EKOREGION BENTANGLAHAN ASAL PROSES VULKANIK
A.2.10. Satuan Ekoregion Bentanglahan Kaki Gunungapi (V2)
Cakupan wilayah pada satuan ekoregion bentanglahan ini menempati area di sebagian wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Karakteristik Bentanglahan pada satuan Ekoregion Kaki Gunungapi, seperti diuraikan berikut ini.
Morfologi berangsur-angsur dari atas ke bawah mengalami penurunan kemiringan lereng dari curam ke miring dengan lereng 15 - 30%, beda tinggi rerata 75 - 500 meter.
Terbentuk dari proses utama aliran lava dan lahar (vulkanism), dengan struktur pengendapan secara periodik yang menunjukkan periodisasi pengendapan akibat letusan.
Material atau batuan utama penyusun berupa bahan-bahan piroklastik hasil pengendapan aliran lava, lahar, dan material jatuhan (airborne deposite), berupa pasir, kerikil, kerakal, dan bebatuan dengan berbagai ukuran.
Potensi Sumberdaya Alam Non-hayati secara umum pada satuan Ekoregion Kaki Gunungapi, seperti diuraikan berikut ini.
Kondisi suhu udara masih terasa dingin dan sejuk karena ketinggiannya, dan udara relatif masih lembab dengan kandungan uap air yang cukup.
Material berupa bahan-bahan piroklastik hasil erupsi gunungapi, yang dapat berupa agregat atau bongkahan (seperti blok lava) maupun lepas-lepas (seperti pasir dan kerikil endapan lahar), sehingga berpotensi sebagai bahan galian mineral golongan C, berupa pasir, kerikil, kerakal, dan batu, sebagai bahan baku bangunan, industri semen, pembangunan jalan, dan infrastruktur fisik lainnya.
Tanah mulai berkembang dengan solum ke arah bawah semakin tebal, berwarna gelap kehitaman, tekstur pasir berdebu (untuk gunungapi aktif) atau pasir debu berlempung (untuk gunungapi tua), berupa tanah-tanah Andosol yang subur.
Pada bagian tekuk lereng di bawah morfologi kaki gunungapi, banyak mucul mataair topografik sebagai bagian dari jalur kedua sabuk mataair (spring belt) dengan debit aliran yang besar, yang berpotensi sebagai sumber air bersih bagi industri air minum dalam kemasan atau PDAM. Mataair ini juga mampu mensuplai aliran sungai secara kontinyu, sehingga umumnya sungai mengalir sepanjang tahun (perenial).
Pola aliran sungai mulai berkembang membentuk pola parallel untuk satu sisi lereng gunungapi atau pola radial sentrifugal untuk keseluruhan keliling tubuh gunungapi. Bentuk lembah sungai masih vertikal, curam, dan agak dalam, sehingga terkadang masih dijumpai penyempitan aliran (rapid valley) dan terjunan-terjunan kecil (small waterfall).
Lahan mulai dapat dimanfaatkan dan muncul bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yang produktif, seperti: hutan produksi, perkebunan, dan pemanfaatan potensi alam untuk pengembangan wisata minat khusus alam pegunungan dengan pemandangan yang indah, udara sejuk, air berlimpah, dan tanah yang subur.
Karena ketinggian, kemiringan lereng, dan kedudukannya di bawah lereng gunungapi, maka bentanglahan ini secara hidrogeomorfologi berfungsi sebagai daerah pengaliran airtanah (flow groundwater) dan daerah resapan air hujan (infiltrasion and percolation area) yang berperan dalam pengisian airtanah ke dalam akuifer, sehingga secara keruangan dapat ditetapkan sebagai kawasan penyangga (buffer area) dengan pemanfaatan terbatas (hutan produksi terbatas atau perkebunan tanaman tahunan).
Permasalahan Sumberdaya Alam Non-hayati dan Kerawanan Lingkungan secara umum pada satuan Ekoregion Kaki Gunungapi, seperti diuraikan berikut ini.
Pada gunungapi yang masih aktif, merupakan zona bahaya kedua akibat ancaman aliran lava, lahar, dan awan panas, yang mengalir melalui lembah-lembah sungainya, serta hujan abu yang dapat tersebar secara meluas di sekitar kepundan gunungapi.
Pemanfaatan lahan dan konflik penataan ruang berupa konversi lahan menjadi lahan-lahan permukiman mulai terjadi, baik pada bentanglahan kaki gunungapi yang tidak aktif atau sedang istirahat, maupun pada gunungapi gunungapi aktif.
Contoh Kenampakan Ekoregion Bentanglahan
Lokasi - 01 : Desa Janggirleto, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara
Koordinat : 47N 0501566; 0322220
Karakteristik : Lereng 8-15%, material endapan piroklastik.
Air minum berasal dari air PDAM (mataair), airtanah dalam dengan akuifer pada kedalaman ±50 sampai 120 meter, air permukaan berupa aliran sungai untuk irigasi dengan nilai daya hantar listrik (DHL) 73,6 µmhos/cm (tawar), debit aliran sedang dan bersifat mengalir sepanjang tahun (perenial), air berwarna agak keruh (keputihan). Tanah Latosol dengan warna abu-abu gelap (10YR 4/1), solum tebal
hingga sangat tebal (60 - >120 cm), tekstur lempung pasir berdebu, struktur gumpal membulat lemah, drainase baik, pH 7, daya dukung sedang - tinggi (pnetrometer 2-4.5 kg/m2), dan kandungan bahan organik (BO) sedang.
Pemanfaatan lahan berupa lahan pertanian sawah irigasi dengan tanaman padi dan tanaman semusim lainnya.
Pemanfaatan lahan lain sebagai lahan permukiman pedesaan dengan pola mengelompok pada daerah yang datar dan mengikuti jalan,
dengan matapencaharaian utama adalah petani dan pedagang, penduduk atau etnis campuran, yaitu: Jawa, Melayu, dan China.
Permasalahan : Konversi lahan menjadi lahan-lahan produktif kebun campur dan permukiman akibat perkembangan wilayah yang pesat.
Gambar A2.5a. Kenampakan Ekoregion Bentanglahan Kaki Gunungapi di Desa Janggirleto, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan bentuk pemanfaatan lahan berupa lahan sawah irigasi tanaman padi dan tanaman semusim lainnya (palawija), dengan tanah Latosol yang subur memiliki solum tebal dan ketersediaan sumber air irigasi dari aliran permukaan yang melimpah. (Foto: Langgeng W.S., November 2015)
Lokasi - 02 : Desa Hapoltakan, Kecamatan Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara
Koordinat : 47N 0485448; 0327625
Karakteristik : Lereng 10%, material endapan piroklastik.
Air minum berasal dari air PDAM (mataair), airtanah dalam dengan akuifer pada kedalaman ±50 sampai 120 meter, air permukaan berupa aliran sungai untuk irigasi dengan debit aliran sedang dan bersifat mengalir sepanjang tahun (perenial), air berwarna agak keruh.
Tanah Latosol dengan warna coklat gelap (10YR 4/3), solum tebal hingga sangat tebal (>100 cm), tekstur lempung berpasir, struktur
remah, drainase baik, pH 7, daya dukung tinggi (pnetrometer 3-4.5 kg/m2), dan kandungan bahan organik (BO) sedikit hingga sedang. Pemanfaatan lahan berupa lahan kebun campur dengan tanaman
palawija, sayur-sayuran, kopi, dan coklat.
Pemanfaatan lahan lain sebagai lahan permukiman pedesaan- perkotaan dengan pola mengelompok pada daerah yang datar dan mengikuti jalan, dengan matapencaharaian utama adalah petani dan pedagang, penduduk atau etnis campuran, yaitu: Jawa, Melayu, dan China.
Permasalahan : Konversi lahan menjadi lahan-lahan produktif kebun campur dan permukiman akibat perkembangan wilayah yang pesat.
Gambar A2.5b. Kenampakan Ekoregion Bentanglahan Kaki Gunungapi di Hapoltakan, Kecamatan Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan bentuk pemanfaatan lahan berupa lahan kebun campur tanaman palawija dan buah- buahan (durian, kopi, dan kakao), dengan tanah Latosol yang subur memiliki solum tebal. (Foto: Langgeng W.S., November 2015)
Lokasi - 03 : Desa Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara
Koordinat : 47N 0459211; 0322619
Karakteristik : Lereng miring, material endapan piroklastik, elevasi 1.378 meter dpal. Air minum berasal dari air PDAM (mataair) dengan nilai DHL 124,7
µmhos/cm, airtanah dalam dengan akuifer pada kedalaman >100 meter.
Tanah pada lapisan atas berupa Andosol berwarna hitam (2.5Y 2/0), dengan solum 20-40 cm, tekstur debu berpasir, struktur remah, pH 4, drainase baik, daya dukung rendah (pnetrometer 1-1.5 kg/m2), dan BO sedikit; sedangkan pada lapisan bawah berupa tanah Latosol warna coklat kekuningan (10YR 6/8), solum tebal, tekstur lempung berpasir, struktur gumpal membulat, drainase agak buruk, pH 5-7, daya dukung tinggi (pnetrometer 3-4.5 kg/m2), dan kandungan bahan organik (BO) sedikit hingga sedang.
Pemanfaatan lahan berupa lahan kebun campur dengan tanaman palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan (kopi dan durian).
Pemanfaatan lahan lain sebagai lahan permukiman pedesaan dengan pola mengelompok pada daerah yang datar dan mengikuti jalan, dengan matapencaharaian utama adalah petani dan pedagang, penduduk atau etnis campuran, yaitu: Jawa, Melayu, dan China.
Permasalahan : Konversi lahan menjadi lahan-lahan produktif kebun campur dan permukiman akibat perkembangan wilayah yang pesat.
Gambar A2.5c. Kenampakan Ekoregion Bentanglahan Kaki Gunungapi di Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan bentuk pemanfaatan lahan berupa lahan kebun campur tanaman palawija dan buah- buahan (durian dan kopi), dengan tanah Andosol berwarna hitam dan Latosol coklat tua yang subur memiliki solum tebal. (Foto: Langgeng W.S., November 2015)