• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Pelayanan Rawat Inap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Efisiensi Pelayanan Rawat Inap

Efisiensi pelayanan rawat inap merupakan penilaian terhadap pemanfaatan tempat tidur yang disediakan agar sesuai dengan tujuan pemanfaatannya berdasarkan jumlah pasien dan jumlah tenaga medis yang bekerja di ruang rawat inap. Penilaian efisiensi rawat inap dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode Data Envelopment Analysis dan metode berdasarkan teori Barber-Johnson. Efisiensi pelayanan rawat inap menggunakan teori Barber-Johnson merupakan salah satu prasyarat penilaian oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit.

2.5.1 Efisiensi Metode DEA (Data Envelopment Analysist)

Data envelopment analysist pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Semenjak itu pendekatan dengan menggunakan DEA ini banyak digunakan di dalam penelitian-penelitian operasional dan ilmu manajemen. Pendekatan DEA lebih menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan/UPK (decision making units). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif dari UPK yang sebanding. Selanjutnya UPK-UPK yang efisien tersebut akan membentuk garis frontier. Jika UPK berada pada garis frontier, maka UPK tersebut dapat dikatakan efisien ralatif dibandingkan dengan UPK yang lain dalam Peer Group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi

masing-masing UPK, DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.

Model metode analisis efisiensi DEA yang digunakan dalam penilaian efisiensi di rawat inap rumah sakit yaitu model DEA CRS primal. Model DEA CRS primal yaitu model DEA yang memiliki performansi secara tepat dari cabang terbaik. Faktor yang mendapat nilai bobot yang kecil berarti memiliki pengaruh yang kecil pula terhadap produktivitas. Kemudian dibentuk Peer Group untuk menentukan arahan perbaikan produktivitas bagi UPK (pelayanan rawat inap) yang tidak efisien dan sebagai salah satu teknik perbaikan origin DEA. Setelah menentukan variabel lalu dianalisis korelasi faktor menggunakan software SPSS dengan metode Correlate Bivariate dengan parameter yang digunakan Pearson Correlation. Variabel yang digunakan dalam menggunakan metode ini yaitu :

a. Variabel Input meliputi jumlah dokter, jumlah perawat, jumlah paramedis, jumlah teknisi, jumlah staff administrasi, jumlah staff lain, jumlah tempat tidur, jumlah alat, jumlah biaya operasional.

b. Variabel Output meliputi jumlah keseluruhan pasien rawat inap di rumah sakit per klinik/pelayanan (Aidil, 2007).

2.5.2 Efisiensi Rawat Inap Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada (Soejadi, 1996).

Parameter yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi rumah sakit adalah Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death Rate (NDR), Gross Death Rate (GDR).

a. Bed Occupancy Rate (BOR)

Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu. Standar nilai Departemen Kesehatan RI tahun 2005 adalah 60% - 85%.

Jumlah hari perawatan rumah sakit Jumlah TT X jumlah hari dalam satu periode b. Average Length of Stay (ALOS)

Average Length of Stay (ALOS), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu

BOR = x100 %

pengamatan lebih lanjut. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, standar ideal LOS adalah 6-9 hari.

Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar (hidup+mati) c. Bed Turn Over (BTO)

Bed Turn Over (BTO), yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya dalam periode satu tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Jumlah pasien keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur

d. Turn Over Interval (TOI)

Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

Indikator ini juga memberikan gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1-3 hari.

(Jumlah TT x periode) – hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup+mati) e. Net Death Rate (NDR)

Net Death Rate (NDR) yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini ALOS=

BTO =

TOI =

memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 dari 1000.

Jumlah pasien mati >48 jam dirawat Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

f. Gross Death Rate (GDR)

Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk 1000 penderita keluar. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.

Jumlah pasien mati seluruhnya Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

2.5.3 Efisiensi Rawat Inap Standar Teori Barber-Johnson

Perhitungan efisiensi rawat inap, jika menggunakan teori yang dikemukakan oleh Barber-Johnson memiliki perbedaan standar tingkat efisiensi dan rumus perhitungan yang berbeda dibandingkan dengan standar dan rumus perhitungan yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2005. Rumus yang dikemukakan oleh Barber-Johnson yaitu :

a. Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR = O x 100%

A

O = rata-rata tempat tidur yang terisi A = tempat tidur yang siap pakai

Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75% - 85%

NDR = x 1000o/oo

GDR = x 1000o/oo

b. Length Of Stay (LOS)

LOS = O x t

D

O = rata-rata tempat tidur yang terisi T = waktu (hari/bulan/tahun)

Standar nilai LOS menurut Barber Johnson adalah 3-12 hari c. Bed Turn Over (BTO)

BTO = D A

D = pasien keluar (hidup + mati) A = rata-rata tempat tidur siap pakai

Standar nilai BTO menurut Barber Johnson adalah > 30 kali d. Turn Over Interval (TOI)

TOI =

A = rata-rata tempat tidur siap pakai O = rata-rata tempat tidur yang terisi D = pasien keluar (hidup+mati) t = waktu (hari/bulan/tahun)

Standar nilai TOI menurut Barber Johnson adalah 1-3 hari

2.6 Teori Barber – Johnson

Dokumen terkait