• Tidak ada hasil yang ditemukan

The End of E-mail

Dalam dokumen Spionase di Media Sosial id (Halaman 73-79)

B

elum lama rasanya tradisi penggunaan email di masyarakat kita. Di saat orang mengalihkan “rumah”

fisik ke “rumah” virtual, maka semua urusan tidak

lagi lewat jasa pos atau kartu berbasiskan kertas. Setiap orang beberapa waktu lalu dan saat ini selalu memberikan alamatnya dengan menggunakan email. Bahkan setiap aplikasi apapun saat ini tidak cukup dengan memberikan

alamat rumah secara fisik, tetapi juga selalu meminta alamat

email.

Untuk mempermudah diskusi dan berbagi informasi, email juga menawarkan mailing list sebagai solusi untuk ruang berbagi. Di sini para komunitas, keluarga, jaringan dan per- sahabatan bisa bicara apa saja dan berbagi apa saja dengan sesama orang yang tergabung di dalamnya. Ruang seperti ini

74

memberikan kebebasan kepada anggotanya, karena berada dalam sebuah komunitas yang tertutup. Di luar orang-orang yang terdaftar tidak bisa mengaksesnya.

Namun, seiring perkembangan teknologi, kini semua fasilitas baik email maupun mailing list sepertinya tidak menjadi prioritas. Peralihan kecenderungan masyarakat lebih mengakses media sosial, sedikit-demi sedikit trend

email dan mailing list semakin berkurang. Jika saja syarat membuat media sosial khususnya facebook dan twitter tidak perlu menggunakan email, maka mungkin semakin sedikit masyarakat yang membuat email.

Aliran pesan dalam internet kini semakin beralih pada fasilitas media sosial seperti facebook dan twitter tadi. Kini sebagaimana karakter internet yang terbuka dan mengglobal, kecenderungan penikmatnya terutama yang berusia muda, lebih suka terbuka. Saksikan saja misalnya dari mulai status, komentar-komentar, foto-foto yang dipajang, sampai pada hal-hal yang seharusnya disembunyikan tetapi malah diekspose di dunia maya secara terbuka. Pagi hari dimana sebagian orang masih tertidur, banyak orang kemudian sudah

update statusnya, dan isinya sangat beragam, termasuk hal- hal yang sangat pribadi.

Jika status itu bersifat umum dan layak dikonsumsi untuk umum tidak menjadi persoalan. Tetapi tidak jarang status itu hanya bersifat personal, bahkan hanya ditujukan kepada orang tertentu atau teman-teman yang sangat terbatas. Di ruang yang sangat terbuka orang kemudian melakukan

75

komunikasi yang sangat personal. Tanggapan-tanggapan dari teman-temannya pun bersifat personal. Orang curhat kini tidak lagi menggunakan media tertutup seperti email

yang hanya diterima oleh orang dimaksud, tetapi disajikan di ruang publik yang dapat dibaca oleh siapapun.

Karenanya, media sosial sesungguhnya hadir untuk menegaskan posisi masyarakat yang tidak lagi menjadikan dirinya sebagai person yang sembunyi, tetapi sangat telan- jang di hadapan publik. Kini orang dapat menilai dan membaca karakter orang lain hanya dari facebook atau twitter saja. Dari kecenderungan menampilan gambar, status, komentar- komentar dan yang lainnya bayak hal yang kita ketahui tentang orang lain. Sebuah perusahaan dapat menilai orang layak atau tidaknya menjadi karyawan hanya dengan melihat

facebook-nya saja. Bahkan untuk kepentingan kejahatan, kini orang dapat menjadikan facebook sebagai basis informasi utama atau paling tidak pendukung. Salah satu perusahaan pers pernah memecat wartawannya karena selalu memantau aktivitasnya yang tidak jujur dari facebook – tidak bisa meliput karena sakit, tapi status facebook-nya berbicara tentang kunjungannya ke tempat rekreasi, dll.

Media sosial kini menjadi segalanya. Tidak heran jika tawaran operator celuller dan perusahaan hand phone semua berlomba untuk memberikan layanan yang sangat dicari oleh publik ini. Sehingga kondisi ini pun semakin mempermudah masyarakat untuk mengakses media sosial dibanding situs- situs secara umum. Juga publik lebih senang berkirim dan

76

menerima pesan atau berdialog lewat media sosial daripada

email atau milling list. Antara kemudahan dan fasilitas yang lebih menjanjikan media sosial seolah telah menggeser email dan atau mailinglist yang dulu menjadi satu-satunya cara untuk mengirim dan menerima pesan secara cepat dan lebih komprehensif daripada SMS atau sebelum adanya trend SMS.

Namun tidak selamanya mengekspose gambar dan kata-kata dalam media sosial menjadi negatif, sebab masih banyak kasus dimana orang justru akan merasakan manfaat dari fasilitas yang sangat luar biasa itu. Mengapa menjadi luar biasa, sebab media sosial dapat menyatukan manusia menjadi sebuah komunitas yang tanpa terlebih dahulu

saling mengenal secara fisik. Media sosial akan menyatukan

manusia dari kesamaan makna dan kepentingan. Tidak sulit bagi orang untuk memberikan saran atau masukan kepada orang lain, siapapun dia.

Mungkin di antara Anda pun pernah atau sering merasa terbantu dengan tradisi baru ini. Misalnya mengapa orang mesti susah-susah mencari tempat makan yang enak di Kota Bandung yang sangat sesak dan memakan waktu lama untuk mencarinya. Kini Anda hanya cukup menuliskan kata-kata singkat dalam status facebook Anda “kalau di Bandung, di mana tempat makan yang enak ya? Besok Aku mau ke Ban- dung.” Mungkin dalam hitungan menit atau jam, Anda sambil dalam perjalanan menuju Bandung, akan mendapat jawaban status dalam Blackberry Anda tentang tempat yang Anda

77

inginkan. Kalau Anda keseleo, Anda cukup tanya saja publik di status Anda, “di mana tempat pijat yang bagus ya? Aku keseleo

gara-gara nonjok Tyson.” Anda akan mendapatkan jawaban dari orang yang mungkin Anda sendiri tidak mengenalnya.

Betapa hebatnya dunia ini. Dulu Anda dapat memberikan pertanyaan ini hanya dalam email yang diterima oleh satu orang atau beberapa orang saja. Dan kemungkinan jawaban itu sangat sedikit karena yang menerima adalah orang-orang tertentu yang sangat terbatas jumlahnya. Namun dengan me- dia sosial, kondisi ini sangat memungkinkan karena bersifat terbuka. Kalau di email, kita tidak akan mudah memberikan komentar, karena kita akan terleih dahulu memproteks siapa orang yang mengirim pesan ke alamat email tersebut. Namun di media sosial, kita tidak akan pernah mempertanyakan siapa dia, kalau mau jawab atau tanggapi ya lakukan saja dengan senang hati tanpa paksaan, tapi kalau tidak mau cukup kita biarkan saja. Tidak akan ada orang yang pernah komplain kepada kita karena statusnya tidak ditanggapi.

Dengan multiguna sehingga dapat merasakan banyak manfaatnya, publik kemudian menjadikan media sosial kini bukan lagi alternatif dalam berbagi dan mendapatkan informasi dari siapapun. Sedangkan email hanya memiliki fungsi yang sangat terbatas. Dan fungsi email sesungguhnya juga telah ter-cover dalam media sosial.

Persoalan lain adalah tidak semua fasilitas internet mampu memberikan layanan email dengan mudah, namun sebaliknya, media sosial kini dapat diakses hampir dalam

78

berbagai bentuk teknologi apapun termasuk HP yang murah sekalipun. Ketersediaan fasilitas ini mendorong masyarakat untuk mengalihkan berbagai jenis informasi bahkan kampanye melalui media sosial, tidak lewat email.

Sampai hari ini, email memang masih menjadi bagian dari aktivitas masyarakat kita, namun sekali lagi ke depan, dengan perkembangan media sosial seperti di atas, maka bukan tidak mungkin migrasi pengguna email ini semuanya akan berkumpul di media sosial. Kalau hal ini sudah terjadi, apakah email masih dibutuhkan? Beberapa tahun ke depan, siapa yang masih menggunakan email? Sebab generasi muda hari ini justru berjubel di media sosial. Kemungkinan saat ini email masih dibutuhkan, sebab salah satu tahapan aplikasi di media sosial adalah email. Kalau dalam tahapan aplikasi media sosial tidak ada email, apa yang akan terjadi pada

Dalam dokumen Spionase di Media Sosial id (Halaman 73-79)

Dokumen terkait