Ekoregion dataran fluvio-marin di Pulau Sumatera tersebar di beberapa provinsi seperti Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, dan Lampung. Secara demografis, jumlah penduduk yang berada pada ekoregion ini memiliki jumlah yang besar. Meskipun jumlahnya besar, akan tetapi kepadatan penduduknya belum terlalu tinggi. Berdasarkan strukturnya, struktur penduduk di dataran fluvio-marin tergolong kategori muda. Hal ini berarti penduduk yang ada pada ekoregion ini umumnya berada pada usia muda. Jika digambarkan dalam piramida penduduk, maka bentuk piramida penduduknya dikategorikan piramida ekspansif. Ciri dari piramida ekspansif ini adalah memiliki tingkat fertilitas serta tingkat mortalitas berada pada kategori tinggi. Selain memiliki ciri memiliki tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi, pada ekoregian ini memiliki ciri migasi yang dilakukan mulai berkembang. Migrasi yang terjadi dilakukan oleh penduduk dewasa menuju daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan.
Struktur ekonomi masyarakat didominasi oleh perikanan, baik dari perikanan tangkap maupun perikanan hasil budidaya. Hal ini disebabkan oleh kedekatan dengan laut yang memiliki potensi perikanan untuk dikembangkan. Selain berbasis pada perikanan, sektor lain yang juga berkembang adalah pertanian dan peternakan. Pertanian yang dikembangkan adalah pertanian pesisir yang dilakukan di sepanjang sungai dekat laut maupun di sepanjang pantai. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah berupa padi dan palawija. Sedangkan peternakan yang dikembangkan adalah peternakan sapi dan kambing. Pariwisata pada ekoregion dataran fluvio-marin juga mulai dikembangkan. Hal ini akan mendorong ekonomi masyarakat terutama dari segi sektor jasa.
Berdasarkan kondisi budaya masyarakatnya, sistem kekeluargaan dan kekerabatan pada ekoregion ini masih sangat tinggi. Budaya gotong royong dan norma-norma masyarakat pesisir masih dijunjung tinggi. Hubungan antara manusia dan lingkungan pada ekoregion ini sangat tinggi. Masyarakat berpendapat bahwa lingkungan pesisir sebagai sumber kelangsungan hidup. Oleh karena itu, berbagai budaya dan kearifan lokal dikembangkan serta dijaga oleh masyarakat untuk mempertahankan kelestarian lingkungan.
Dengan berbagai potensi sumberdaya manusia dari segi sosial, ekonomi dan budaya, terdapat beberapa permasalahan yang berpotensi muncul. Permasalahan yang berpotensi muncul pada ekoregion ini antara lain:
(1) Persoalan kualitas sumber daya manusia yang masih terbatas;
(2) Persoalan kemiskinan dominan terjadi sebagai akibat dari sumber daya alam yang terbatas; dan
(3) Sebagai akibat kemiskinan yang masih tinggi, maka upaya untuk melestarikan sumber daya wilayah pantai menjadi terkendala.
C.4. Ekoregion Bentangalam asal proses Antropogenik
Bentuk ekoregion bentanglahan antropogenik umumnya berada di dataran perkotaan yang tersebar di kota-kota propinsi dan kabupaten di seluruh ekoregion Sumatera. Apabila dilihat dari kondisi kependudukannya, ekoregion antropogenik yang berada di dataran perkotaan di Sumatera pada umumnya memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi dengan tingkat kepadatan penduduk yang juga tinggi. Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi ini terjadi karena besarnya arus migrasi dari perdesaan menuju perkotaan. Migrasi menjadi penentu yang lebih dominan bagi pertambahan jumlah penduduk di pertkotaan dibandingkan dengan fertilitas dan mortalitas. Struktur penduduk di ekoregion ini telah kompleks dan mengarah pada
struktur penduduk tua. Hal ini berarti potensi lansia pada ekoregion ini perlu mendapat perhatian lebih di masa-masa mendatang.
Kondisi sosial ekonomi ekoregion antropogenik di wilayah Sumatera menunjukkan telah terjadi perubahan dalam hal struktur ekonomi. Pergeseran dari struktur ekonomi primer menuju struktur ekonomi sekunder bahkan tersier. Hampir ditinggalkannya sektor primer yaitu pertanian di ekoregion dataran perkotaan lebih disebabkan sudah terbatasnya luasan lahan pertanian. Kegiatan pertanian tidak akan bisa menjadi optimal dalam kondisi keterbatasan lahan dan tidak ada inovasi teknologi pertanian untuk usaha pertanian di lahan yang terbatas. Sektor perekonomian yang berkembang di ekoregion ini adalah sektor jasa. Sementara itu, sektor perdagangan, keuangan, informasi, perbankan, perhotelan dan jasa kemasyarakatan di ekoregion dataran perkotaan semakin maju.
Kondisi sosial budaya yang umumnya terjadi di dataran perkotaan beberapa diantaranya adalah sistem kekerabatan dan kekeluargaan yang sudah mulai pudar di masyarakat. Pudarnya sistem kekeluargaan dan kekerabatan ini dimungkinkan terjadi karena orientasi masyarakat daerah perkotaan yang lebih banyak para pendatang adalah kegiatan ekonomi atau bekerja. Hal ini mengakibatkan mereka lebih disibukkan pada urusan pekerjaan dan segala hal yang berkaitan dengan perekonomian daripada melakukan kegiatan yang bersifat menjalin kekerabatan atau kekeluargaan. Sebagian besar kegiatan pada kelompok masyarakat di dataran perkotaan ini lebih dominan pada nilai ekonomi daripada nilai sosial. Pranata sosial yang ada di tengah masyarakat juga berbasis ekonomi.
Permasalahan yang berpotensi terjadi di ekoregion antropogenik dataran perkotaan diantaranya, seperti diuraikan berikut ini.
(1) Lunturnya norma sosial sebagai akibat dari perkembangan kehidupan modern yang pesat. Masyarakat yang sudah berorientasi pada pekerjaan dan disibukkan dengan masalah ekonomi akan banyak yang mengesampingkan norma-norma sosial di sekitarnya. Selain itu, mereka yang sebagian besar adalah pendatang tidak merasa menjadi bagian dari masyarakat asli sehingga banyak dari mereka yang mengabaikan norma-norma sosial di tempat tinggal barunya.
(2) Banyak terjadi degradasi lahan, polusi dan kelangkaan sumberdaya di ekoregion ini. Hal ini terjadi karena perkembangan industri dan jasa kemasyarakatan di dataran perkotaan.
(3) Lunturnya sistem kekerabatan dan sosial budaya masyarakat yang hidup di dataran perkotaan. Kurang kuatnya ikatan kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat perkotaan lebih dikarenakan lebih banyaknya penduduk pendatang yang berasal dari berbagai wilayah yang orientasinya adalah kegiatan ekonomi. Selain itu,
semakin pesatnya kemajuan di dataran perkotaan menyebabkan masyarakat lebih modern yang menjunjung tinggi budaya konsumtif dan gaya hidup hedonis.
(4) Banyak potensi konflik sosial terjadi di ekoregion dataran perkotaan. hal ini dikarenakan struktur sosial yang kompleks di ekoregion ini. Kompleksnya struktur penduduk dari segi demografi, ekonomi, dan sosial budaya mengakibatkan banyak benturan kepentingan sehingga apabila tidak diatasi sejak dini berpotensi menciptakan konflik antar kelompok masyarakat.
C.5. Ekoregion Bentangalam asal proses Vulkanik
Ekoregion bentanglahan vulkanik di Pulau Sumatera terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Ekoregion Kerucut dan Lereng Gunungapi, Ekoregion Kaki Gunungapi, dan Ekoregion Dataran Kaki Gunungapi.