• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.8. Pendekatan Sistem

Model kebijakan pengembangan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang

ramah lingkungan (green building) dalam operasionalisasinya harus dapat memenuhi

kebutuhan stakeholders secara optimal, oleh karenanya maka pada penelitian ini akan

dilakukan analisis kebutuhan terhadap stakeholders terkait. Pelaku/stakeholders yang

terlibat dalam pengembangaan rumah susun yang berwawasan lingkungan adalah

sebagai berikut:

1.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah yang akan diwakili oleh, Departemen

Pekerjaan Umum, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, dan Pemerintah Kota

Batam

2.

Pengelola Rusunawa: Pemkot Batam, Jamsostek, industri

3.

Pelaku usaha: kontraktor, konsultan, supplier

4.

Akademisi, profesional Ikatan Ahli Beton Pracetak & Prategang Indonesia

(IAPPI)

5.

Masyarakat: penghuni dan penduduk sekitar lokasi Rusunawa

Independent Variable Sektor IV Dependent Variable Sektor II Autonomous Variable Sektor I Lingkage Variablel Sektor III Ketergantungan (Dependence) Daya Dorong (Drive Power)

b.

Formulasi Masalah

Identifikasi permasalahan yang ada merupakan tahapan awal dalam

melakukan pendekatan sistem sehingga dengan mengidentifikasi masalah-masalah

awal dan mendasar maka diharapkan diperoleh alternatif penyelesaian masalah sesuai

dengan tingkat permasalahan yang diangkat.

Adapun permasalahan yang dapat muncul dari pengembangan rumah susun

melalui optimasi pelaksanaan konstruksi di lokasi penelitian diformulasikan dalam

berbagai keterbatasan sebagai berikut :

1. Sumberdaya manusia dalam melaksanakan teknologi kontruksi yang hemat

sumberdaya alam, sehingga berdampak pada rendahnya inovasi dan kreativitas ,

akhirnya berakibat pada semakin hebatnya tekanan terhadap lingkungan.

2.

Kemampuan kontraktor dalam menciptakan dan menerapkan teknologi

berwawasan lingkungan pada setiap proses produksi, pelaksanaan, sampai yang

masih tetap berakibat pada tingginya tingkat pencemaran.

3.

Peralatan yang dipakai untuk melakukan perakitan konstruksi

4.

Bahan bangunan bermutu tinggi yang ramah lingkungan.

5.

Keraguan masyarakat menghuni Rusunawa yang dilaksanakan dengan sistem

pracetak

6.

Infrastruktur usaha seperti: energi listrik, perijinan, komunikasi, perpajakan,

retribusi berdampak kurang kondusifnya iklim usaha.

c.

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem pada dasarnya merupakan hubungan antara pernyataan dari

kebutuhan dengan pernyatan khusus dari masalah yang akan diselesaikan dalam

rangka mencukupi kebutuhan dan digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab

akibat untuk perancangan model dari sistem yang dikaji. Identifikasi pengembangan

rusun yang berwawasan lingkungan direpresentasikan dalam bentuk diagram lingkar

sebab akibat (causal loop)

dan kotak hitam (black box). Adapun tujuan dari

identifikasi sistem ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang

dikaji dan selanjutnya digambarkan dalam diagram masukan-keluaran (black-bock).

d.

Diagram lingkar sebab akibat

Diagram lingkar sebab akibat adalah bahasa gambar yang mengungkapkan

kejadian hubungan

sebab akibat, yang dibuat dalam bentuk garis panah yang saling

mengait, sehingga membentuk sebuah diagram lingkar sebab akibat. Dalam hal ini

pangkal panah yang terdapat pada diagram ini menyatakan sebabnya sedangkan

ujung panahnya menyatakan akibatnya.

Hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan

positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan sebab akibat yang

makin besar nilai faktor penyebab akan makin besar pula nilai faktor akibat,

sedangkan hubungan negatif adalah hubungan sebab akibat yang semakin besar nilai

faktor penyebab akan makin kecil nilai dari faktor akibat. Dampak atau akibat dari

suatu sebab dapat mempengaruhi balik sebab tersebut, sehingga terdapat hubungan

sebab akibat yang memiliki arah berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang

lain. Dalam hal ini terbentuk suatu umpan balik tertutup, yang sering kali disebut

sebagai loop.

Loop adalah suatu akibat yang dibalikkan ke penyebabnya, sehingga

terbentuk apa yang dinamakan umpan balik atau feed back loop (Aminullah,, 2001).

Umpan balik dibedakan menjadi dua macam yaitu umpan balik positif bila

perkalian tanda dari hubungan sebab akibat yang membentuknya adalah positif,

namun jika hasilnya negatif disebut umpan balik negatif. Umpan balik positif

memberikan penguatan terhadap perubahan yang terjadi, yakni nilai perubahannya

semakin lama semakin besar. Umpan balik negatif memberikan pelemahan terhadap

perubahan yang terjadi, yakni makin lama makin kecil dan akhirnya hilang (Gambar

11).

Penduduk Kelahiran - + Kematian + + Imigrasi Emigrasi + - Pemukiman + Penggunaan Lahan - Kualitas Lingkungan - -/+ Tenaga Kerja + + Nilai Ekonomi -/+ - + + + Teknologi + -

Gambar 11 Diagram causal loop.

Berdasarkan diagram lingkar sebab-akibat (causal loop), diketahui bahwa

kegiatan rusunawa akan berdampak positif terhadap peningkatan penyerapan tenaga

kerja terampil, efisiensi penggunaan ruang, terutama terjadinya degradasi kawasan

hutan dalam penyediaan permukiman baru bagi masyarakat, dapat menurunkan

jumlah limbah kegiatan konstruksi pembangunan permukiman baru akibat

dilakukannya efisiensi pengelolaan dalam pemanfaatan kayu, sehingga kualitas

lingkungan menjadi baik atau dapat minimalisasi laju penurunan kualitas lingkungan.

Kegiatan rusunawa yang menekankan pada penggunaan teknologi akan

berdampak positif terhadap peningkatan efisiensi pengelolaan dan akan

meningkatkan nilai ekonomi dalam kegiatan pembangunan permukiman baru.

Penggunaan teknologi dalam kegiatan pembangunan permukiman baru juga tidak

terlepas dari kegiatan penyerapan tenaga kerja terampil dan aktivitas pasokan

terhadap barang dan jasa.

e.

Diagram Input-Output

Diagram input-output menggambarkan hubungan antara peubah masukan dan

keluaran melalui proses transformasi yang digambarkan sebagai kotak hitam. Pada

diagram ini terdapat dua macam input yakni input yang terkendali dan input yang

tidak terkendali. Selain input juga terdapat output yang juga terdiri dari dua macam

output atau keluaran yang dikehendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki (Gambar

12).

Gambar 12. Diagram input - output model pengembangan rusunawa

I nput Terkendali: 1. Konstruksi ramah lingkungan 2. Teknologi pelaksanaan konstruksi 3. Model pengembangan rusun

4. Managemen & pengawasan pelaksanaan 6. Teknologi pembuatan bahan bangunan

ramah lingkungan

7. Kapasitas unit produksi bahan bangunan 8. Sarana dan prasarana / infrastruktur

Output Yang Dikehendaki : 1. Adanya kebijakan pembangunan rusun ideal 2. Minimnya penggunaan SDA bhn bangunan 3. Minimnya konsumsi energi listrik&energi lain 3. Terpeliharanya kualitas lingkungan

4. Meningkatnya fungsi RTH penyerap CO2 5.Terpenuhinya kebutuhan akan tempat tinggal

Model Pengembangan Rusunawa yang Ramah

Lingkungan (Green Building)

Output Yang Tidak Dikehendaki: 1. SDA bahan bangunan berkurang 2. Lingkungan tercemar

3. Boros energi

4. Konflik pada pengguna rusun 5. Konflik antar stakeholder 6. Gagal konstruksi

7. I nefisiensi infrastruktur 8. I nefisiensi konstruksi

Manajemen pengendalian (feed back)

I nput Tak Terkendali :

1 1..PPeerruubbaahhaanniikklliimmgglloobbaall 2 2..MMeennuurruunnnnyyaaSSDDAAbbaahhaannbbaanngguunnaann 3 3..MMeennuurruunnnnyyaassuummbbeerreenneerrggii 4 4..TTiinnggggiinnyyaauurrbbaanniissaassii 5 5..MMeennuurruunnnnyyaakkuuaalliittaasslliinnggkkuunnggaann 6 6..MMeennuurruunnnnyyaaSSDDMM Input Lingkungan : 1. Peraturan/perundangan 2. Kebijakan-kebijakan terkait

f.

Simulasi Model

Menurut Siswosudarmo et al.(2001) sSimulasi adalah peniruan perilaku suatu

gejala atau proses. Simulasi bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut,

membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan.

Menurut Purnomo (2005) terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan pada saat

kita melakukan analisis simulasi model, yakni:

1.

Identifikasi indikator/isu/masalah, tujuan dan batasan

Identifikasi indikator/isu atau masalah dan batasan dilakukan untuk

mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan

untuk menentukan indikator hipotetikal sebanyak 10 indikator. Setelah isu

ditentukan, selanjutnya menentukan tujuan pemodelan yang meliputi metode

pemodelan, ketelitian model dan jenis model yang dinyatakan secara eksplisit.

Setelah itu dilakukan penentuan batasan terhadap permodelan yang dilakukan.

2.

Konseptualisasi model dengan menggunakan ragam metode seperti diagram kotak

dan panah, diagram sebab-akibat, diagram stok (stock) dan aliran (flow) atau

diagram klas dan diagram sekuens.

Tahapan ini dimulai dengan mengidentifikasi semua komponen yang

terlibat atau dimasukan dalam pemodelan. Jika komponen-komponen tersebut

sangat banyak maka dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, dan

selanjutnya dicari hubungannya satu sama lain dengan menggunakan diagram

kotak dan panah. Untuk tujuan tersebut, maka hal yang perlu diperhatikan adalah

adanya kenyataan bahwa komponen-komponen yang membentuk sistem harus

dinamis, sensitif terhadap perubahan serta keterkaitannya dalam sistem

membentuk hubungan sebab-akibat. Identifikasi keterkaitan komponen tersebut

didasarkan pada keadaan nyata agar hasil yang digambarkan model tersebut

mendekati keadaan sebenarnya.

3.

Spesifikasi model dengan merumuskan makna diagram, kuantifikasi dan atau

kualifikasi komponen indikator yang diperlukan

Spesifikasi model kuantitatif, bertujuan untuk membentuk model kuantitatif

dari konsep model yang telah ditetapkan dengan memberikan nilai kuantitatif

terhadap masing-masing variabel/indikator dan menterjemahkan hubungan atau

keterkaitan antar 10 variabel/indikator dan komponen penyusunan model sistem

tersebut kedalam persamaan matematika. Persamaan tersebut dapat diperoleh dari

hasil regresi terhadap data yang ada, hasil rujukan atau berdasarkan rekaan yang

dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci tahapan dalam spesifikasi model

kuantitatif terdiri dari :

¾

Memilih dan menentukan struktur kuantitas model

¾

Menentukan satuan waktu dalam simulasi

¾

Identifikasi bentuk-bentuk fungsional dan persamaan model

4. Evaluasi model yaitu mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan

dunia nyata atau model yang serupa jika ada dan diperlukan

Evaluasi model ditujukan untuk mengetahui kehandalan model dalam

mendikripsikan keadaan sebenarnya. Proses pengujian dilakukan dengan mengamati

kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang

serupa jika ada. Setelah setiap dari model diamati selanjutnya diperhatikan, apakah

relasi-relasi yang ada logis atau tidak, maka selanjutnya diamati utuh tidaknya

keterkaitan antar bagian sebagai model. Adapun yang dimaksud dengan logis di sini

adalah semua persamaan sesuai dengan apa yang dipercayai orang atau sesuai dengan

paradigma yang ada. Tahapan kedua dari evaluasi model ini adalah mengamati

apakah perilaku model sesuai dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada

tahapan konseptualisasi model. Model dijalankan atau dieksekusi pada sebuah

komputer, dan diamati hasilnya apakah beberapa komponen yang diamati atau

menjadi fokus perhatian sesuai dengan pola perilaku perilaku yang diharapkan.

Tahapan ketiga adalah membandingkan periaku model dengan data yang diperoleh

dari sistem atau dunia nyata. Jika dalam model terdapat fungsi-fungsi bilangan acak,

maka model harus dieksekusi sebanyak 30 kali untuk mengamati keragaman hasil

pemodelan tersebut.

g.

Validasi Model

Validasi model dapat dilakukan dua pengujian yaitu uji validasi struktur dan uji

validasi kinerja. Uji validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pada

pemeriksaan kebenaran logika pemikiran, sedangkan uji validasi kinerja lebih

menekankan pemeriksaan kebenaran yang taat data empiris. Model yang baik adalah

yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis-empiris (logico-empirical).

g.1. Uji validitas struktur

Uji ini dilakukan untuk mengetahui struktur model dengan konsep teori

empirik. Secara empirik, perkembangan permukiman dipengaruhi oleh jumlah

penduduk, sarana dan prasarana, interaksi sosial budaya, perkembangan ekonomi dan

aktivitas dan mobititas masyarakat.

g.2. Uji validitas kinerja

Uji validitas kinerja ini dilakukan untuk mengetahui apakah model yang

dikembangkan dapat diterima secara akademik atau tidak. Pengujian dilakukan

dengan cara memvalidasi output model, yaitu dengan membandingkan output model

dengan data empirik. Ada beberpa teknik uji statistik yang dapat digunakan antara

lain AME (absoulte

mean

error) dan AVE (absolut

variation

error), dengan batas

penyimpangan 5 - 10%.

g.3. Uji Sensivitas Model

Uji sensivitas model merupakan respon model terhadap suatu stimulus.

Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perulaku dan/atau kinerja model. Stimulus

diberikan dengan memberikan perlakuan tertentu pada unsur atau struktur model.

Langkah-langkah pada uji sensitivitas ada lima yaitu :

-

Identifikasi alternatif intervensi, yaitu melihat intervensi apa perlu dilakukan

untuk mencapai kinerja model yang diinginkan pada waktu mendatang.

-

Uji sensitivitas intervensi terhadap penggunaan paramater input dan intervensi

struktur model sehingga menghasilkan output dengan intervensi atau normal.

-

Analisis dampak intervensi, yaitu melihat secara kuantitatif berapa besar dan

kapan dampak intervensi menunjukkan hasil.

-

Hasil uji parameter/indikator kemudian dievaluasi dengan maksud memilih tiga

diantara yang paling sensitif dari sepuluh indikator pada langkah identifikasi

indikator/masalah maupun atau isu-isu.

-

Mensimulasikan dan mengamati hasil dan dampak pada keseluruhan kinerja

unsur sistem. Perubahan sifat dampak bersifat dinamis yang dinyatakan dalam

prosentase fungsi waktu dan pola kecanderungan hasil dan dampak intervensi

adalah bersifat non-linier. Hal tersebut akan di uji dengan fasilitas uji sensitivitas

variabel/indikator dengan menggunakan perangkat lunak powersim constructor

2,5, hal ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan parameter yang mungkin

terjadi dalam dunia nyata.

-

Menentukan dua sampai tiga indikator/variabel yang paling sensitif terhadap

respon intervensi.

-

Menguji hasil model yang telah dikembangkan (mensimulasikan) di lapangan

dengan mengukur nilai normal indikator dan melakukan intervensi serta

mengamati perbahan nilai indikator.

Penggunaan model yaitu membuat skenario-skenario ke depan atau alternatif

kebijakan kemudian mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan tersebut dan

pengembangan perencanaan dan agenda ke depan. Selanjutnya menganalisis hasil

simulasi skenario, dan hasil analisis smulasi tiap skenario ini dipakai untuk membuat

peringkat skenario-skenario tersebut yang mencerminkan urutan skenario yang lebih

cocok untuk diterapkan sesuai dengan model yang dikembangkan. Tahapan terakhir

adalah merumuskan skenario tersebut menjadi opsi atau pilihan kebijakan.

h.

Skenario Kebijakan Pengembangan Rusunawa

Setelah dibuat pengklasifikasian dari sub-elemen dan desain kebijakan

selanjutnya dilakukan analisis skenario kebijakan yang sesuai keadaan lapangan,

dengan memperhatikan beberapa hal dibawah ini:

1.

Menentukan keadaan (state) suatu faktor

Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan

khayalan) dalam suatu waktu di masa datang.

Keadaan bukan suatu tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti

besar/sedang/kecil atau baik/buruk) tetapi deskripsi situasi sebuah

faktor.

Setiap keadaan harus diidentifikasikan dengan jelas.

Bila keadaan dari suatu faktor lebih dari satu makna keadaan maka

keadaan-keadaan tersebut harus dibuat secara kontras.

Selanjutnya mengidentifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil

untuk terjadi atau berjalan bersamaan (mutual incompatible).

2.

Membangun skenario yang mungkin terjadi.

Langkah-langkah dalam membangun skenario terhadap tahapan faktor-faktor

yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

Skenario yang mempunyai peluang besar untuk terjadi di masa datang

disusun terlebih dahulu.

Skenario merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Oleh sebab itu, sebuah

skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya

memuat satu tahapan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang

mutual incompatible (saling bertolak belakang).

Setiap skenario (mulai dari alternatif paling optimis sampai alternatif

paling pesimis) diberi nama.

Langkah selanjutnya memilih skenario yang paling mungkin terjadi.

3.

Implikasi skenario

Merupakan kegiatan terakhir yang meliputi :

Skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas konstribusinya

terhadap tujuan studi.

Skenario tersebut didiskusikan implikasinya.

Tahap selanjutnya menyusun rekomendasi kebijakan dari implikasi yang

sudah disusun.