EKOREGION BENTANGLAHAN ASAL PROSES FLUVIAL
A.2.6. Satuan Ekoregion Bentanglahan Dataran Aluvial (F2)
Cakupan wilayah pada satuan ekoregion bentanglahan ini menempati area di sebagian wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, dan Lampung.
Karakteristik Bentanglahan pada satuan Ekoregion Dataran Aluvial, seperti diuraikan berikut ini.
Morfologi dataran dengan relief datar, kemiringan lereng 0-3%, beda tinggi rerata <25 meter.
Terbentuk dari proses utama aliran sungai (fluvial) yang membawa material bahan- bahan aluvium dari berbagai sumber didaerah hulu (hinterland) dan diendapkan di bagian bawah (low land) dengan struktur berlapis tersortasi baik (kasar di bagian bawah dan halus di bagian atas, secara berulang), yang menunjukkan periodisasi pengendapannya.
Material atau batuan utama penyusun berupa bahan-bahan aluvium hasil pengendapan aliran sungai, berupa batu dan kerakal membentuk lapisan di bagian bawah, kemudian di atasnya terbentuk lapisan kerikil, pasir, dan yang paling atas lapisan dengan ukuran material sedimen halus, berupa debu dan lempung.
Potensi Sumberdaya Alam Non-hayati secara umum pada satuan Ekoregion Dataran Aluvial, seperti diuraikan berikut ini.
Karena kedudukannya pada dataran rendah, maka suhu udara terasa hangat hingga panas, bergantung musim. Kondisi udara sangat dipengaruhi oleh kondisi perkembangan wilayah.
Material berupa bahan-bahan aluvium tersortasi dengan baik sebagai hasil proses pengendapan aliran sungai, dengan jenis mineral bergantung sumber asal material di bagian hulu (hinterland).
Tanah berkembang dengan baik, solum tanah sangat tebal, berwarna relatif gelap kehitaman, tekstur geluh pasir berlempung, struktur gumpal membulat hingga remah dengan sedikit menggumpal, membentuk tanah-tanah Aluvial yang sangat subur.
Bentanglahan ini lebih berperan sebagai cekungan hidrogelogi dengan akuifer sangat potensial dan persebaran sangat meluas, airtanah dangkal dengan ketersediaan tinggi dan kualitas baik.
Aliran sungai mulai kelebihan bebas sehingga membentuk pola saluran mulai berkelok, lembah sungai semakin melebar, landai, dan tidak stabil lagi karena mulai terjadi proses pengendapan beban sedimen terlaut. Sifat aliran sungai mengalir sepanjang tahun (perenial), akibat input dari air hujan dan airtanah (effluent).
Pemanfaatan lahan bersifat budidaya dan sangat produktif untuk pengembangan sawah irigasi intensif dan teknis, dengan produktivitas sangat tinggi (dapat 4 kali tanaman padi dalam setahun) karena tanah yang subur dan ketersediaan air melimpah, dan permukiman penduduk juga terus berkembang.
Bentanglahan ini termasuk daerah bawahan (low land), sehingga secara hidrogeomorfologi berfungsi sebagai daerah penurapan airtanah (discharge area) yang berperan sebagai cekungan hidrogeologi dengan akuifer yang potensial dan penyebaran luas. Oleh karena itu secara keruangan lebih baik ditetapkan sebagai kawasan budidaya pertanian (lumbung padi) dan pengembangan permukiman (pedesaan atau transisi desa-kota), dengan pembangunan infrastuktur dan aksesibiltas yang sangat mudah.
Permasalahan Sumberdaya Alam Non-hayati dan Kerawanan Lingkungan secara umum pada satuan Ekoregion Dataran Aluvial, diuraikan berikut ini.
Kondisi morfologi yang berupa dataran yang sangat luas, berpotensi menciptakan angin puting beliung apabila kondisi tekanan udara tidak stabil dan tidak merata.
Perkembangan wilayah memicu masalah pemanfaatan lahan dan konflik penataan ruang berupa konversi lahan sawah menjadi lahan-lahan permukiman, pengembangan wilayah perkotaan, konflik sosial, dan pencemaran air, tanah, dan udara, yang bergantung kepada tingkat perkembangan wilayahnya.
Contoh Kenampakan Ekoregion Bentanglahan
Lokasi - 01 : Desa Sei Rampah dan Desa Sukadamai, Kecamatan Sei Bambam, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara
Koordinat : 47N 0515750; 0384784
Karakteristik : Lereng < 3%, elevasi ±6 meter dpal, material aluvium endapan sungai, Daerah Aliran Sungai Rambang.
Air minum berasal dari air PDAM (sumur bor dalam), airtanah dangkal, air permukaan berupa aliran Sungai Rambang dengan nilai daya hantar listrik (DHL) 114,5 µmhos/cm (tawar), debit aliran besar dan bersifat mengalir sepanjang tahun (perenial), air berwarna keruh kecoklatan.
Tanah aluvial dengan warna abu-abu gelap (5YR 4/1), solum tebal, tekstur pasir halus, struktur lepas-lepas, drainase agak baik, pH 5 - 5.5, daya dukung rendah (pnetrometer 1.5 kg/m2), dan kandungan bahan organik (BO) relatif sedikit.
Pemanfaatan lahan berupa lahan pertanian sawah irigasi dengan tanaman padi; kebun campur dengan tanaman berupa jagung, ketela pohon, tebu, dan sagu; serta perkebunan kelapa sawit.
Pemanfaatan lahan lain sebagai lahan permukiman pedesaan dan perkotaan dengan pola mengtikuti jalan, dan matapencaharaian utama adalah petani dan pedagang, dengan etnis campuran, yaitu: Jawa, Melayu, dan China.
Permasalahan : Banjir luapan aliran sungai secara periodik, sehingga membentuk dataran banjir di sekitar aliran sungai (terbentuk rawa-rawa air tawar yang ditumbuhi vegetasi ilalang).
Gambar A2.2a. Kenampakan aliran Sungai Rambang di Desa Sei Rampah dengan bentuk pemanfaatan lahan di sekitarnya berupa kebun campur dengan tanaman jagung, ketela pohon, dan sagu (gambar atas); dan kenampakan lahan sawah irigasi tanaman padi, serta perkebunan kelapa sawit di Desa Sukadamai (gambar bawah), yang merupakan Ekoregion Bentanglahan Dataran Aluvial di Kecamatan Sei Bambam, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Lokasi - 02 : Desa Pasar Usang, Kecamatan Batanganai, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat
Koordinat : 00° 44’ 24.9” LS; 100° 18’ 57.4” BT
Lokasi - 03 : Desa Kampuang Tengah, Kecamatan Lubuk Basuang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat
Koordinat : 47M 0609842; 9964243
Karakteristik : Relief datar, dengan lereng datar hingga landai (0-15%), topografi dataran, dan elevasi ± 21 meter dpal. Tersusun atas batuan sedimen aluvium sungai, berbatasan dengan aluvium marin. Dikontrol oleh struktur berlapis horisontal tersortasi baik. Dinamika proses yang potensial terjadi berupa pengendapan dan banjir akibat luapan aliran sungai. Secara genesis, pada awalnya berupa dataran marin dengan endapan material aluvium marin di bagian bawah, dan tertutup oleh material aluvium sungai (fluvial) di bagian atas.
Sumberdaya Udara
Saat pengukuran udara cerah dan cukup panas, suhu 30.9°C, dan kecepatan angin 1.9 - 3.6 meter/detik (sepoi-sepoi).
Sumberdaya Air
Terdapat aliran Sungai Batanganai dengan kondisi air agak keruh (sedimen terlarut rendah), tawar, dan tidak berbau. Debit aliran cukup besar dan mengalir sepanjang tahun (perennial), bahkan pada musim penghujan sering meluap yang menyebabkan banjir dan menggenangi permukiman di sekitarnya. Menurut penuturan penduduk, periode banjir ulang berpola 10 tahunan, dengan banjir besar terakhir terjadi pada tahun 2000. Nilai daya hantar listrik (DHL) air sungai sebesar 144 µmhos/cm (air tawar), pH sebesar 8.3, suhu air 30.1°C, dan total sedimen terlarut (TDS) sebesar 96 ppm.
Airtanah relatif dangkal (< 7 meter dpt), tetapi penduduk lebih banyak memanfaatkan air PDAM sebagai sumber air domestik (rumah tangga) yang berasal dari mataair pada tekuk perbukitan di sekitarnya.
Sumberdaya Lahan
Tanah penyusun sangat tebal berwarna coklat gelap, bertekstur lempung berdebu, struktur gumpal membulat, konsistensi agak lekat hingga lekat (saat basah), teguh (saat lembab), dank eras (saat kering), dengan drainase baik hingga agak terhambat. Daya dukung sedang hingga tinggi, pH 6 - 7, kandungan bahan organik (BO) tinggi, mangan (Mn) sedang, dan tidak mengandung karbonat (CaCO3), yang menyebabkan tanah relatif subur dan potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan.
Secara umum tanah berupa tanah Aluvial yang mengarah ke Vertisol atau Grumusol dengan kandungan lempung cukup tinggi, sehingga akan lembek saat cukup air (penghujan) dan pecah-pecah ketika kekurangan air (kemarau).
Budidaya pertanian tanaman pangan dengan 2 hingga 3 kali padi (irigasi sederhana hingga setengah teknis) dan 1 kali palawija dalam setahun; di samping juga permukiman penduduk dengan pola menyebar dan mengikuti jalan.
Sumberdaya Mineral
Terdapat kegiatan penambangan rakyat berupa penambangan pasir dan batu kali (secara tradisional dengan mengambil dari dasar sungai menggunakan perahu), serta tanah urug dengan menggunakan bego dan truk yang mencapai ±100 truk sehari.
Sumberdaya Hayati
Fauna endemik berupa babi hutan (celeng) dan ular sawah, selebihnya berupa fauna domestik.
Gambar A2.2b. Kenampakan Penggunaan Lahan Sawah pada satuan Ekoregion Bentanglahan Dataran Aluvial (kiri atas) di daerah Batanganai, Padang Pariaman, dengan jenis tanah asosiasi Aluvial-Vertisol yang mengandung lempung cukup tinggi dan akan mengalami retak-retak saat kekurangan air (kanan atas); dan kenampakan Sungai Batanganai yang mengalir sepanjang tahun, dengan material pasir dan batu sungai yang dimanfaatkan penduduk untuk dijual sebagai bahan bangunan (gambar bawah) (Foto: Langgeng W.S., Maret, 2013)
Gambar A2.2c. Kenampakan Penggunaan Lahan Sawah pada satuan Ekoregion Bentanglahan Dataran Aluvial (gambar atas) di daerah Kampuang Tengah, Lubuk Basuang, Agam, yang tersusun atas asosiasi tanah Aluvial-Vertisol. Gambar tengah memperlihatkan adanya endapan kuning kemerahan yang menunjukkan hasil proses reduksi bahan-bahan organik bekas rawa gambut. Gambar bawah berupa vegetasi rawa pamah, yang mengindikasikan biota lahan rawa dataran rendah. (Foto: Langgeng W.S., Maret, 2013)