• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunanuntuk

2.10 Pemanasan Global

Pemanasan global pada hakekatnya adalah perubahan variabel iklim global, khususnya suhu dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam

jangka waktu antara 50-100 tahun (Soedjito, 2002). Meningkatnya kegiatan

perekonomian, dan pola konsumsi manusia yang berlebihan terhadap penggunaan energi dan peningkatan pembangunan lainnya, mengakibatkan

penggunaan bahan bakar fosil seperti, minyak, batubara, dan gas, sebagai sumber energi, meningkat dengan tajam. Peningkatan penggunaan bahan bakar

fosil ini mengakibatkan meningkatnya gas buangan seperti CO2, CH4, H2S yang

disebut gas-gas rumah kaca (GRK). Keberadaan gas-gas tersebut telah mencapai kadar yang berlebihan, sehingga menahan panas akibat radiasi balik dari bumi, yang disebut efek rumah kaca (ERK). Meningkatnya ERK ini mengakibatkan kenaikan dari suhu bumi.

Faktor lain yang menyebabkan kenaikan suhu bumi adalah akibat menipisnya lapisan ozon di atmosfer terutama di wilayah kutub (Bratasida, 2002). Lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung radiasi langsung dari sinar matahari ke bumi sehingga kehidupan di bumi dapat berlangsung. Keberadaan bahan-bahan kimia khususnya yang dibuat oleh manusia seperti chloro fluoro carbon (CFC), Halon, dll ternyata merupakan penyebab rusaknya lapisan ozon di atmosfer. Terjadinya penipisan lapisan ozon, mengakibatkan radiasi gelombang pendek matahari akan lolos ke lapisan atmosfir bumi, sehingga mengakibatkan meningkatnya suhu bumi.

Gejala meningkatnya suhu bumi akibat peningkatan intensitas ERK dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer, disebut pemanasan global. Beberapa pengamatan yang dilakukan di beberapa belahan dunia, menunjukkan bahwa indikasi terjadinya pemanasan global sudah semakin signifikan, antara lain dengan menipisnya ketebalan es di kutub utara dan selatan, naiknya permukaan air laut, dan meningkatnya suhu di kota-kota besar.

Iklim merupakan salah satu dari komponen ekosistem, dengan variabel suhu, angin, dan curah hujan. Perubahan iklim terjadi karena terjadinya perubahan pada variabel dari iklim tersebut (Gie, 2002), sehingga meningkatnya suhu bumi atau terjadinya pemanasan secara global akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim secara global.

Dampak kenaikan permukaan air laut dan banjir sesungguhnya “masih menjadi debat dalam dunia riset”, tiga skenario yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 1990 digunakan sebagai pijakan beberapa studi yang dilakukan di Indonesia dengan menggunakan skenario moderat IPCC, skenario A yakni kenaikan kira-kira

sebesar 60 cm hingga akhir abad 21 (Direktur Jenderal Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002).

Pemanasan global merupakan fenomena alam yang diakibatkan oleh meningkatnya GRK, walaupun para ahli masih memperdebatkan penyebab sesungguhnya pemanasan globa, karena selain pengaruh GRK di atmosfir, juga dipengaruhi oleh faktor geologi seperti meningkatnya intensitas radiasi, perubahan sumbu bumi dan berkurangnya ketinggian daratan. Walaupun kaitan langsung antara ERK dengan kenaikan muka air laut masih dalam perdebatan, tetapi pemanasan global mempengaruhi kerusakan kawasan pantai telah menjadi isu dunia, sehingga perlu kerjasama seluruh dunia dengan peran yang seimbang

supaya di masa depan manusia dapat hidup dengan sehat dan aman. (Sampurno,

2001).

Selama 100 tahun terakhir telah diakui secara luas telah terjadi kenaikan temperatur global bumi rata-rata 0,3-0,6 °C, juga adanya tercatat pengurangan salju yang menutupi permukaan bumi, yang ditandai dengan kenaikan tinggi permukaan air laut global sekitar 1-2mm pertahun. Adanya variasi yang besar pada perubahan temperatur yang pernah terjadi sebelumnya (1550-1850) maka hingga saat ini ada indikasi belum dapat diyakini apakah pemanasan global

"terjadi secara alamiah atau akibat ulah manusia" karena sebelum revolusi industri (1750) konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir berada dalam

keadaan relatif konstan dan setelah periode tersebut konsentrasi gas CO2

bertambah hampir 26%, gas metana menjadi 2 kali dan konsentrasi nitrogen

(N2O) bertambah mendekati 8%. Perubahan konsentrasi tersebut disebabkan

oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak, dan gas bumi; Penggundulan hutan yang mengubah daya pantul dan mengurangi

penyerapan; pengkonservasian CO2, penambahan hasil pertanian, peningkatan

peternakan, pembakaran biomasa, dan CFC (UNEP 1992).

Peningkatan CO2 di atmosfir disebabkan oleh anthropogenetic yaitu: dari

hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memperlihatkan keadaan komposisi

kandungan karbon di atmosfir terdapat sedikit konsentrasi 14C dan banyaknya

bahan bakar fosil. Demikian pula, peningkatan CO2 dibelahan bumi sebelah utara lebih cepat karena pembakaran bahan bakar fosil terjadi paling tinggi

(June, 2004).

Presiden Bush di AS memandang perubahan cuaca global akan berlangsung tanpa dapat dielakkan dan mengedepankan strategi adaptasi sebagai langkah utama guna menghadapinya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa AS meragukan ketentuan Kyoto Protokol yang jika diberlakukanpun hanya akan menimbulkan pengaruh positif yang tidak cukup berarti terhadap efek pemanasan global (SI-IPTEKnet 27/06/02).

Sikap dan pernyataan Presiden Bush di AS sangat tidak menguntungkan

bagi usaha mengurangi green house gasses (gas rumah kaca), secara ilmiah

pernyataan tersebut berarti kurang respek terhadap hasil dunia scientific, yang

jelas menyatakan dan membuktikan bahwa green house gases menjadi penyebab

utama pemanasan global, sikap seperti ini yang berarti kurang profesional

Sekalipun penyebab pemanasan global belum diketahui dengan pasti namun kecenderungan naiknya muka air laut telah terjadi di beberapa kawasan pantai Indonesia. Hasil pengamatan beberapa peneliti pada tahun 1990 dan 1991 di beberapa wilayah menunjukkan adanya variasi kenaikan muka air laut di Belawan setinggi 7,38 mm, Jakarta 4,38 mm, Semarang 9,27 mm, Surabaya 5,47 mm, di Panjang Lampung 4,15 mm (Kurdi, 2002).

Perubahan iklim global dapat ditanggulangi dengan menyimpan karbon sebesar besarnya tetapi hutan tropis rusak jauh lebih cepat dengan hutan di wilayah iklim sedang (Riyanto 2004). Indonesia memiliki potensi untuk mengurangi laju tersebut karena memiliki hutan tropis terbesar di dunia dan kelestarian hutan tropis harus terjaga. Sumberdaya alam ini menjadi potensial untuk meningkatkan daya saing bangsa. Maria (2004) menyatakan presentasi cadangan karbon yang tersebar di hutan tropis sebesar 53,1% ada di Indonesia. Hutan memiliki tegakan pohon, jumlah karbon yang diserap oleh sebuah pohon yang sedang tumbuh tergantung dari spesies, iklim, dan tanah serta umur pohon, hutan yang sedang tumbuh membentuk sekitar 10 ton karbon per hektar per tahun (Foley, 1993). Dalam melangsungkan hidupnya, pohon melakukan proses fotosintesis di siang hari untuk memperoleh cadangan makanan. Melalui proses

tersebut, pohon menyerap CO2 di udara sehingga jumlah CO2 di udara berkurang

dan berubah menjadi penambahan O2 (oksigen). Penyerapan CO2 dalam proses

fotosintesis menyebabkan pengurangan emisi CO2 sebagai gas rumah kaca

penyebab pemanasan global. Daya serap pohon terhadap CO2 1.559,10

III. MEMETTOODEDE PPEENNEELLIITTIIAAN N