• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen Pelaku atau Institusi Terkait Sistem Pengembangan Rusunawa Melalui Konstruksi Ramah Lingkungan

Merupakan kegiatan terakhir yang meliputi :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Struktur Sistem Pengembangan Rusunawa Ramah Lingkungan

4.6.1 Elemen Pelaku atau Institusi Terkait Sistem Pengembangan Rusunawa Melalui Konstruksi Ramah Lingkungan

yang harus dipecahkan dan diselesaikan secara tuntas dan terpadu. Guna menggambarkan keadaan dan memecahkan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan suatu proses pengkajian sistem pengembangan rusunawa yang dapat menghasilkan model struktural yang memotret kompleksitas sistem yang dikaji.

Teknik interpretive structural modelling (ISM) dapat digunakan untuk keperluan pengkajian tersebut. Teknik ini menganalisis elemen sistem dan menyajikannya dalam bentuk grafikal setiap hubungan langsung dari elemen sistem dan hierarkinya. Elemen sistem dapat berupa objek kebijakan, tujuan program, dan lain-lain tergantung dari tujuan pemodelannya. Sedangkan hubungan langsung dapat bervariasi dalam suatu konteks yang mengacu pada hubungan kontekstual antar elemen yang dianalisis. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan melalui survai pakar menggunakan teknik ISM, diperoleh 2 (dua) elemen untuk penyusunan model pengembangan rusunawa yang terdiri dari: 1. Pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan rusunawa ramah

lingkungan;

2. Kendala utama dalam pencapaian pengembangan rusunawa ramah lingkungan. Kedua elemen tersebut masing-masing selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen. Pada setiap elemen dilakukan pembagian menjadi sejumlah sub-elemen sampai memadai. Identifikasi hubungan kontekstual antar sub-elemen dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan responden pakar. Struktur sub-elemen dalam suatu sub-elemen akan diuraikan sebagai berikut di bawah ini.

4.6.1 Elemen Pelaku atau Institusi Terkait Sistem Pengembangan Rusunawa Melalui Konstruksi Ramah Lingkungan

Komponen sub-elemen pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan terdiri dari: (1)

Pemerintah Pusat; (2) Pemerintah Provinsi; (3) Pemerintah Kota Batam; (4) Kementerian Pekerjaan Umum; (5) Kementerian Perumahan Rakyat; (6) Dinas Pekerjaan Umum; (7) pengelola rusunawa; (8) pelaku usaha; (9) akademisi; (10) praktisi; (11) masyarakat; (12) Lembaga Swadaya Masyarakat. Secara operasional, pemerintah pusat diwakili oleh sektor yang paling terkait dengan pengembangan rusunawa ramah lingkungan, yaitu Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan Kementerian Keuangan. Kedua lembaga ini sebagai wakil pemerintah pusat, sangat berperan dalam merencanakan dan menganggarkan pengembangan rusunawa ramah lingkungan di tingkat pusat.

Penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual antar sub-elemen komponen pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan rusunawa. Tabel 39 memperlihatkan bahwa sub-elemen Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat menjadi sub-elemen kunci dari elemen pelaku karena mempunyai daya pendorong paling besar dan tingkat ketergantungan paling rendah. Hal ini memberikan makna bahwa dalam pengembangan rusunawa ramah lingkungan, pelaku yang paling menentukan adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa untuk mendorong pengembangan rusunawa ramah lingkungan harus diberikan perhatian yang lebih fokus kepada kedua sub-elemen ini sedemikian rupa sehingga pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan menjadi fokus program kedua kementerian tersebut.

Tabel 39 Matriks interaksi tunggal terstruktur (SSIM) elemen pelaku

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 V V A A V V V V V V V 2 O O O O V O V O V V 3 A A O V V O A V V 4 O V V V V V V V 5 V V V V V V V 6 V V O X V V 7 O V O X X 8 O X V V 9 O V V 10 V V 11 X 12

Keterangan:

No. 1 sampai dengan 12 adalah sub-elemen 1 sampai dengan sub-elemen 12 V = jika sub-elemen ke-i (baris) lebih penting dari sub-elemen ke-j (kolom) A = jika sub-elemen ke-j lebih penting dari sub-elemen ke-i

X = jika sub-elemen ke-i sama penting dengan sub-elemen ke-j

O = jika sub-elemen ke-i sama-sama tidak penting dengan sub-elemen ke-j

Matriks interaksi tunggal terstruktur atau structural self interaction matrix (SSIM) elemen pelaku tersebut menjadi dasar pembuatan matrik RM atau reachability matrix. Matrik RM dibuat berdasarkan notasi-notasi V (1,0), A (0,1), X (1,1), dan O (0,0). Hasil matrik RM elemen pelaku disajikan dalam Tabel 40.

Tabel 40 Hasil reachability matrix (RM) elemen pelaku

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 3 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 5 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 10 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 12 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1

Keterangan: No. 1 sampai dengan 12 adalah sub-elemen 1 sampai dengan sub-elemen 12

Selanjutnya matrik RM ini diperiksa transitivity rule-nya dan dikoreksi hingga membentuk matriks yang tertutup. Hasil perbaikan ini ditampilkan dalam Tabel 39 sebagai matriks RM revisi. Matriks ini juga menunjukkan ranking setiap sub-elemen pelaku berdasarkan daya pendorong (driver power) yang dimilikinya. Sub-elemen (4) Kementerian Pekerjaan Umum dan (5) Kementerian Perumahan Rakyat merupakan urutan teratas, diikuti oleh (1) Pemerintah Pusat (Bappenas dan Kemenkeu) pada urutan kedua. Urutan ketiga ditempati oleh 4 sub-elemen, terdiri dari: (3) Pemerintah Kota Batam; (6) Dinas Pekerjaan Umum; (8) pelaku usaha; dan (10) praktisi. Urutan terakhir ditempati oleh: (7) pengelola rusunawa; (9) akademisi; (11) masyarakat; (12) Lembaga Swadaya Masyarakat.

Hal ini juga menunjukan tingkatan hirarki (level) struktur pelaku terkait pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan.

Tabel 41 Hasil reachability matrix (RM) revisi elemen pelaku

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Drv R 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 10 2 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 - 3 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 3 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 1 5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 6 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 3 7 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 4 8 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 3 9 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 4 10 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 3 11 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 4 12 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 4 Dep 3 4 7 1 1 7 12 7 12 7 12 12 L 3 - 2 4 4 2 1 2 1 2 1 1 Keterangan:

No. 1 sampai dengan 12 adalah sub-elemen 1 sampai dengan sub-elemen 12

Drv = daya pendorong

R = peringkat

Dep = ketergantungan

L = level atau hierarki

Gambaran klasifikasi setiap sub-elemen pelaku berdasarkan daya pendorong dan tingkat ketergantungan disajikan secara lebih jelas pada Gambar 52. Pengelompokan ini menghasilkan 5 kelompok sub-elemen yang menempati 4 kuadran yang tersedia. Kelompok pertama terdiri dari (4) Kementerian Pekerjaan Umum dan (5) Kementerian Perumahan Rakyat, serta kelompok kedua yang hanya terdiri dari (1) Pemerintah Pusat menempati kuadran IV atau kuadran independent. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok ini memiliki kekuatan pendorong yang besar terhadap keberhasilan pengembangan rusunawa ramah lingkungan. Meskipun berada pada kuadran yang sama, berdasarkan independensi dan daya pendorongnya (4) Kementerian Pekerjaan Umum dan (5) Kementerian Perumahan Rakyat sebagai sektor paling terkait, masih memiliki

daya pendorong yang lebih baik dibandingkan (1) Pemerintah Pusat (Bappenas dan Kemenkeu).

Kuadran III atau kuadran linkage ditempati oleh 4 sub-elemen, terdiri dari: (3) Pemerintah Kota Batam; (6) Dinas Pekerjaan Umum; (8) pelaku usaha; dan (10) praktisi. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sub-elemen ini merupakan kelompok penghubung yang bisa mendorong keberhasilan pengembangan konstruksi ramah lingkungan. Kelompok linkage ini memiliki karakteristik daya pendorong yang tinggi, tetapi sekaligus memiliki tingkat kebergantungan (dependensi) yang tinggi juga. Setiap sub-elemen dalam kelompok ini saling bergantung, serta bergantung juga kepada kelompok independent (Pemerintah Pusat, Kementerian PU, dan Kementerian Pera) pada kuadran IV. Hal ini juga mengindikasikan bahwa bagi siapa saja yang berkaitan dengan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan harus menelaah secara berhati-hati karena hubungannya antar sub-elemen pada kelompok ini tidak stabil. Ketidak stabilan hubungan antar elemen ini disebabkan karena keempat sub-elemen tersebut memiliki daya dorong yang tinggi dan sekaligus memiliki tingkat ketergantungan satu sama lain yang tinggi.

Gambar 52 Klasifikasi elemen pelaku berdasarkan tingkat ketergantungan dan daya pendorongnya

[II] DEPENDENT [I] AUTONOMOUS

[III] LINKAGE

Kuadran II atau kuadran dependent ditempati oleh: (7) pengelola rusunawa; (9) akademisi; (11) masyarakat; (12) Lembaga Swadaya Masyarakat. Kelompok ini memiliki daya pendorong yang relatif kecil dan tingkat ketergantungan tinggi baik antar sub-elemen, maupun terhadap kelompok lain. Hal ini bisa menunjukan bahwa kelompok ini tidak memiliki kemampuan dan kapabilitas dalam mendorong keberhasilan pengembangan rusunawa ramah lingkungan, atau sesungguhnya mereka memiliki kemampuan dan kapabilitas, tetapi belum diberi peran secara signifikan dalam pengembangan rusunawa ramah lingkungan ini.

Selain semua pelaku di atas, masih ada sub-elemen (2) Pemerintah Provinsi yang menempati kuadran I atau kuadran autonomous. Kelompok pelaku pada kuadran ini umumnya tidak terlalu terkait dengan keberhasilan pengembangan rusunawa ramah lingkungan. Meskipun Pemerintah Provinsi masih terkait dan bisa dipengaruhi oleh kelompok pada kuadran IV (Pemerintah Pusat, Kementerian PU, dan Kementerian Perumahan Rakyat). Selain itu, Pemerintah Provinsi juga terkait dan mampu mempengaruhi kelompok pada kuadran II (pengelola rusunawa, akademisi, masyarakat, dan LSM).

Hubungan kontekstual dan level hierarki elemen pelaku pengembangan rusunawa ramah lingkungan disajikan pada Gambar 53. Struktur hierarki tersebut menunjukkan bahwa sub-elemen Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat berada pada posisi tertinggi yaitu pada level 4. Hal ini menunjukkan bahwa sub-elemen tersebut merupakan sub-elemen yang memiliki kekuatan penggerak dan pengaruh terbesar terhadap sub-elemen lain yang berada di level yang lebih rendah. Hal yang menarik pada level ini adalah meskipun menjadi penggerak utama keberhasilan pengembangan rusunawa ramah lingkungan, tetapi kedua sub-elemen dalam level ini tidak saling terkait.

Ketidakterkaitan antar Kementerian PU dan Kementerian Perumahan Rakyat ini bisa mengindikasikan bahwa masih adanya ego sektor yang mengakibatkan lemahnya komunikasi dan koordinasi antar kedua kementerian ini Kelemahan ini masih bisa ditutupi dengan keberadaan Pemerintah Pusat (Bappenas dan Kemenkeu) pada level kedua tertinggi (level 3) yang terkait terhadap keduanya. Pemerintah Pusat harus bisa mendorong komunikasi dan koordinasi antar kedua kementerian ini. Selain itu, Pemerintah Pusat harus bisa

mendorong kedua kementerian ini untuk saling membuka diri dan menghilangkan ego sektor. Sehingga di masa mendatang permasalahan ini bisa teratasi guna keberhasilan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan.

Pemerintah Kota Batam, Dinas Pekerjaan Umum, pelaku usaha dan praktisi yang berada pada level 2 merupakan kelompok penghubung yang bisa mendorong keberhasilan. Sementara level terakhir (level 1) ditempati pengelola rusunawa, akademisi, masyarakat dan LSM. Semua sub-elemen dalam kedua level ini saling terkait dan memiliki peranan saling mendukung dalam mencapai keberhasilan pengembangan rusunawa dengan konstruksi ramah lingkungan.

4.6.2 Kendala Utama Terkait Sistem Pengembangan Rusunawa Melalui