untuk memasukkan lebih banyak TIK dalam daftar strategi mengajar (pedagogical repertoire) dan untuk mendukung pembelajaran siswa.

Namun, mengingat tingginya tingkat kepemilikan siswa akan ponsel dan laptop, dan akses TIK juga tersedia di peralatan ini, maka kebijakan sekolah mungkin perlu dipikirkan kembali. Kepala sekolah dalam tanggapan survei terbuka mengatakan bahwa sekolah memiliki kebijakan tentang teknologi ponsel, belum ada indikasi yang jelas apakah penggunaan telepon pintar (smartphone) merupakan faktor pendukung atau penghalang. Intinya adalah bahwa memungkinkan siswa untuk membawa teknologi laptop dan ponsel ke sekolah adalah cara untuk mengatasi masalah akses dan hal ini memungkinkan para guru untuk mulai memikirkan kembali pedagogi dan mengintegrasikan TIK dalam semua mata pelajaran, dan siswa dapat berbagi dan bekerja sama dalam proses pembelajaran mereka.

7.4 Ringkasan

Bab ini fokus pada aspek-aspek mengajar dan belajar yang relevan dengan penggunaan komputer, laptop, dan perangkat lunak.

Beberapa temuan penting tentang penggunaan komputer, laptop, dan perangkat lunak lain oleh siswa telah diuraikan.

• Tingkat penggunaan TIK di ruang kelas atau laboratorium komputer sangat rendah. 75% siswa di semua kabupaten dan 70% siswa di semua umur/kelas, menunjukkan bahwa mereka tidak pernah menggunakan komputer/laptop/tablet di laboratorium komputer dan hanya sekitar 20% menunjukkan bahwa mereka menggunakan TIK, setidaknya seminggu sekali (misalnya Jayapura, Keerom).

• Di Nabire, setidaknya 31,38% menggunakan TIK dasar seminggu sekali di lab. komputer. Untuk beberapa kabupaten tidak ada penggunaan laboratorium komputer, misalnya Supiori. • Banyak siswa mengungkapkan sejumlah masalah, yaitu tidak ada peralatan, peralatan rusak,

tidak ada listrik, dan tidak ada internet.

• Banyak siswa yang memiliki laptop dan telepon pintar (smartphone) tetapi mereka tidak diperbolehkan untuk membawa peralatan ini ke sekolah dan ini merupakan kebijakan kepala sekolah.

• Antara 81% dan 93% siswa mengatakan mereka tidak menggunakan laptop atau tablet di sekolah,dan tidak pernah menggunakan email atau pesan teks, atau kamera digital.

• Sekitar 73% siswa mengatakan tidak ada penggunaan internet di sekolah.

• Pembelajaran komputer yang wajib setiap minggu untuk siswa pada dasarnya terfokus pada proses komputer dasar, melatih keterampilan mengetik dan menggunakan Excel, Power Point dan Word, dengan sedikit kegiatan yang kreatif.

Ada masalah yang penting diangkat di sini, yaitu siswa memiliki akses minim pada perangkat TIK di sekolah, tapi mereka umumnya tidak diperbolehkan untuk membawa peralatan mereka sendiri dari rumah. Hal ini perlu lebih serius diperhatikan.

Bab 7 TIK Lain untuk Mengajar, Belajar dan Administrasi

Mengenai penggunaan komputer dan laptop oleh guru dan kepala sekolah, sekitar 70% penggunaan adalah untuk tujuan administrasi kelas atau persiapan pelajaran, bukan digunakan untuk pembelajaran siswadi kelas. Dengan menggunakan TIK di kelas, guru memiliki potensi untuk membuat pelajaran lebih hidup dan membangkitkan minat siswa dan meningkatkan partisipasi mereka dalam proses belajar. Hal ini membutuhkan pengembangan profesi guru untuk membangun pemahaman dan menggali potensi TIK untuk belajar dan mengajar.

Bab 8

Infrastruktur, Perencanaan dan

Pendanaan TIK

Bab ini berhubungan dengan wilayah penelitian 2 dan infrastruktur, menjelaskan tentang perangkat keras, pemeliharaan, perencanaan, dukungan pendanaan dan berbagai tantangan dalam penggunaan TIK dalam pendidikan, administrasi dan untuk belajar dan mengajar.

8.1 Perangkat Keras

8.1.1 Perangkat TIK Saat Ini

Survei tambahan yakni dengan menelpon kepala sekolah juga dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui perangkat keras yang tersedia di sekolah saat ini, seperti jumlah komputer, laptop, tablet, LCD dan televisi. Survei tambahan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tanggapan dari survei dan FGD tentang mengajar dan belajar dapat disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya/konteks sekolah masing-masing, serta untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan peralatan itu di bidang administrasi.

Tabel 19 merinci peralatan TIK yang saat ini tersedia untuk digunakan, berdasarkan tanggapan dari 104 kepala sekolah. Tabel ini menunjukkan bahwa komputer yang ditempatkan dalam sebuah ruang komputer, mendominasi konfigurasi/susunan komputer TIK di sekolah, hampir setengah dari sekolah-sekolah itu memiliki komputer kurang dari 5 (dan sekitar sepertiga hanya memiliki satu atau dua unit, 22 sekolah diantaranya tidak memiliki komputer). Hanya ada sedikit yang memiliki laptop, setengahnya hanya memiliki satu atau dua laptop dan tidak ada yang memiliki tablet. Sekitar 40% dari sekolah yang dihubungi tidak memiliki LCD dan lebih dari 40% memiliki satu atau dua LCD.