• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO)

BAB V HASIL

6.5 Gambaran Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur Pada Satu Periode (BTO)

Pangkalpinang Berdasarkan Teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV Tahun 2014

Bed Turn Over (BTO) menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Nilai BTO pada triwulan I-IV tahun 2014 mengalami fluktuasi. Pada triwulan I-II terjadi peningkatan nilai BTO namun pada triwulan II-III terjadi penurunan dengan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan dan pada triwulan III-IV terjadi peningkatan kembali nilai BTO. Rentang nilai BTO yang terjadi selama tahun 2014 periode triwulan yaitu antara 22,5-25,1 kali. Nilai BTO pada triwulan I-IV tahun 2014 tidak memenuhi standar Barber-Johnson, standar menurut teori Barber-Johnson yaitu lebih dari 30 kali.

Perbandingan perhitungan BTO menurut teori Barber-Johnson dengan rumus Departemen Kesehatan (Depkes) tidak mengalami perbedaan tetapi memiliki standar yang berbeda yaitu menurut teori Barber-Johnson lebih dari 30 kali dan menurut standar Departemen Kesehatan mempunyai nilai ideal 40-50 kali. Jika dihitung selama periode 1 tahun nilai BTO ruang rawat inap Anggrek pada tahun 2014 memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson yaitu dengan nilai 95 kali tetapi untuk standar Departemen Kesehatan melebihi batas ideal yang ditetapkan.

Menurut Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), perhitungan nilai BTO secara periode triwulan belum dapat menggambarkan efisiensi ruang rawat inap, karena perhitungan yang dapat menjelaskan efisiensi rawat inap menggunakan satuan periode tahun dalam perhitungannya. Perhitungan nilai BTO periode triwulan digunakan hanya untuk mengetahui peningkatan pelayanan rawat inap dari periode triwulan sebelumnya.

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dwianto, dkk (2012) di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali nilai BTO pada triwulan I yaitu 18,53 kali, triwulan II yaitu 23,34 kali, triwulan III yaitu 19,58 kali, dan triwulan IV yaitu 21,47 kali. Secara keseluruhan nilai BTO di ruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali tidak memenuhi standar Barber-Johnson. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di ruang Anggrek RS Bakti Timah Pangkalpinang, perhitungan nilai BTO dilakukan dalam satuan periode triwulan.

Berdasarkan penelitian Denny Astri (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai BTO di ruang rawat inap yaitu jumlah pasien keluar dan kejadian luar biasa. Untuk menaikkan nilai BTO, maka rumah sakit dapat meningkatkan jumlah pasien keluar karena memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai BTO. Berdasarkan hasil penelitian Denny Astri disarankan RS Bakti Timah Pangkalpinang perlu membuat kebijakan mengenai lama perawatan pasien terhadap penyakitnya sehingga meningkatkan jumlah pasien keluar.

Secara statistik semakin tinggi nilai BTO berarti setiap penggunaan tempat tidur yang tersedia digunakan oleh banyak pasien secara bergantian.

Hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit, karena tempat tidur yang tesedia aktif menghasilkan pemasukan. Nilai BTO berhubungan dengan rendahnya nilai LOS rumah sakit. Semakin tinggi angka BTO berarti setiap tempat tidur yang tersedia digunakan oleh semakin banyak pasien secara bergantian. Tetapi semakin singkat lama perawatan pasien, maka pergantian tempat tidur juga akan semakin cepat.

6.6 Gambaran Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pemanfaatan Tempat Tidur dengan Menggunakan Teori Barber-Johnson di Ruang Rawat Inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV Tahun 2014

Barry Barber dan David Johnson pada tahun 1973 menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit yang dilihat dari segi medis dan segi ekonomi.

Barber – Johnson merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien yaitu LOS, TOI, BOR dan BTO.

Titik efisiensi dalam grafik Barber-Johnson di ruang Anggrek pada triwulan I sampai triwulan IV mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 5.9, terlihat pada triwulan I sampai triwulan IV tahun 2014 tidak ada titik yang masuk ke dalam daerah efisiensi. Titik yang mendekati daerah efisiensi yaitu titik pada triwulan III tahun 2014.

Titik pada triwulan I sampai triwulan IV berdasarkan grafik Barber-Johnson belum berada pada daerah efisiensi. Hal ini disebabkan oleh jumlah pasien rawat inap yang masuk meningkat dikarenakan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang diambil alih kembali oleh PT. Timah Tbk yang sebelumnya telah dilepas sehingga Rumah Sakit Bakti Timah mendapatkan tambahan pasien dari karyawan serta rekanan lainnya dan tidak hanya melayani pasien umum, banyaknya pasien yang pindah kelas dan pulang belum saatnya serta kurangnya jumlah tempat tidur.

Meningkatnya jumlah pasien rawat inap perlu dibuat suatu rencana kebijakan rumah sakit untuk penambahan tempat tidur pada tahun 2015.

Pada tahun 2013 telah diajukan penambahan 4 tempat tidur namun menemui kendala di bagian keuangan dan hanya ditambahkan 2 tempat tidur saja.

Penambahan jumlah tempat tidur membuat nilai BOR telah memenuhi standar Barber-Johnson, namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Rekam Medis penambahan jumlah tempat tidur tersebut masih dirasa kurang dan untuk mengendalikan nilai LOS perlu adanya kebijakan yang lebih lanjut dari manajemen tingkat atas untuk pelayanan medis dan kebijakan pengontrolan pasien yang pulang belum saatnya.

Standar indikator efisiensi pelayanan rawat inap menurut teori Barber-Johnson yaitu:

1. BOR = 75-85%

2. LOS = 3-12 hari 3. TOI = 1-3 hari

4. BTO = > 30 kali

Nilai TOI yang terlalu kecil yaitu kurang dari satu hari terjadi karena banyaknya pasien yang memilih ruang Anggrek sebagai tempat rawat inap terutama pasien rekanan Rumah Sakit Bakti Timah dan pasien umum yang mempunyai tingkat ekonomi menengah ke atas karena ruang rawat inap Anggrek merupakan kelas Utama di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang tidak sebanding dengan jumlah tempat tidur yang tersedia.

Semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia.

Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Untuk menjaga nilai TOI dan BOR sesuai standar diperlukan kebijakan penambahan jumlah tempat tidur agar nilai TOI dan BOR masuk ke dalam standar dan untuk menjaga nilai LOS diperlukan kebijakan dalam pengontrolan pasien agar tidak pulang sebelum saatnya, kebijakan pemindahan kelas ruang rawat inap, dan peningkatan mutu pelayanan baik dari sisi medis maupun administrasi dan manajemen serta peningkatan keahlian dan keterampilan tenaga medis baik dokter maupun perawat.

Di Indonesia Rumah Sakit wajib membuat laporan mengenai efisiensi menggunakan grafik Barber-Johnson namun pada perhitungan nilai keempat parameter masih menggunakan rumus Departemen Kesehatan. Hal ini kurang sesuai karena grafik Barber-Johnson dibuat berdasarkan rumus Barber-Johnson yang berbeda dengan rumus Departemen Kesehatan pada

perhitungan nilai TOI dan nilai BOR. Oleh karena itu rumah sakit disarankan untuk melakukan perhitungan keempat indikator menggunakan rumus Barber-Johnson agar sesuai dengan grafik yang telah dibuat oleh Barry Barber dan David Johnson.

Strategi yang dapat dilakukan Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang untuk tercapainya efisiensi rawat inap menurut standar Barber-Johnson diantaranya yaitu :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas melalui pendidikan dan pelatihan baik petugas medis maupun paramedis.

2. Meningkatkan kuantitas tenaga, khususnya tenaga keperawatan untuk memenuhi standar kebutuhan tenaga Rumah Sakit.

3. Melakukan pengembangan fasilitas tempat tidur untuk mengantisipasi jumlah pasien.

4. Melengkapi alat-alat kedokteran penunjang pelayanan medis rawat inap.

5. Meningkatkan promosi pemasaran rumah sakit baik dari segi pelayanan maupun peralatan.

91

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Rumah Sakit Bakti Timah merupakan rumah sakit swasta yang dikelola oleh PT. Timah Tbk yang melayani pasien umum dan pasien rekanan rumah sakit.

2. Gambaran rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai LOS menurut teori Barber-Johnson dengan nilai :

a. Triwulan I = 3,43 hari b. Triwulan II = 2,94 hari c. Triwulan III = 3,31 hari d. Triwulan IV = 3,63 hari

Nilai LOS pada Triwulan I,III, dan IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek sudah memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson sedangkan Triwulan II tidak memenuhi standar Barber-Johnson.

3. Gambaran rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai TOI menurut teori barber-johnson dengan nilai :

a. Triwulan I = 0,43 hari

b. Triwulan II = 0,69 hari c. Triwulan III = 0,78 hari d. Triwulan IV = 0,67 hari

Nilai TOI pada Triwulan I-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek tidak memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson.

4. Gambaran persentase tempat tidur yang terisi (BOR) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai BOR menurut teori Barber-Johnson dengan nilai :

a. Triwulan I = 88,78%

b. Triwulan II = 81,09%

c. Triwulan III = 80,97%

d. Triwulan IV = 82,5%

Nilai BOR pada Triwulan II-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek sudah memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson.

5. Gambaran frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) di ruang rawat inap Anggrek di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang berdasarkan teori Barber-Johnson pada Triwulan I-IV tahun 2014 yaitu didapatkan nilai BTO menurut teori Barber-Johnson dengan nilai :

a. Triwulan I = 23,3 kali b. Triwulan II = 25,1 kali c. Triwulan III = 22,5 kali d. Triwulan IV = 24,1 kali

Nilai BTO pada Triwulan I-IV tahun 2014 di ruang rawat inap Anggrek belum memenuhi standar menurut teori Barber-Johnson.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi keempat indikator yaitu:

a. Rata-rata lama hari pasien dirawat (LOS) dipengaruhi oleh faktor banyaknya pasien yang meminta untuk pindah ruangan dan pulang sebelum waktunya.

b. Rata-rata lama hari tempat tidur tidak terisi (TOI) dipengaruhi oleh faktor kurangnya jumlah tempat tidur tetapi ruang Anggrek menjadi pilihan utama masyarakat.

c. Persentase tempat tidur yang terisi (BOR) dipengaruhi oleh faktor adanya penambahan jumlah tempat tidur di ruang rawat inap Anggrek dari yang sebelumnya berjumlah 8 tempat tidur menjadi 10 tempat tidur.

d. Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (BTO) dipengaruhi oleh faktor perbandingan jumlah pasien masuk lebih banyak daripada pasien keluar.

7. Gambaran efisiensi berdasarkan pemanfaatan tempat tidur dengan menggunakan grafik Barber-Johnson di ruang rawat inap Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang pada Triwulan I-IV tahun 2014 tidak masuk dalam daerah efisien dalam grafik Barber-Johnson, yang paling mendekati daerah efisien yaitu pada Triwulan III tahun 2014.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Rumah Sakit

1. Perlu diadakan penambahan jumlah tempat tidur yang sesuai untuk menjaga nilai TOI dan BOR agar masuk ke dalam standar menurut teori Barber-Johnson atau pembuatan ruangan sejenis dengan memperhatikan jumlah tenaga medis sesuai dengan beban kerjanya.

2. Perlu dibuat kebijakan pengarahan oleh dokter dan perawat mengenai resiko dan dampak pengobatan yang tegas kepada pasien yang pulang belum saatnya agar tidak terjadi kasus pulang paksa yang mempengaruhi nilai keempat indikator grafik Barber-Johnson.

3. Perlu dibuat kebijakan mengenai pemindahan ruangan atas permintaan pasien dengan pembatasan jumlah pasien per kelas.

4. Untuk kekonsistenan perhitungan efisiensi sebaiknya menggunakan rumus teori Barber-Johnson bila menggunakan grafik Barber-Johnson dalam pelaporannya karena bila menggunakan rumus dari Departemen Kesehatan sedikit berbeda pada hasil perhitungan yang menyebabkan nilai parameter BOR menjadi lebih tinggi dan nilai TOI yang menjadi lebih rendah.

5. Diadakannya pencatatan di ruang rekam medis untuk jumlah pasien masuk per ruang untuk memudahkan prakiraan jumlah tempat tidur agar tercapainya efisiensi pelayanan rawat inap.

7.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Mendapatkan informasi dari manajemen tingkat atas untuk masalah efisiensi pelayanan rawat inap.

2. Mendapatkan akses data yang luas di rekam medis maupun di ruang perawatan mengenai data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan efisiensi.

Aditama, T. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press Aidil, Jaoumil. 1994. Analisa Tingkat Efisiensi Untuk Meningkatkan

Produktivitas Instalasi Rawat Inap (IRNA) Dengan Menggunakan Metode DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA). Madiun: Universitas Pembangunan Nasionan “veteran” Jawa Timur

Astrie, Denny. 2009. Perancangan Model Penentuan Standar Indikator Keberhasilan Pelayanan Rumah Sakit Kelas C Di Provinsi Riau. Depok:

Universitas Indonesia

Darmanto, R. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1978. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Dharmawan, Y. 2006. Sistem Informasi Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Unit Rawat Inap dengan Menggunakan Indikator Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang

Dwianto, dkk. 2012. Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson Pada Bangsal Kelas III Di Rsud Pandan Arang Boyolali Periode Triwulan Tahun 2012. Karang Anyar: APIKES Mitra Husada Hartono, D. 1991. Indikator Penampilan Penilaian Rumah Sakit. Jakarta. Cermin

Dunia Kedokteran

Umum Mitra Sejati Medan Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara Jones, Charles O. 1984. Pengantar Kebijakan Publik ( Public Policy ). Jakarta :

Rajawali Press

Kementerian Kesehatan R.I. 2007. KEPMENKES

NO.1165/MENKES/SK/X/2007 Tentang Pola Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Umum

Kementerian Kesehatan R.I. 2009. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Kementerian Kesehatan R.I. 2011. Juknis SIRS 2011 Sistem Informasi Rumah Sakit

Kementerian Kesehatan R.I. 2006. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum)

Mardiyono, dkk. 2011. Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Periode Triwulan Tahun 2011. Karanganyar: APIKES Mitra Husada Karanganyar Menap, 2007. Analisis Alasan Pasien Pulang Paksa (Discharge Against Medical

Advice) Di RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada

Lestari, Tri, dkk. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Di Unit Pelayanan Penyakit Dalam Di Bangsal Cempaka 1 Dan Cempaka 2 Berdasarkan Grafik Barber Johnson Di RSUD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012. Karang Anyar: APIKES Mitra Husada

Respati, dkk. 2001. Penerapan Metode Barber Johnson Untuk Menilai Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan

Riyadi, S. 1994. Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber Johnson dalam Penilaian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran

Rustiyanto, E. 2010. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sari, I. 2009. Gambaran Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber-Johnson di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003-2007.

Medan: Universitas Sumatera utara

Simatupang, S. 2004. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Porsea Kabupaten Toba-Samosir Tahun 1999-2003. Medan: Universitas Sumatera Utara

Soejadi, DHHSA. 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Grafik Barber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator. Jakarta: Katiga Bina

Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Sosial, Makalah Seminar. Bandung

Suryani, A.E. 2010. Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan.

Medan : Universitas Sumatera Utara

REKAPITULASI SENSUS HARIAN RAWAT INAP ANGGREK REKAM MEDIS 2012

REKAPITULASI SENSUS HARIAN RAWAT INAP ANGGREK REKAM MEDIS 2014

Dokumen terkait