• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSEKUSI MANAJEMEN OPERAS

Dalam dokumen MATERIALS REQUIREMENT PLANNING MENUJU (Halaman 124-127)

BAGIAN III MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II)

BAB 8: KONSEP SISTEM MANUFACTURING RESOURCE PLANNING (MRP II)

D. EKSEKUSI MANAJEMEN OPERAS

Tahap eksekusi MRP II biasanya terdiri dari pembelian barang dari pemasok luar dan pelaksanaan produksi di dalam pabrik. Eksekusi ini dilakukan harian, bahkan pengawasannya dilakukan jam demi jam. Gambar 34, yang merupakan kutipan dari Gambar 30, menunjukkan bagan Eksekusi Manajemen Operasi ini.

Gambar 34

Eksekusi Manajemen Operasi

PEMBELIAN Komponen

PENGAWASAN RUANGAN Jam

PENGUKURAN KINERJA Akuntabilitas

Sebagai misal, pengawasan setiap jam untuk pengiriman barang, suku cadang, atau komponen dari pemasok, produksi barang, dan pengiriman produk kepada pelanggan merupakan hal yang biasa didapat dalam MRP II.

1. Pengawasan Pembelian

Keluaran dari sistem MRP menghasilkan perencanaan terinci mengenai kebutuhan pembelian. Pengawasan pembelian dilakukan untuk jumlah yang dibeli, waktu pembelian yang tepat, dan waktu penerimaan barang yang tepat waktu juga. Oleh karena itu prinsip- prinsip pembelian yaitu tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tempat penyerahan, tempat harga, dan sebagainya perlu dilakukan. Sering kali untuk mengoptimalkan sinkronisasi antara kebutuhan barang dan kedatangan barang, ditempuh metoda pembelian-tepat-waktu.

2. Pengawasan Lantai Produksi

Pengawasan Lantai Produksi berarti pengawasan atas kelancaran kapasitas setiap lantai produksi atau pusat pembuatan barang dan proses produksi. Proses produksi menyangkut efisiensi dalam waktu tunggu, waktu antrean, waktu pembuatan, pengawasan mutu, serta waktu pemindahan barang jadi. Proses kelancaran kapasitas termasuk kelancaran kerja peralatan produksi, pemeliharaan, kebersihan, pengurangan waktu kerusakan, ketrampilan operator perlengkapan, pelatihan karyawan produksi dan operator perlengkapan, dan sebagainya. Pengawasan dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kerja sesuai dengan perencanaan. Apabila tidak, maka perlu dicari sebab- sebabnya, dan dilakukan pembetulan seperlunya.

3. Pengukuran Kinerja.

Pengukuran Kinerja tidak hanya dari kinerja segi finansial belaka, tetapi juga dari kinerja segi produksi, penyediaan barang, pembelian, pengawasan mutu, dan sebagainya. Pengukuran kinerja dari segi finansial umumnya sudah banyak dikembangkan, namun dari segi lain belum banyak dikembangkan orang. Oleh karena itu, dalam MRP II, perlu dikembangkan seperangkat pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk hal-hal di atas sebagai bagian dari implementasi manajemen operasi.

Pengukuran kinerja adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses manajemen. Tanpa pengukuran kinerja yang bersifat kuantitatif, sulit dapat diketahui secara obyektif dan dipertanggung-jawabkan mengenai keberhasilan suatu perencanaan. Kinerja harus dapat diukur, oleh karena itu di samping ukuran kualitatif, dibutuhkan ukuran kuantitatif juga. Ukuran kinerja biasanya perlu dikembangkan untuk dua hal yaitu ukuran efisiensi dan ukuran efektivitas.

4. Menutup Rangkaian Proses.

Dari Perencanaan Bisnis sampai pada Pengawasan Lantai Produksi merupakan fokus keseluruhan dari model bisnis MRP II, yang pada hakekatnya adalah perencanaan dan pelaksanaan untuk melayani pasar. Penyerahan kepada dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan adalah ukuran utama dari proses bisnis dan kinerja perusahaan. Penyerahan seperti yang dikehendaki pelanggan, atas dasar harian bahkan jam-jaman, merupakan hasil dari proses MRP II.

Yang penting dalam model bisnis MRP II adalah rangkaian proses yang berurutan, berkaitan, konsisten, dan terangkai secara tertutup. Berurutan, berkaitan, dan konsisten artinya ada hubungan yang jelas dan logis antara perencanaan tingkat manajemen puncak (yaitu perencanaan bisnis, perencanaan penjualan, dan perencanaan produksi), dengan perencanaan tingkat manajemen operasi (penjadwalan induk, perencanaan material, dan perencanaan kapasitas), serta juga pelaksanaan manajemen operasi (pengawasan pembelian, pengawasan lantai produksi, dan pengukuran kinerja). Rangkaian proses tertutup artinya, pengalaman pelaksanaan manajemen operasi memberikan umpan balik pada perencanaan tingkat manajemen puncak maupun perencanaan tingkat manajemen operasi. Rangkaian proses tertutup juga menyangkut analisis dan pengambilan keputusan setiap kali melangkah ke tingkat perencanaan berikutnya. Seperti telah disinggung di atas, dari tahap Perencanaan Manajemen Puncak ke Perencanaan Manajemen Operasi, diperlukan analisis dan pengambilan keputusan apakah sumber daya sudah cukup tersedia atau tidak. Ini menentukan langkah selanjutnya. Demikian juga pada waktu beralih dari Perencanaan Manajemen Operasi ke Eksekusi Manajemen Operasi, diperlukan analisis dan pengambilan keputusan apakah perencanaan yang dilakukan sudah cukup matang dan memang dapat dikerjakan atau tidak.

Hal tersebut perlu ditekankan oleh karena tidak jarang bahwa suatu perencanaan tidak konsisten dijalankan, misalnya produksi yang sama sekali tidak berorientasi pada perencanaan bisnis dan perencanaan penjualan, perencanaan yang tidak sesuai dengan tersedianya sumber daya, perencanaan yang sulit dijalankan karena terlalu ambisius dan sebagainya. Dengan penjelasan di atas, rangkaian proses yang tertutup mempunyai karakteristik dan sekaligus faedah sebagai berikut.

• Merupakan seri dari fungsi-fungsi, tidak hanya perencanaan kebutuhan material saja.

• Mengandung alat untuk memecahkan persoalan prioritas dan kapasitas, dan menunjang baik perencanaan dan pelaksanaan.

• Mengandung fasilitas untuk memberikan umpan balik dari fungsi pelaksanaan

ke fungsi perencanaan. Dengan demikian, perencanaan dapat dirubah apabila diperlukan.

• Mengandung kemampuan untuk menterjemahkan perencanaan operasi (dalam

satuan barang), ke dalam istilah keuangan (satuan uang)

Mengandung kemampuan untuk mengkaji pertanyaan ’bagaimana seandainya’

dan memberikan jawaban yang barang maupun dalam satuan uang.

E. HUBUNGAN ANTARA MRP, DRP, CRP, DAN MRP II

Dari penjelasan mengenai model bisnis MRP II, dan dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka akan tampak hubungan yang sangat erat bahkan saling menunjang, antara MRP, DRP, CRP, dan MRP II. Secara grafis, hubungan tersebut dapat ditunjukkan seperti dalam Gambar 35, seperti juga sudah diperlihatkan di dalam Gambar 30.

Gambar 35 Model Bisnis MRP II

Hubungan antara MRP, DRP, CRP, dan MRP II PERENCANAAN BISNIS PERENCANAAN PENJUALAN PERENCANAAN PRODUKSI PENJADWALAN INDUK MRP CRP PEMBELIAN PENGAWASAN RUANGAN PENGUKURAN KINERJA Sumber Daya OK? Rencana OK? UM P A N B A L IK PERENCANAAN MANAJEMEN OPERASI PERENCANAAN MANAJEMEN PUNCAK PELAKSANAAN MANAJEMEN OPERASI Tidak Ya Tidak Ya DRP

Seperti tampak dalam Gambar tersebut, keseluruhan model proses bisnis yang merupakan rangkaian proses tertutup tersebut adalah MRP II, dan DRP, MRP, maupun CRP adalah bagian-bagian dari MRP II tersebut. MRP merupakan perencanaan kebutuhan material yang merupakan bagian dari Perencanaan Manajemen Operasi, yang diperlukan untuk menunjang Perencanaan Produksi. DRP adalah perencanaan alokasi tempat penyimpanan barang, yang merupakan perencanaan penunjang dari MRP. CRP merupakan perencanaan kapasitas pusat-pusat pembuatan barang, yaitu suatu perencanaan yang dilakukan setelah MRP, sebagai persiapan untuk pelaksanaan produksi selanjutnya.

Dengan demikian lengkaplah sudah gambaran hubungan antara konsep-konsep perencanaan tersebut. Oleh karena itu, MRP II bukan pengganti konsep MRP, dan juga tidak hanya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari MRP, tetapi dalam konsep MRP II, konsep MRP masih digunakan bersama dengan konsep yang termasuk dalam satu ’keluarga’, yaitu DRP dan CRP. Ada lagi konsep-konsep lain yang masih termasuk ’keluarga’ di atas, yang merupakan pengembangan atau perincian lebih lanjut, misalnya

TRP (Tools Requirement Planning), RCCP (Rough-Cut Capacity Planning), RRP (Resource Requirement Planning), dan sebagainya. Ke tiga istilah ini tidak akan dibahas lebih lanjut, tetapi secara singkat dapat dijelaskan artinya sebagai berikut.

Tools Requirement Planning (TRP)

TRP adalah perencanaan yang sebetulnya sama dengan MRP, hanya khusus untuk alat (tools). Jadi TRP merencanaan alat-alat yang diperlukan untuk produksi, berapa diperlukan, kapan diperlukan, kapan dipesan, dan sebagainya sehingga dicegah kekurangan atau kelebihan alat.

Rough-Cut Capacity Planning (RCCP)

Baik CRP maupun RCCP adalah perencanaan kapasitas. Kalau CRP berada pada tingkat operasional dan merupakan dan merupakan respons terhadap MRP, maka RCCP berada pada tingkat taktis dan merupakan respons terhadap MPS.

Resource Requirement Planning (RRP),

RRP adalah perencanaan yang dilakukan untuk menanggapi perencanaan produksi, apakah sumber daya jangka panjang seperti tanah, fasilitas, mesin, dan tenaga manusia tersedia, atau dapat disediakan.

Dalam dokumen MATERIALS REQUIREMENT PLANNING MENUJU (Halaman 124-127)