• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spionase di Media Sosial id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Spionase di Media Sosial id"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Spionase

Media Sosial

Memandirikan Masyarakat dengan Literasi Media

(2)

Spionase di Media Sosial

Memandirikan Masyarakat dengan Literasi Media Penulis: H. Roni Tabroni & Rovi’i

Penyunting: Samuel Lantu dan Sukron Abdilah Proof Reader: Ibn Ghifarie

Lay Out: Ukonz Desain Sampul: Zoel

Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved

Cetakan I, Juli 2012

Diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Djati Kompleks Cibiru Indah Blok 7 Nomor 22, RT 07/RW 14, Ds. Cinunuk, Kec. Cileunyi, Kab. Bandung 40393.

Telp. (022) – Faks. (022) Layanan SMS (081322151160) E-mail: pustakadjati@yahoo.com Blog: http://pustakadjati.blogspot.com Twitter: @pustakadjati

(3)

Daftar Isi

Pengantar Penerbit -- 5

Pengantar HU Pikiran Rakyat -- 9 Ucapan Terima Kasih -- 13

BAGIAN AWAL

E-Pos Tradisi Baru Berkirim Pesan – 16

Antisipasi Dampak Sosial

Cloud Computing

– 21

Efek Sosial Digitalisasi Media – 27

Karakteristik Masyarakat (Media) Sosial – 33

Spionase di Media Sosial – 39

Mandirikan Masyarakat Lewat Informasi – 47

Paradoks Ruang Maya Dalam Budaya Mudik – 53

Menggagas Humas Desa Peradaban – 59

Silaturahim Virtual – 67

The End of e-mail – 73

(4)

BAGIAN DUA

Generasi “Digital Native” – 82

Trend

Fiksi Mini

Digital – 87

Kesadaran Mayantara – 91

Keberaksaraan Teknologi (Informasi) – 97

Kecerdasan Web 3.0 – 103

Komunitas (Dunia) Maya – 109

Ngabuburit

di Era

Cyberspace

– 113

Wawasan Media – 117

(5)

Pengantar Penerbit

T

ingkat kemelekan individu atas keragaman media yang dihasilkan perkembangan teknologi telah menciptakan “kultur digital”. Tanpa sadar, jejaring sosial seperti facebook menginisiasi setiap orang mengalihkan aktivitas dari realitas ke dalam bentuk interaksi mayantara. Banyak individu yang mencapai tahap superempower

sehingga hidupnya lebih berdaya.

(6)

6

Tak hanya itu. Kriminalitas pun kerap menggejala di permukaan dunia maya dengan ragam bentuk dan aksi. Entah itu dengan praktik fishing, cracking, maupun hacking sehingga kriminalitas pun seolah menciptakan bentuk kejahatan baru. Ya, cyber crime namanya.

Buku “Spionase di Media Sosial” merupakan kumpulan

reflektis dari Roni Tabroni dan Rovi’i ikhwal fenomena media

sosial yang telah menjadi saluran utama komunikasi umat manusia di era cyber. Buku ini pada bagian awalnya mencoba membongkar peralihan kultur dalam kehidupan umat ma-nusia, dari kultur analog menuju kultur digital. Dengan gaya

yang khas kejurnalistikan berbungkus analisa dan refleksi,

saudara Roni berhasil memberikan gambaran komplit kepada kita tentang perubahan tersebut. “Spionase” merupakan terma yang digunakan dan melekat pada dunia intelejen kita. Ini artinya praktik memata-matai yang dilakukan pemerintah kepada warga negara perlu direspon secara kreatif oleh para pengguna media sosial.

Karena itulah, pada bagian kedua tulisan dalam buku ini mengetengahkan persoalan etik dan moral yang harus dipegang teguh setiap individu yang kadung jatuh cinta kepada aktivitas mayantara. Rovi’i menawarkan sejumlah gagasan bagaimana seharusnya seorang individu – untuk menjadi lebih berdaya – memenuhi dirinya dengan wawasan bermedia. Inilah yang dinamakan dengan media literasi atau

(7)

7

Dengan wawasan luas tentang penggunaan internet dan media sosial, sudah dapat dipastikan tatanan kehidupan mayantara akan stabil dan kondusif. Dengan demikian tidak akan ada lagi praktek spionase dilakukan pemerintah ketika kita menggunakan media sosial sesuai dengan garis etik dan moral yang berlaku.

(8)
(9)

Pengantar HU Pikiran Rakyat

Convergence World and

wikinomics

H. Budhiana Kartawijaya

Pemimpin Redaksi HU Pikiran Rakyat

M

inggu keempat Maret 2007 lalu, saya berada di Manila, untuk menghadiri konperensi yang bertema Publish Asia 2007. Pertemuan dibuka oleh Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Dan, tampaknya Arroyo antusias. Bahkan besoknya kita dijamu makan malam oleh Arroyo, dan besoknya lagi makan malam di pemilik koran

Manila Times, dan..., dihadiri oleh Arroyo.

Di situ ada regional manager Google untuk Asia, ada manajer-manajer dari Nokia, Samsung, Apple, Microsoft, dan

IT’ers’ dari semua negara di dunia.

Meski berbau media, sebetulnya konperensi ini merupakan pertemuan yang membahas the convergence

world. Bagaimana konvergensi berbagai media outlets

(10)

10

ekonomi baru dunia; Wikinomics, yang ditandai dengan adanya mass collaboration antara perusahaan dengan perusahaan, bahkan perusahaan dengan individu.

Dengan kemampuannya membuat situs, blog dan lain-lain, seorang individu kini lebih berarti. Google bisa menghampiri situs-situs dan blog yang baik, kemudian mereka berkolaborasi. Google bisa mensuplai iklan. Revenue

sharing-nya (pay per click) 30 cent dollar. Wikipedia juga mengundang massa untuk mengisi entry-nya. Wikinomics

adalah mass collaboration dalam memproduksi sesuatu, tidak cuma media. Mutualfund, atau reksa dana misalnya, adalah model Wikinomics. Individu kian berperan dalam creating

(economic) value. It’s democratisation in creating value.

Ada process sharing, ada profit sharing, ada cost sharing, eveni ada pain sharing! Wikinomics menganjurkan kolaborasi, tidak hanya strategic partnerships dengan pihak yang bukan saingan (seperti vendors dan complementparties

lainnya) tetapi bahkan dengan saingan. Karena itulah lahir sebuah buzzword baru: coopetition! cooperation through

competition.

Contohnya ATM bersama.

Bank-bank tentu bersaing satu sama lain. Akan tetapi

sangat tidak efisien jika setiap bank mempunyai ATM

masing-masing. Overhead cost-nya terlalu mahal. Selain itu, pemerintah mungkin agak kurang suka melihat ATM

(11)

11

Operator seluler, juga ada yang mulai coopetition. Mere-ka berpikir kemungkinan untuk sharing menara BTS. Saya kira, ini adalah celah bagi kita untuk creating values. Dan, tentu ini adalah celah dakwah kita dalam memberdayakan individu.

Buku bertajuk, “Spionase di Media Sosial”, ini dapat kita jadikan acuan ikhwal perubahan aktivitas manusia. Internet kini telah mewabah hampir ke setiap sendi kehidupan. Tak heran bila kemudian lahir aneka inovasi yang kreatif dari umat manusia untuk memanfaatkan internet secara terstruktur.

Saya berharap sharing gagasan dalam buku ini -- yang dikemukakan Roni dan Rovi’i -- bisa menjadi awal yang baik menyongsong perubahan zaman. Seperti halnya Wikinomics, yang saya sampaikan tadi; di era internet -- dengan media sosialnya -- setiap individu berperan aktif melahirkan peluang-peluang ekonomi yang menjanjikan dan demokratis. Selamat datang di era kreativitas dan semoga Anda sedemikian asyik membaca isi buku ini!

* Kata pengantar ini diambil dari artikel dengan judul seperti tertera di atas

(12)
(13)

Ucapan Terima Kasih

P

uja dan puji rasa syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberi kekuatan cinta untuk tetap

mensyu-kuri nikmat iman dan islam. Saya akan berusaha menjadi

yang terbaik dihadapan-Nya. Solawat dan salam senantiasa

ter-curah kepada Muhammad Swt. Berkat ajarannya yang membumi

dan merakyat, saya pun berusaha mengikuti jejaknya walaupun

mustahil menyamai.

Kehadiran buku ini juga tidak semudah “bim sala bim aba

ka-dabra”. Berawal dari sebuah diskusi seputar teknologi dari

berba-gai kalangan sempat saya lakukan. Namun, sebaberba-gai bentuk

peny-impanan, saya menyadari tanpa di tuangkan dalam sebuah buku

rasa lupapun akan singgah di benak setiap orang termasuk saya.

Kebanyakan dari artikel-artikel di dalamnya sempat dipublikasikan

di harian umum Pikiran Rakyat.

Dengan kesempatan yang berbeda pula arsip penyimpanan

pun, beragam digunakan. Ada yang hanya dibuat kliping setelah

tulisannya muncul di koran, atau bahkan dilupakan tanpa

disim-pan. Dengan berbagai masukan dari kawan-kawan saya, supaya

hasil tulisan di Pikiran Rakyat agar dibukukan. Tak lain, supaya kelak

generasi setelah saya yang bergelut di dunia ICT dan media sosial,

(14)

14

Terima kasih kepada kedua orang tuaku, Nurhalimah dan

Ab-dul Gopur. Kalian memang super hebat. Saya bangga kepadamu

wahai ibu dan ayah. Untuk kawan terbaik Sukron Abdilah, ide dan

nasehatnya saya ucapkan terima kasih. Terima kasih juga buat

teman-teman di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota

Bandung: Rifqi, Amin, Jajang, Farid, Ahmad Rifai, Fahmi NM, Reza,

Cecep, Feri, dan adik-adik kader IMM Korkom UIN Bandung.

Kawan-kawanku juga di Majalah Jurnal Sastra SASAKA, Atep Kurnia, Pungkit Wijaya, Asep Gunawan. Kepada guru diskusiku

Bambang Q Aness, Tandi Skober, H. Budhiana Kartawijaya (HU

Pikiran Rakyat). Untuk Samuel Lantu terima kasih sudi memuat

artikel-artikel saya. Kawan-kawan di komunitas online: Yudha P

Su-nandar (salmanitb.com), Ibn Ghifarie, (sunangunungdjati.com), dan tak lupa kepada Nurfatmah beserta keluarga, dukungan moril dan

materil sangat saya hargai. Untuk sesepuh saya di DISKOMINFO

Jabar, Wakhudin, Mahi M Hikmat. Serta orang yang selalu

menyu-ruh saya, menyelesaikan kuliah yakni: Prof. H. Agus Salim Mansyur

M.Pd (Dekan fakultas adab UIN Bandung), Prof. H. Dadang

Kah-mad. M.Si (Direktur Pasca UIN Bandung).

Kepada semua kawan-kawan yang tidak disebutkan. Kalian

se-mua sangat menginspirasi saya untuk terus berkarya. Terima kasih

atas seluruh partisipasinya. Semoga buku ini bisa menjadi rahmat

bagi saya dan para pembaca semua untuk mendapatkan

hidayah-Nya. Amiin

(15)

BAGIAN AWAL

Bagian awal buku ini memuat artikel-artikel yang ditulis oleh H. Roni Tabroni ikhwal pergeseran kultural dalam

kehidu-pan masyarakat. Pergeseran ini di satu sisi melahirkan dampak sosial, yang kerap dilatahi oleh individu masyarakat. Namun, di sisi lain, hal itu menciptakan tantangan (callenge) setiap individu untuk melakukan

upaya inovasi dan konvergensi.

Selamat menikmati artikel-artikel reflektif

(16)

E-Pos Tradisi Baru

Berkirim Pesan

T

idak lama berselang, saat para pengrajin kartu pos mengalami masa keemasannya, kini harus menggigit jari. Apa sebab? Masyarakat meninggalkan tradisi berkirim pesan dari manual menjadi serba elektronik. Kini pesan bisa dilakukan dalam hitungan detik, prosesnya mudah, tak perlu membeli kartu, tak perlu menulis tangan dan tidak lagi perlu datang ke kantor pos.

(17)

17

PT Pos menjadi primadona karena dia sudah menjadi jembatan komunikasi masyarakat antar kota dan desa, antar pulau bahkan antar negara. Masyarakat hingga di pelosok pun dapat merasakan layanan pos lewat surat yang mereka titipkan atau yang mereka terima, dari orang tua ke anak atau sebaliknya, ke saudara, relasi, teman, yang sifatnya lintas generasi.

Dalam rentang waktu yang cukup lama PT Pos memberikan ruang yang sangat terbuka bagi terjalinnya proses komunikasi antar manusia. Lebih dari sekedar fungsi pembagi ABT, PT Pos merupakan tempat yang sangat familier di kalangan masyarakat. Hingga munculnya Pak Pos, masyarakat begitu mengalami sensasi tersendiri jika ada petugas Pos mampir di depan rumah, atau ada kabar kepada kita bahwa ada titipan Pos. Perasaan campur aduk dan bertanya-tanya, apa gerangan isi surat, apa kabar yang dibawa Pak Pos, menggembirakan kah? Menyedihkan? Atau....

(18)

18

surat itu ternyata datang dari teman spesialnya yang ada di luar kota. Harap-cemas menjelma menjadi sebuah sikap yang agak tegang hingga akhirnya tahu bahwa pacarnya memberikan kabar gembira, atau justru akan cemberut dan menangis jika ternyata pacarnya memutuskan hubungan.

Pak Pos – kendati bapak orang lain – merupakan orang yang paling ditunggu-tunggu untuk yang ke sekian kalinya. Kapan balasan itu datang ketika kita melayangkan surat kepada orang sebelumnya. Jawabannya sangat ditentukan dari ada atau tidaknya Pak Pos menghampiri dan berhenti di depan rumah kita. “Ini ada titipan surat”. Kata ini yang paling ditunggu setelah Pak Pos tepat ada di depan rumah atau kosan kita. Terjawab sudah bahwa ternyata respon itu ada. Tetapi kita belum tahu apa gerangan isi surat tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu, kita kini semakin jarang melihat Pak Pos yang menghampiri rumah kita atau kosan kita. Kemanakah Pak Pos itu? Masihkan orang-orang berjasa dan paling ditunggu ini memiliki pekerjaan yang layak? Kendati jarang bicara dan tak pernah mampir di rumah kita, Pak Pos adalah orang yang banyak jasanya dan kita selalu “merindukannya”.

(19)

19

telah berlalu, dan mesin-mesin itu telah merenggut dinamika batin menjadi hal-hal yang sangat sederhana.

Begitu sederhananya, makna pesan kita bisa kirim disaat kita sedang dalam perjalanan. Tidak ada lagi penghayatan pengiriman pesan dengan sikap yang serius dan penuh konsentrasi. Ber-SMS ke teman, pacar, suami-istri, ke orang tua, semuanya dilakukan begitu saja dalam waktu dan kondisi apapun. Mungkin kita tidak pernah tahu apakah pesan yang masuk lewat hand phone kita itu diketik dalam kondisi serius, dalam perjalanan, atau (maaf) sedang di toilet.

Dunia memang memaksa kita untuk melakukan sesuatu dengan sangat cepat, singkat dan tak mengenal waktu dan tempat. Kata-kata yang dibuat begitu sederhana, singkat, dan tidak memiliki kedalaman emosi. Berbeda dengan seseorang membaca surat yang terkadang bisa tertawa bahkan menangis sehabis-habisnya.

(20)

20

dari proses surat menyurat. Yang tidak terbukukan, entah berapa banyak lagi, dan itu cukup menjadi kenangan seumur hidup bagi orang yang memilikinya.

Bedakan dengan catatan-catatan pesan yang datang dan pergi melalui elektronik. Semuanya memuai begitu saja. Karena sebagian besar pesan itu tidak memiliki efek jangka panjang dan kedalaman emosi, maka tidak berat hati bagi penerima pesan untuk menghapus pesan yang diterimanya. Di sisi lain elektronik memiliki resiko kapasitas yang terbatas – kendati ada yang kampanye kapasitas unlimited.

Tentu saja kampanye go green lebih pro terhadap generasi paperless. Tidak sedikit generasi muda yang mungkin tidak pernah merasakan bagaimana perasaan indah di saat mengirim dan menerima surat. Karena dalam seni mengirim dan menerima surat, persoalannya bukan kecepatan semata, tetapi kepuasan bagi sang komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan). Proses menunggu balasan bukan persoalan penting, namun semuanya adalah seni berkomunikasi lewat media pos. Klimaksnya akan dirasakan di saat Pak Pos itu datang dengan tergesa-gesa menyodorkan surat kiriman itu untuk kita.

(21)

Antisipasi Dampak Sosial

“Cloud Computing”

M

eski belum populer di Negara kita, cloud computing

sekejap mata akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Kini trend cloud computing masih berkembang di Negara-negara maju terutama Amerika Serikat (AS). Seiring waktu dan perkembangan teknologi,

cloud computing aka merambah ke Negara-negara maju lainnya di Asia hingga ke Indonesia.

(22)

22

Saat ini memang di Negara maju seperti AS pun penggunaan cloud computing konon baru sebatas perusahaan-perusahaan besar, dan itu pun belum semua. Sebab untuk menggunakan jasa cloud computing, banyak pihak harus meyakinkan diri atas security data yang dia miliki.

Cloud computing memang pada satu sisi membantu sebagai penyimpan data sehingga dapat menghemat perangkat keras, listrik termasuk biaya perawatan. Tetapi di sisi lain, bagaimana dengan tingkat keamanannya, terlebih bagi perusahaan yang memang data adalah segalanya.

Begitupun di Negara kita, sebenarnya diakui bahwa cloud computing sangat membantu dalam proses penyimpanan data sekaligus dapat dipanggil kapan saja dan dimana saja. Cuma kehawatiran akan virus dan tangan jahil seperti pencurian datan, tetap masih menghantui. Sebab ketika data kita disimpan di awan, akan sangat berbeda logika sederhananya, untuk mengamankan data itu dibandingkan ketika masih dalam perangkat yang ada di kantor kita dengan kontrol yang dilakukan setiap saat.

(23)

23

Kemungkinan kedua, cloud computing akan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat luas, karena tingkat resiko dari keamanan data tidak terlalu dipedulikan. Masyarakat umum, akan menggunakan jasa cloud computing karena

alasan efisien selain mengikuti trend. Setiap orang tidak akan

mengandalkan kehidupannya pada perangkat yang ribet, tetapi beralih kepada yang lebih simple, karena data setiap saat dapat dia panggil. Tidak perlu lagi komputer atau laptop dengan kapasitas data yang besar, sebab tidak lagi butuh penyimpan data, semuanya sudah dititipkan di awan, dan setiap saat bisa dipanggil walaupun pake hand phone.

Hanya saja, seperti biasanya, setiap ada yang baru selalu menimbulkan ekses. Selain cloud computing membantu masyarakat dalam mempermudah penyimpanan data, juga ada ekses negatif yang harus diantisipasi. Ketika penyedia layanan cloud computing ini menyediakan jasa penyimpanan data, mungkin eksesnya hanya kepada perusahaan-perusahaan pembuat perangkat keras sebagai penyimpan data di dalam ruangan. Walaupun kemudian akan berakibat pada para distributor, para teknisi atau ahli IT di setiap perkantoran.

(24)

24

bentuk tulisan, gambar, video, dan music, ke depan akan dengan sangat mudah diakses, semudah kita membuka

file di komputer sendiri. Dengan hanya uang kecil untuk

berlangganan di perusahaan X misalnya, kita akan mendapat kebebasan untuk mengakses musik apa saja, video apa saja, data apa saja, dan gambar apa saja, selama itu tersedia di

cloud computing tersebut.

Dengan demikian, maka setiap orang ke depan tidak perlu lagi datang ke tempat penjual VCD/DVD jika ingin

nonton film, tidak perlu melangkahkan kaki jika perlu lagu

yang dia inginkan. Semuanya tinggal memanggil maka semuanya tersedia. Setelah distel, tidak perlu disimpan di data komputer, biarkan dia kembali ke awan, karena setiap saat kita dapat memanggilnya kembali.

Apa yang akan terjadi dengan dampak dunia seperti ini? Perkembangan teknologi akan mematikan para produsen dan matarantai penjualan dari mulai distributor hingga pengecer VCD/DVD, flashdisk, dan perangkat keras lainnya yang selama ini sangat diandalkan. Ke depan masyarakat dengan hidup yang sangat minimalis dia akan mendapatkan sesuatu yang sangat melimpah, dan dia dapat menggunakannya selama dia mau.

(25)

25

untuk mendapatkannya perlu sedikit pengorbanan dengan mencari secara manual, menyediakan perangkat dengan bayaran agak lumayan mahal. Ke depan semuanya sudah lewat, dimana publik dengan satu langkah, berlangganan di perusahaan tertentu sebagai penyedia jasa cloud computing, dia bisa mendapatkan semuanya dengan murah, mudah dan simple.

Sekali lagi, di samping kemudahan yang disuguhkan terkembangan teknologi selalu saja ada ekses yang harus diantisipasi. Walaupun kemudian, ekses itu bisa saja hanya mitos atau benar-benar terjadi. Misalnya ketika per-kembangan media merambah internet, masyarakat beralih mencari informasi dari yang asalnya manual ke internet. Kemudian muncul prediksi bahwa inilah awal kehancuran bisnis media cetak di seluruh dunia. Faktanya, memang ada beberapa media cetak di AS yang tumbang, tetapi mayoritas di dunia bahkan di Indonesia masih bertahan.

Karenanya, ketika Professor Philip Meyer memprediksi akhir zaman media cetak akan terjadi di tahun 2040, namun Jakob Utama masih yakin bahwa hal itu tidak akan terbukti, dengan catatan, bahwa para pelaku media cetak dapat mengantisipasi perubahan zaman sehingga media cetak tetap masih diperlukan sampai kapanpun.

(26)

26

(27)

Efek Sosial Digitalisasi Media

D

i tengah era infomasi yang membanjiri publik lewat internet, awalnya saya yakin bahwa media cetak akan “tumbang”. Namun keyakinan itu pupus setelah melihat perkembangan media cetak di tanah air seperti tak tergoyahkan, bahkan justru media cetak merambah internet, dengan membuat versi digitalnya.

Ketika Prof Philip Meyer meyakinkan dunia bahwa media

cetak akan berakhir di tahun 2040, kembali saya berfikir,

boleh juga media cetak akan tetap bertahan, tapi sampai kapan? Pernyataan Meyer mungkin bisa menjawab ini. Tahun 2040. Buktinya, beberapa media cetak di AS telah tumbang walaupun awalnya sangat mapan.

(28)

28

internet, tidak akan menggusur media cetak. Media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki online. Secara psikologis beda rasanya membaca berita di cetak dan elektronik. Jika pun benar cetak akan tumbang, media cetak seperti apa? Jakob yakin jika media cetak dapat menyesuaikan dengan kondisi zamannya, baik dalam tampilan maupun konten, maka publik tetap akan mencarinya. Karenanya perubahan dan menegaskan diferensiasi antara cetak dan online sangat penting bagi pelaku media cetak.

Di hari ini, (16/12/2011), dimana portal berita nomor satu di Indonesia (detik.com) tampil dengan wajah baru, setelah diakuisisi oleh Trans Corp (TC), ada sesuatu yang cukup mencuri perhatian. Di detik.com muncul laman baru berupa harian detik, yang muncul setiap pagi (detik pagi) dan sore (detik sore). Bahkan di situs ini juga disajikan edisi majalahnya.

(29)

29

online. Lalu, apa lagi yang dicari?

Entah perkembangan apa lagi ke depan, terkait “pertarungan” wacana bertahan atau tidaknya media cetak khususnya di tanah air. Namun, di balik debatebel masalah ini, yang lebih penting sesungguhnya kesiapan publik dan pengelola media menyikapi perubahan dan perkembangan media yang semakin maju. Sebab jika media benar hidup dari iklan, maka pemilik media sendiri yang paling tahu, bagaimana trend pemasangan iklan di tiap media cetak. Yang jelas, di dunia online, pemasangan iklan terus meningkat, walaupun belum pasti apakah terus naik atau kembali menurun. Yang jelas, pemilik modal tidak mungkin melakukan migrasi iklan ke edisi online jika tanpa analisis prospek terlebih dahulu dan

alasan efektifitas.

Yang jelas, di luar konteks itu, di depan mata pergeseran media sudah terjadi dan berbagai pihak pasti kena imbasnya. Di sinilah perlunya perubahan cara pandang pelaku media khususnya yang ada di cetak. Pertama, pihak redaksi. Redaksi media cetak maupun online tentu tidak hanya berorientasi pada kecepatan, tetapi sekaligus juga kedalaman pada saat yang sama. Sebab kebutuhan online harus cepat dan kebutuhan edisi cetak harus mendalam. Jika redaktur masih

berfikir salah satunya, maka pasti lewat, karena efisiensi

(30)

30

Kedua wartawan. Wartawan cetak mesti berperan ganda, jika tidak ada wartawan khusus yang diperuntukkan bagi wartawan onlinenya. Wartawan media cetak harus merubah paradigma lama dengan selalu membuat berita di sore hari dan dikerjakan di ruang redaksi. Untuk mengejar online, tentu harus lebih cepat, dengan format berita khas online, yaitu singkat dan cepat. Kedua ini menjadi penting sebab semua media cetak sudah memiliki edisi onlinenya.

Selain itu, pergeseran media ke online sesungguhnya memiliki dampak sosial yang tidak kecil. Di tengah kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang serba pas-pasan – untuk tidak mengatakan miskin – tentu aspek keterbukaan peluang kerja menjadi sangat penting. Kita akan menghitung jumlah pengangguran massif di negeri ini jika media cetak benar-benar berhenti beroperasi karena semua beralih ke online.

Hitungan itu akan dimulai dari para pengelola media – jika mereka tidak memiliki alternative berbalih pada online – para wartawan, pada agen koran, para pengecer, percetakan, dan semua pihak yang tersentuh dan selama ini hidup dari

lembaran Koran secara fisik.

Jika kita membayangkan ini tentu sangat ngeri. Jutaan masyarakat Indonesia akan menganggur dan tidak ikut menikmati hadirnya media online selain hanya menjadi konsumen. Sebab media online tidak perlu dicetak, tidak

perlu melalui tangan-tangan fisik untuk sampai ke pembaca.

(31)

31

mengantisipasi masa depan masyarakat yang selama ini tergantung pada media cetak, bukan hanya mengantisipasi nasib media cetaknya itu sendiri.

Tidak ada yang tahu tentang masa depan media kecuali waktu itu sendiri. Jika tidak dikatakan pasti, sebenarnya tanda-tanda itu bisa ditunjukkan dengan kehadiran media online yang secara pelan-pelan menarik pengiklan yang mungkin nanti hanya dapat memilih, beriklan di cetak atau digital. Dan jika pilihan itu jatuh pada digital dengan berbagai alasan, maka tidak perlu lagi diskusi, tentu kecemasan itu akan menjadi kenyataan.

(32)
(33)

Karakteristik Masyarakat

(Media) Sosial

D

imanakah tempat nongkrong Anda sekarang? Selain mall, cafe, pinggir jalan, tempat rekreasi dan ruang-ruang terbuka lainnya, kini ada tempat nongrong yang lebih privat, yaitu cukup di kamar atau ruang pribadi lainnya. Menjalin pergaulan kini tidak perlu lagi beranjak dari tempat tidur sehingga harus ribet mandi, berdandan dan bersolek ria. Nongrong kini dilakukan generasi masyarakat baru di lokasi tempat paling pribadi sekalipun.

(34)

34

tentang sesuatu yang akan dicarinya hari itu.

Karakteristik masyarakat maya kini berkolaborasi dalam media sosial yang sekaligus menandakan masyarakat baru dengan gaya hidup baru yang penuh warna dan kemudahan. Sebagai ruang pergaulan, media sosial menawarkan berbagai ragam harapan yang mungkin dimanfaatkan oleh setiap individu. Pertama, media sosial menghilangkan jarak profesi dan status sosial. Kalau di dunia nyata anak sekolah tidak mudah menyapa guru apalagi kepala sekolah, mahasiswa menyapa dosen atau rektor, karyawan menyapa bosnya, namun di ruang media sosial semuanya sekat itu hilang. Seorang anak SD bisa ngobrol akrab dengan seorang Guru Besar tentang persoalan remeh-temeh. Seorang ABG bisa bercanda dengan seorang tokoh agama. artis bisa saling berbagi dengan fansnya yang itu tidak bisa dilakukan secara langsung.

Semua aktivitas itu dilakukan mengalir apa adanya. Mungkin jarang yang membayangkan, bagaimana jika hal itu terjadi dalam realitas nyata. Karyawan yang selalu segan kalau ketemu atasan, tiba-tiba menjadi akrab dan bisa haha... hihi...saat ketemu di ruang maya. Dalam stataus facebook

(35)

35

orangnya, kita tidak menemukan proses pergaulan serupa dengan apa yang telah dilakukannya di dunia maya.

Kedua, di dunia sosial, kebanyakan orang di negara kita selalu menyembunyikan status yang sebenarnya, khususnya tekait dengan pekerjaan atau profesi. Positifnya dari perilaku masyarakat maya seperti ini adalah tidak banyak orang yang tahu kalau yang diajak “nongkrong” dan berdialog adalah orang penting atau tokoh tertentu. Di sini berbagai profesi manusia menyatu dalam sebuah pergaulan yang bersifat universal. Sangat jarang di ruang sosial maya seperti ini kita berchating dan berbagi ceritera perihal profesi atau status pekerjaannya. Orang-orang lebih senang menutup rapat hal-hal seperti ini dan lebih suka menyajikan wacana dan status yang sekiranya dapat diterima semua orang. Sehingga ketika melakukan interaksi tidak ada orang yang canggung dan gengsi dengan kondisi dan profesi dirinya. Pergaulan lintas profesi seperti ini amat susah dilakukan dalam dunia nyata, yang justru lebih homogen dan ekslusif.

(36)

36

identitasnya ketika ruang sosial maya memberikan fasilitas yang dapat menyalurkan suara-suara kekecewaan itu kepada siapapun yang mau atau sekedar kebetulan membacanya. Kita juga dapat menemukan kritikan masyarakat itu dalam bebebrapa kasus seperti teroris, ketidak adilan hukum, kerusakan moral para artis, perilaku wakil rakyat hingga masalah pendidikan, sosial dan ekonomi. Semuanya mengalir begitu saja.

Keempat, media sosial pada dasarnya hanya menyambungkan masyarakat maya satu dengan yang lainnya melalui kesepahaman dan persamaan kepentingan. Media sosial tidak menjadi waras yang dapat menghantam siapa saja yang dianggapnya musuh. Di dalam media sosial, setiap orang adalah teman, dia menyambungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga dapat melakukan kolaborasi sosial untuk sebuah kepentingan tertentu. Karenanya tidak ada permusuhan yang berarti di dalamnya. Mengapa demikian, karena media sosial sebagaimana halnya kita up date status, hanya mengundang komentar mereka yang mau dan setuju saja dengan komentar kita, selain itu, mereka yang tidak sepakat dengan status itu boleh mengabaikannya. Sehingga jejaring yang dibangun media sosial pada dasarnya adalah bersifat menambah perkawanan bukan menambah musuh.

(37)

37

maya bisa datang dan pergi setiap saat. Setiap teman kongkow

kita bisa bertambah namun pada saat yang sama ada yang hilang. Kecuali yang sudah memiliki ikatan khusus, selebihnya kita pun tidak pernah mempertanyakan secara serius kemana teman yang baru saja gabung sehari yang lalu. Padahal dalam realitas sesungguhnya, kita akan merasa kehilangan bahkan berusaha mencari jika satu dari sekian banyak teman kita tidak hadir tanpa kabar. Namun masyarakat maya akan abai, tidak merapati bahkan cuek mengapa kita tidak menjadi teman abadi saja.

Kedua, tidak semua informasi dan percakapan dapat dipercaya. Karena longgarnya ikatan pertemanan masyarakat maya, maka di media sosial sangat memungkinkan orang memberikan informasi yang tidak benar tentang dirinya, dengan berbagai alasan. Kita dapat melihat status orag lain, informasi pribadi hingga percakapan yang panjang lebar. Apakah kita yakin bahwa semua informasi yang kita dapat tentang dia itu sepenuhnya benar? Wallahu a’lam. Karenanya, media sosial di samping media strategis untuk menambah teman, namun juga harus ekstra hati-hati.

(38)

38

perekrutan karyawan perusahaan. Sebelum perusahaan memanggil calon karyawannya, mereka akan terlebih dahulu melihat media sosialnya, berbekal informasi itu, perusahaan akan menambah keyakinan bahwa orang yang dia panggil tidak salah.

Ketiga, media sosial tidak memberikan pembentukan struktur sosial dengan menjadikan seseorang sebagai leader. Pertemanan yang sangat banyak berjalan mengalir tanpa adanya pemimpin di antara mereka, bahkan senioritas pun tidak ada. Sifat egaliter ini akan dirasa menjadi sebuah kelemahan ketika para peselancar media sosial ini membutuhkan gerakan nyata. Mereka semua sederajat, teman biasa dan tidak ada yang dijadikan pemimpin. Sehingga rujukan pendapat atau pemimpin aksi menjadi kendala.

Masyarakat cyber yang bergaul dalam media sosial memang menjadi fenomena baru dunia modern. Karakteristik yang khas tidak mudah dibaca dengan hanya membandingkannya dengan pergaulan masyarakat nyata yang berada di ruang-ruang publik. Mereka ada tapi tidak ada, ada di ruang-ruang maya, tetapi (seperti) tidak ada dalam ruang nyata. Mereka bersembunyi di sudut-sudut bumi yang sangat pribadi. Mereka hanya hadir dalam dunia virtual

yang tidak mudah dilacak secara fisik. Sekaligus, masyarakat

(39)

Spionase di Media Sosial

P

ara peselancar media sosial kini tak aman lagi. Badan Intelejen Negara (BIN) sudah menjadikan media sosial sebagai target pengintaian. Kendati di masyarakat kita media sosial baru menjadi trend yang hanya dipakai untuk hura-hura, cenderung berkenalan, curhat dan hal-hal ringan lainnya, namun beberapa fakta di negara Timur Tengah dan Afrika, ternyata media sosial bak pisau yang bisa berfungsi untuk apa saja.

(40)

meng-40

gebrak kebekuan demokrasi yang serba konfensional. Media sosial menggurita dan mengkristal berubah wujud menjadi peluru raksasa yang bisa menghantam siapa saja – termasuk penguasa sekalipun.

Sifatnya yang lebih terbuka dari hanya sekedar mengirim pesan lewat hand phone, media sosial mudah diduga sesungguhnya sudah lama dipantau oleh pihak berwajib. Hanya saja karakter media sosial yang masih menjadi “mainan” kalangan anak muda – karena mayoritas pengguna media sosial berada di usia 15-35 tahun – maka kontennya tidak terlalu serius terlebih mengancam negara.

Keseriusan BIN dalam memantau media sosial kini sangat wajar, sebab dengan tugas mengumpulkan informasi, media sosial merupakan sebuah dunia lain tempat berkumpulnya masyarakat cyber dengan beragam wacana. Hanya saja tidak semua orang paham betul bahwa setiap konten yang dimunculkan di media sosial itu akan dibaca dan menjadi perhatian berbagai pihak. Buktinya, banyak catatan yang bersifat personal dan tidak perlu dilakukan. Komentar-komentar yang bersifat pribadi, yang mungkin lebih layak dikirim lewat massage pun dipublish di ruang terbuka.

(41)

41

berikut: pertama, belum fokusnya mayoritas pengguna media sosial. Karena cenderung dijadikan “mainan”, kebanyakan pengguna media sosial belum menemukan fokus dan karakteristik dirinya dalam setiap acount yang dimilikinya. Dia bisa berwajah melankolis, bisa garang, bisa jadi pemberani, bisa sok suci, bisa sok tau, bisa pura-pura tidak tahu, bisa sok keren, sok kritis, narsis, GeJe, dan lain sebaginya. Perubahan wajah (klik, karakteristik) dari pengguna media sosial menunjukkan bahwa belum ada fokus yang jelas dari kehadirannya di dunia maya.

Kedua, mengikuti arah “angin”. Tergantung yang ramai apa, kemudian pengguna media sosial menjadi pengikut dari setiap isu yang berkembang. Dia tidak memiliki karakteristik

yang kemudian orang bisa mengidentifikasi positioning-nya, apa konsennya, apa peminatannya, apa pesan utamanya, dan apa target dari kehadirannya. Tidak banyak dari pengguna media sosial yang berusaha untuk membangun isu utama yang bisa mewarnai sehingga dia pemegang arus isunya.

(42)

42

menulis status.

Keempat, media sosial seringkali dipenuhi oleh keisengan-keisengan yang tidak perlu bahkan seharusnya jangan dilakukan. Banyak yang kebablasan, dengan menulis status atau komentar yang menurut dirinya hanya bercanda atau iseng tetapi kemudian menjadi urusan panjang dan beresiko. Praktik seperti ini terkadang tidak hanya dilakukan masyarakat biasa tetapi terkadang juga dilakukan oleh publik

figure. Yang terakhir adalah rapper Amerika menuliskan kata-kata yang tidak perlu bahkan menyinggung masyarakat Jepang yang dilanda bencana.

Beberapa waktu lalu, salah seorang menteri kabinet SBY juga menulis sesuatu yang tidak perlu dilakukannya di twitter, sampai staf ahli kepresidenan yang menyimpan gambar yang cukup beresiko terkait dengan kasus Gayus, masih banyak

keisengan yang berujung konflik dan pengaduan. Semuanya

itu pada dasarnya tidak dilakukan dengan sengaja, buktinya dari semua keisengan, ketika sudah dipersoalkan biasanya langsung meminta maaf.

(43)

43

penting media sosial.

Dengan naik pangkat menjadi pilar kelima demokrasi, media sosial sangat berpotensi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan sosial dan politik yang lebih serius. Kebebasan menyampaikan pendapat tanpa sensor dalam era media sosial semakin memungkinkan publik merencanakan berbagai hal.

Dalam konteks keseriusan baik dari peningkatan fungsi media sosial dan kesadaran penggunanya, kemudian negara atau siapapun yang “takut” terhadap gerakan-gerakan rakyat patut memantau media sosial. Ruang-ruang sempit yang hanya 140 karakter, sebuah status media sosial bisa menjadi peluru yang ampuh untuk membakar semangat massa. Karena keterbatasan ruang dalam media sosial ini, maka kata-kata yang disampaikan dipaksa untuk to the point sehingga tidak ada kesempatan untuk berbasa-basi atau mengungkapkan alasan untuk sebuah statemen tertentu.

Karenanya, kemudahan dalam melakukan pemantauan (karena bersifat terbuka) dan kecenderungan untuk dimanfaatkan pada hal-hal yang lebih serius, menjadikan media sosial semakin beralasan jika dijadikan objek pemantauan BIN – dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

(44)

44

Namun media sosial bukanlah media biasa. Dia tidak bisa hanya dimaknai sebagai saluran komunikasi, tetapi sebagai ruang interaksi. Fasilitas up date status, komen tanpa batas dan chat room membuat media sosial melampaui keunggulan media-media sebelumnya yang bersifat satu arah dengan respon yang tertunda. Masyarakat dapat berjejaring dalam sebuah wacana sosial sekaligus dapat menggalang sebuah isu tertentu yang berpotensi melahir-kan aksi sosial kendati tanpa pemimpin yang tegas. Dengan sifat pesan yang bersifat personal media sosial secara psikologis dapat dihitung dari sejauh apa pihak lain merespon dengan menyatakan dukungan atau apresiasi positif pada setiap isu yang disampaikan.

Dengan adanya pemantauan pihak BIN ke ruang media sosial, mau tidak mau, “aktivis” media sosial tentunya harus lebih hati-hati dalam menyatakan pendapatnya. Kebebasan berpendapat kini tidak lagi selonggar dulu. Kendati media sosial tidak ada editornya, namun untuk setiap kata-kata yang terlanjur diposting, semuanya akan terpantau. Maka siap-siap saja untuk setiap account di media sosial berpotensi untuk menjadi objek spionase. Kendati demikian, penutupan account hampir mungkin tidak dilakukan, sebab jika ini dilakukan, sama saja dengan memberangus kebebasan berpendapat sebagaimana dijamin Undang-undang.

(45)

45

menggunakan media sosial sebagai wahana untuk hal-hal yang kurang serius. Kalau ada status yang bernada keras, terkadang bukanlah yang sebenarnya, biasa saja itu sekedar candaan yang tidak berefek secara sosial.

Kedua, ada karakteristik bahasa tulis yang tidak bisa disamakan dengan bahasa verbal. Tulisan tidak bisa menggambarkan intonasi dan mimik muka. Dalam komunikasi, sebagian besar komunikasi adalah bahasa non verbal. Kalau yang dibaca adalah bahasa tulisan, maka sangat berpotensi salah persepsi. Menganggap seseorang serius padahal bercanda.

Karenanya, melihat tingkat keseriusan seseorang tidak bisa dilihat dari satu atau dua status, tetapi harus dilihat dari konsistensi dan karakteristik pemilik accountnya. Kemudian sejauhmana pengolahan isu dalam media sosialnya, untuk melihat tingkat keseriusan atau hanya guyonan semata. Ini penting, sebab jangan sampai dengan proses pemantauan media sosial kemudian melakukan protect yang tidak perlu karena pemantau terlalu serius padahal publik hanya guyon

(46)
(47)

Mandirikan Masyarakat Lewat

Informasi

K

ata mandiri atau kemandirian pantasnya disanding-kan dengan kata “ekonomi”. Entah karena padan-an kata ypadan-ang sudah baku, atau karena budaya (kebiasaan) yang dibangun selama ini. Jadi kalau masyarakat mau mandiri, mereka harus mapan secara ekonomi. Maka apa yang dilakukan merupakan kegiatan yang “berbau” ekonomi. Karenanya, dengan kalimat “kemandirian ekonomi” sering-kali objeknya adalah masyarakat miskin atau kurang mampu. Mereka dianggap tidak mandiri karena dari sisi ekonomi ti-dak mapan.

(48)

48

tidak terbatas pada status ekonomi, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja, kemandirian informasi akan semakin bermakna jika difokuskan pada sebuah komunitas masyara-kat yang dari beberapa aspek mereka kurang mendapat perhatian Negara.

Kemandirian informasi merupakan pola komunikasi yang dibangun oleh masyarakat dalam menginformasikan apa yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya. Kemandirian informasi dibangun dari bentuk kepedulian masyarakat terhadap orang lain atau lingkungan sekitar. Kemandirian informasi membawa masyarakat lebih peduli kepada orang

lain, daripada berfikir diri sendiri seperti dalam konteks

ekonomi – sebelum orang lain, diri sendiri dulu yang mapan. Dalam konteks informasi, kini masyarakat tidak hanya cukup mencari atau mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, sedangkan nasib mereka tidak berubah setelah mendapat informasi. Yang harus dibangun ke depan adalah bagaimana masyarakat memperlakukan dunia informasi bukan sebagai alat untuk mendapatkannya, tetapi sebagai sarana untuk menyampaikan sesuatu. Jika beberapa saat ke belakang kita berada di abad informasi, siapa yang banyak informasi dialah yang menguasai dunia, namun kini kita

berada di abad kreatifitas, artinya siapa yang bisa mengisi

(memberikan) informasi maka dialah yang dianggap eksis oleh dunia.

(49)

49

harus mampu memberikan konten (informasi) kepada orang

lain. Dengan kata lain, produktifitas sangat dituntut oleh

media saat ini agar masyarakat diperhitungkan dan dianggap eksis. Persoalannya, informasi apa yang harus diberikan oleh masyarakat kepada publik?

Kealfaan Negara

Kemandirian informasi sebenarnya didasari atas ke-alfaan Negara dalam berbagai kasus yang ada di masyarakat, terutama di daerah atau bahkan pedesaan yang sulit terjangkau oleh aparat. Berbagai persoalan dari mulai yang sangat personal seperti kesehatan, pendidikan anak, sampai masalah sosial seperti lingkungan, juga berbagai persoalan infrastruktur lainnya.

Idealnya sebagai sebuah Negara, para pejabat dari mulai atas hingga bawah mestinya mampu memberikan pelayanan dan selalu hadir di tengah masyarakat. Jika tidak

secara fisik, kebijakan tentu harus dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat, termasuk mereka yang ada di pelosok desa. Realitasnya, setiap orang pasti tahu, jauh panggang dari api. Apa yang menjadi harapan, kenyataannya sepahit perjuangan masyarakat yang seolah-olah ada atau tidak ada Negara, mereka tetap hidup seperti itu.

(50)

50

dapat diselesaikan dengan menyambungkannya kepada masyarakat lain yang memiliki kemampuan dan kepedulian di sisi lain. Sebagai sarana, media informasi tentu di sini hadir tidak sebagai entitas yang mati, tetapi hidup dan memberikan solusi atas problem masyarakat yang terjadi selama ini.

Yang menjadi modal bagi masyarakat adalah penguasaan mereka atas kondisi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dengan modal ini mereka sangat paham apa yang perlu

di-share kepada publik, apa persoalan mereka dan apa potensi mereka. Dalam membangun sinergi, apa yang perlu dibantu orang lain dan apa yang dibutuhkan pihak lain tetapi ada di desa mereka.

Namun, pemahaman terhadap sosial budaya mereka tidak cukup, perlu dibarengi dengan kemampuan teknis menuangkan konten tersebut. Oleh karenanya, diperluan kemampuan warga pada aspek keterampilan seperti menulis, mengambil gambar dan teknis mengunggahnya di media (internet). Mengapa mesti internet? Sebab di tengah kebangkitan internet dengan fasilitas media sosial, sesungguhnya memberikan wahana yang sangat terbuka untuk dijadikan alat berjuang bagi masyarakat.

(51)

51

di perkotaan. Sangat jarang (jika tidak ada kejadian luar biasa) bagi wartawan untuk mendatangi pelosok-pelosok desa. Mereka punya kendala, selain jarak, mereka juga dikejar waktu, termasuk transportasi yang didapat dari perusahaannya tidak memadai. Karenanya yang paling memungkinkan memberitakan tentang apa yang terjadi di sebuah desa, ya masyarakat desa itu sendiri.

Kemudian kendala kedua adalah, paradigma media

mainstream masih berkutat di hal-hal yang luar biasa. Misal-nya slogan yang berlaku bad news is good news. Ini prinsip yang tidak selamanya benar. Karenanya tidak akan ada wartawan yang datang ke desa jika di sana tidak ada longsor, gempa dengan korban yang banyak, atau ada kunjungan pejabat. Selebihnya, ya, silahkan warga urus sendiri.

Jadi, sempurna sudah, di tengah kondisi yang tanpa tuan, masyarakat desa sudah di(ter)lupakan Negara, oleh para jurnalis pun tidak tersentuh. Maka segala problem yang ada di desa akan ditelan sepenuhnya oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan pihak luar, sedangkan kondisi mereka sendiri sangat terbatas.

(52)

52

ada di sana. Dengan semua potensi positif ini sesungguhnya setiap orang dapat belajar banyak dari spirit hidup masya-rakat pedesaan yang luar biasa.

Kalau orang kampus bilang, inilah masanya citizen journalism bicara. Masyarakat memiliki peluang yang sama dengan wartawan mainstream untuk menginformasikan apa yang ada di desanya masing-masing. Namun dengan sedikit melek teknologi infomasi, masyarakat di pedesaan pun dapat memanfaatkan internet untuk menjalin komunikasi dengan siapa saja, tanpa harus menunggu tulisannya dimuat di media mainstream.

(53)

Paradoks Ruang Maya Dalam

Budaya Mudik

T

radisi mudik dalam budaya Indonesia menjelang hari besar Iedul Fitri tidak pernah tergeser dengan kehadiran berbagai faslitas teknologi canggih sekalipun. Di sana ada rahasiah kepuasan batin yang tentu saja tidak pernah terwakili hanya dengan suara atau catatan-catatan pendek lewat media informasi. Kehadiran fasilitas 3G

yang menawarkan tampak wajah dan gerak fisik dalam

ber-komunikasi secara langsung sekalipun tidak menyurutkan Ummat Islam dalam tradisi tahunan di Indonesia untuk mengurungkan niat mudiknya.

(54)

lang-54

sung sesungguhnya tetap menjadi utama karena melahirkan kepuasan batin dan rasa yang tidak pernah terwakili oleh apapun. Hembusan nafas suami-istri (ketika berkomunikasi pada jarak intim), termasuk bau khas tubuhnya, tidak pernah terwakili oleh apapun kecuali keduanya bertemu secara langsung.

Teknologi memang dalam konteks komuninasi hanya membantu sifatnya. Mempermudah menemukan, men-deteksi, mencari informasi, namun bersifat sementara dan instan. Karenanya tidak semua hal bisa diwakilinya, karena sifatnya instant dan sementara. Banyak orang menjadikan teknologi informasi hanya alat pelacak untuk kemudian membuat janji. Selanjutnya berbagai urusan dan isi hati hanya dapat disampaikan secara langsung. Mengapa tidak, padahal teknologi sangat memungkinkan untuk dijadikan alat penyalur isi hati. Tetapi tidak begitu sebab teknologi tidak mampu mewakili intonasi, mimik muka, ekspresi tubuh, rasa hati, emosi juga kehangatan secara bersamaan.

(55)

55

keterwakilan komunikasi antar manusia – paling tidak dalam konteks arus mudik ini.

Sekali lagi, bahasa tubuh manusia sampai saat ini belum bisa dijembatani oleh kehadiran teknologi secanggih apapun. Karenanya masyarakat masih tetap “mengejar” orang-orang yang berkepentingan untuk ditemui walaupun dengan usaha yang sangat sulit dan terkadang mengancam jiwa. Sudah datang ke desa masing-masing pun, setiap orang masih harus tetap datang ke rumah-rumah saudara, tetangga dan siapapun yang dianggap perlu untuk didatangi. Dan begitulah tradisi ini berulang dari tahun ke tahun.

Kokohnya tradisi mudik walaupun perkembangan teknologi semakin canggih, dimungkin beberapa hal, pertama, mudik merupakan budaya bangsa Indonesia, bukan hanya ummat Islam. Tradisi saling mengunjungi dan berkumpul di rumah orang tua atau yang lebih tua ini merupakan ciri khas yang berjalan secara turun temurun. Sehingga untuk menggeser budaya mudik, teknologi informasi harus masih bersabar karena membutuhkan waktu lama, atau mungkin tidak akan tergeser sama sekali.

(56)

56

gerak kepala, tatapan mata, gerakan tangan dan simbol-simbol tersebunyi yang tidak akan terungkap hanya dengan saluran teknologi informasi yang ada. Kebiasaan komunikasi yang tidak lugas, serba rikuh, sehingga banyak informasi atau pesan yang masih tersebunyi. Untuk menangkap pesan-pesan tersebunyi tersebut hanya dapat dipahami dengan bertemu langsung.

Dalam budaya kita sudah biasa kalau komunikasi selalu takut menyinggung, takut membebani, takut membuat repot dan lain sebaginya, padahal pada dasarnya kita butuh bantuan orang lain. Karenanya seorang anak di kota yang sudah hidup dalam rasionalitas dan sedikit terbuka, tidak bisa menangkap isyarat dan kebutuhan orang tuanya yang ada di desa kecuali dia mendatanginya dan ketemu secara langsung. Bukankah banyak orang tua yang menahan diri untuk tidak membebani anaknya (walaupun hidup berlebih) yang ada di kota, hanya untuk sedikit uang demi kepentingan berobat karena usianya yang sudah udzur dan sakit-sakitan. Jika berkomunikasi jarak jauh orang tua ini akan mengatakan baik-baik saja, namun kita akan tahu bagaimana sebenarnya kondisi yang terjadi setelah kita bertemu dengannya.

Ketiga, teknologi sebenarnya selalu ditandai dengan

keberadaan fisik. Dari sisi fisik, teknologi informasi dari

(57)

57

menjadi alat, juga menjadi kebanggaan. Sebagimana halnya simbol kemewahan lainnya seperti pakaian, perhiasan dan kendaraan, teknologi informasi seperti HP dan iPad sangat memungkinkan untuk dipamerkan oleh si empunya kepada siapapun baik langsung maupun tidak langsung.

Anak-anak muda yang pergi ke kota dan kembali di hari raya senantiasa menjadikan teknologi informasi ini sebagai simbol jati dirinya. Semakin bagus alat komunkasinya semakin bangga dia. Karenanya, tidak sedikit orang yang kemudian memaksakan diri untuk memiliki alat komunikasi canggih di bulan ramadhan, bukan hanya karena fungsinya saja tetapi yang lebih penting adalah sebagai kebanggaan untuk dipamerkan kepada saudara, tetangga dan teman-temannya di desa di saat mudik. Karenanya, saat mudik adalah waktu yang ditunggu-tunggu karena akan sampai saat dimana dia akan dipuji banyak orang di desanya karena memiliki alat komunikasi yang harganya mahal. Jadi habis-habisan menguras hasil kerjanya untuk membeli alat komunikasi, bukan untuk mengobati rasa kangen dengan berkomunikasi jarak jauh, tetapi agar orang lain tahu bahwa dirinya punya benda tersebut.

Karenanya, dengan alasan apapun, bagi masyarakat

kita, mudik adalah pilihan final dan tidak bisa diwakili oleh

(58)

berlama-58

lama tidak berkunjung ke orang tua di desa, tapi siapa yang

tahan jika iedul fitri tiba. Oleh karena itu, komunikasi di ruang

maya akhirnya menjadi pengantar bagi setiap orang untuk kemudian diperdalam dan lebih hangat lagi ketika berjumpa

(59)

Menggagas Humas Desa

Peradaban

D

i tengah persaingan berbagai sektor kehidupan, peran Humas semakin dibutuhkan. Humas di tengah dunia yang selalu berubah dituntut untuk selalu adaptif terhadap berbagai persoalan dan tantangan di lapangan. Sayang, profesi Humas saat ini masih menjadi sesuatu yang kurang mengakar. Humas masih berada di lembaga atau institusi yang hanya dapat diakses oleh orang-orang yang sangat terbatas.

(60)

60

secara langsung.

Jika kita mengacu para persoalan mendasar pemerintahan kita, ini juga yang menjadi agenda priorioritas

Presiden SBY sekarang adalah persoalan birokrasi. Reformasi birokrasi memang sangat perlu dan mendesak. Hanya saja yang justru menjadi persoalan adalah seringkali ferormasi birokrasi itu lagi-lagi tidak menyentuh akar rumput. Sebab Humasoses itu biasanya hanya berada di level terendahnya Kota/Kabupaten.

Padahal sesungguhnya proses pelayanan pertama, di mana masyarakat harus datang ke kantor pemerintahan di daerah adalah Kantor Desa. Dari tempat yang sangat sederhana dan tidak tersentuh oleh reformasi birokrasi ini sesungguhnya pelayanan dimulai – selain RT dan RW yang harus ditempuh sebelumnya.

Terkait dengan hal ini, Jawa Barat adalah satu-satunya Provinsi yang menciptakan terobosan kebijakan yang sangat positip bagi pembangunan berbasis akar rumput. program yang sangat monumental ini dinamakan Desa Peradaban. Dengan penetapan 100 desa sebagai tahap awal, Jawa Barat sudah memulai proses pembangunan berbasis akar rumput yang dimulai dari titik-titik kritis yang tersebar di 17 Kabupaten.

(61)

61

partisipasi masyarakat dalam memantu program realisasi program-program di lapangan. Dengan dana sebesar Rp 1 milyar untuk setiap desa, tentu menjadi modal yang sangat berharga bagi apartur desa sekaligus beban berat karena harus dipertanggungjawabkan.

Karenanya, salah satu pemikiran yang ingin saya sampaikan dalam memberikan kontribusi untuk kesuksesan Desa Peradaan adalah membangun jejaring komunikasi yang berbasis di akar rumput. Di tengah semakin gencarnya Desa-Desa khususnya yang ditunjuk menjadi Desa-Desa Peradaban, bagi saya peran yang sangat vital dan harus ada adalah humas. Humas dalam kacamata yang lebih umum sesungguhnya sangat penting diadakan di tingkat pedesaan. Walaupun saat ini Humas masih berada di level elit, namun sesungguhnya fungsi Humas akan sangat dibutuhkan di pedesaan.

Terlebih pentingnya Humas di saat para aparatur Desa sedang menghadapi sebuah proses pembangunan yang sangat membutuhkan adanya fungsi Humas. Konsekwensi dengan ditunjuknya Desa tertentu menjadi percontohan (Desa Peradaban), maka tidak sedikit kemudian masyarakat yang tergiur dengannya. Mungkin masyarakat bertanya-tanya, bagaimana caranya mengakses dana itu. Dari pihak aparat desa, bagaimana cara mensosialisasikannya kepada masyarakat, juga bagaimana membuat image baik di publik dengan menjalin kerjasama dengan media.

(62)

62

Humas, sehingga harus mendatangkan orang luar ke Desanya. Humas di sini lebih kepada peran dan fungsi, yang menjalankannya diusahakan dari aparat yang ada atau masyarakat setempat yang ditunjuk. Dengan demikian mereka adalah orang yang sangat paham struktur dan kultur daerahnya. Sehingga tidak ada kendala psikologis dan sosiologis.

Karenanya bagi Desa Peradaban, Humas sangat penting keberadaannya. Fungsi Humas Desa Peradaban ke depan akan melingkupi beberapa hal; pertama, dia pertama-tama akan memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang program Desa Peradaban. Sosialisasi ini berfungsi ganda yaitu untuk memberitahu masyarakat yang tidak tahu adanya program Desa Peradaban, juga untuk meluruskan atau meyakinkan masyarakat yang sebelumnya sudah tahu tetapi dihawatirkan ada kesalahan pemahaman, terutama terkait dengan duduk perkara dana yang sangat besar yang dikelola oleh Desa.

(63)

63

Humas akan menjadi sarana untuk menampung aspirasi dan kritik masyarakat yang dialamatkan kepada Desa.

Ketiga, Humas Desa Peradaban akan berfungsi juga sebagai pembentuk opini publik yang baik. Maka konsekwensinya dia harus menjadi corong Desa dalam melakukan sosialisasi tentang keberhasilan pembangunan desa lewat media secara umum. Sehingga Humas Desa Peradaban selain memiliki relationship yang baik dengan masyarakat juga dengan media. Pada sisi lain lain, dengan kon-sep Desa Peradaban, maka mau tidak mau media pun akan mencari informasi tentang pembangunan akan mencarinya ke Desa-desa secara langsung. Sehingga kehadiran media (wartawan) ke desa tentu harus disambut dengan baik oleh orang yang telah memiliki wawasan media dan keterampilan menyiapkan materi (berita) dengan baik.

Keberadaan Humas di Desa seperti ini saya berkeyakinan akan sangat membantu berbagai pihak, pertama, Humas Pemda. Humas Pemda akan dengan mudah mendapat informasi tentang perkembangan pembangunan dari Humas Desa Peradaban tersebut. Dengan melakukan koordinasi yang baik, Humas Desa Peradaban dapat melakukan laporan berkala sehingga tidak perlu Humas Pemda mencari atau terjun ke Desa-desa yang sangat jauh itu.

(64)

64

lagi dipinta, tetapi Humas Desa Peradaan dengan sendirinya akan mengirim berita tentang perkembangan Desanya.

Ketiga, Kepala Desa dan aparat Desa secara umum. Sebab bagaimanapun, jika Kepala Desa harus selalu berhadapan dengan masyarakat setiap saat kemudian dengan media dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, maka dihawatirkan tidak akan fokus melakukan pembangunan. Karenanya dengan maksud mempercepat realisasi Desa Peradaban, Kepala Desa dan aparatnya harus fokus membangun, sedangkan hal-hal terkait dengan sosialisasi, mediasi dan kerjasama dengan pihak luar khususnya media dan informasi bisa di-handle oleh Humas.

Persoalan kemudian siapa yang akan menjadi Humas Desa Peradaan, dan dari mana ilmu Humas yang akan di dapatkan? Saya kira ini persoalan teknis yang sesungguhnya harus include dalam program Desa Peradaban. Sebab di samping pembangunan infrastruktur, Desa Peradaban juga memiliki orientasi terhadap pembangunan SDM. Dalam porsinya melakukan investasi di sektor SDM inilah sesungguhnya Desa Peradaban atau Pemprop sebagai pemilik Program ini sebaiknya melakukan dua hal, pertama

mencari kadaer-kader di Desa Peradaban yang sekiranya memiliki kemauan dan kecakapan untuk menjadi Humas.

(65)

65

(66)
(67)

Silaturahim Virtual

T

ahun 2009 merupakan waktu yang sangat penting dalam catatan internet di Indonesia. Di tahun ini pengguna internet meningkat pesat, kemudian masyarakat menyambut kehadiran media sosial dengan antusias. Hingga awal tahun 2010, media sosial terutama

facebook adalah pilihan paling pavorit bagi masyarakat kita. Di antara peminat paling besar berusia antara 15-35 tahun.

(68)

68

sosial sangat terkait dengan fasilitas interaktif yang membuat penggunanya selalu kecanduan.

Namun pemanfaatan media sosial seperti facebook

di Indonesia beberapa waktu ke belakang sepertinya belum diikuti oleh kedewasaan para pemakainya. Karakter yang menawarkan beragam kenyamanan dalam menjalin hubungan kemudian dimanfaatkan banyak orang untuk

hanya melakukan aktifitas yang hura-hura bahkan relatif

negatif. Kendati tidak semua pengguna demikian, namun fenomena kehilangan anak remaja putri, juga adanya aktivitas negatif yang berawal dari jalinan pertemanan lewat facebook

sesungguhnya menggambarkan bagaimana masyarakat kita kurang bijak dalam memposisikan facebook sebagai arena berkekspresi yang lebih positif.

Facebook dengan berbagai fasilitas menawarkan sebuah suasana yang membuat orang betah dan berlama-lama bersamanya. Dengan karakternya yang interaktif seseorang dapat berbagi ceritera dan saling curhat kepada orang lain

sesama pengguna. Profil setiap individu yang dilengkapi

dengan gambar-gambar dan video membuat orang akan dengan mudah mengenal orang lain. Tawaran-tawaran ini dalam konteks interaksi sosial semakin memudahkan orang untuk saling mengenal lebih cepat lagi. Hal ini belum tentu dapat kita lakukan dalam realitas nyata, seperti mengenal status, aktivitas, background pendidikan, hobi, usia, alamat

email dan no telepon.

(69)

69

fasilitas-fasilitas seperti ini kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif. Lewat jejaring sosial ini tidak sedikit orang yang kemudian tertarik dan akhirnya memutuskan untuk bertemu di darat untuk melakukan perkenalan lebih lanjut. Curhat dalam dunia virtual lewat facebook telah membuka hati sebagian masyarakat atas kenyamanan ketika mereka tidak menemukannya dalam dunia nyata. Ketika orang merasa hidup sendiri, tidak mendapat tempat baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungannya, maka dia akan mengalihkan dunianya pada dunia virtual. Di sini mereka akan menemukan banyak sahabat baru yang memiliki karakter lebih baik dan peduli di banding di dunia nyata.

Kenyamanan menjalin hubungan ini kemudian semakin lama semakin dekat hingga akhirnya saling sepakat untuk bertemu di darat. Kenekadan beberapa ABG dalam berbagai kasus yang kita saksikan di media massa adalah akumulasi dari pemanfaatan media sosial ini secara kurang baik. Memang media sosial menyediakan fasilitas untuk berbagai hal, tetapi bagi masyarakat kita yang masih belum siap dengan dunia baru ini lebih memanfaatkannya untuk hal-hal negatif. Karenanya, tidak heran jika kemudian ada pihak-pihak yang memanfaatkan facebook justru untuk promosi wanita-wanita bisa pakai (bispak). Ada juga yang menggunakannya untuk transaksi-transaksi sesuatu yang melawan hukum, dan tindakan negatif lainnya.

(70)

70

semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan media sosial. Sehingga perlu dibangun sebuah kesadaran akan pentingnya media sosial untuk dimanfaatkan pada hal-hal yang lebih positif. Jika kesadaran itu sudah muncul dan orang akan memperlakukannya secara bijak, mungkin kita tidak menemukan lagi adanya status palsu, biodata palsu, alamat palsu, foto-foto palsu dan kepalsuan-kepalsuan lainnya.

Sebab jika kita menilik kemanfaatan media sosial di negara-negara maju, diantara pentingnya status dan biodata kita yang ada di facebook adalah untuk memudahkan kita berpromosi diri sekaligus menjadi jembatan bagi perusahaan atau pihak-pihak yang kemungkinan membutuhkan jasa atau pikiran dan tenaga orang seperti kita. Dan perusahaan-perusahaan di negara maju sudah mulai memanfaatkan

facebook untuk meneliti SDM yang sekiranya diperlukan, tanpa menunggu lamaran kerja.

Di masyarakat yang lebih suka bersilaturahim, seperti di Indonesia, facebook sangat penting untuk mengalihkan dunia negatif pada aktivitas silaturahim di dunia virtual. Artinya facebook tetap bisa menjadi jembatan pertemanan dalam konteks berbagi cerita dan menjalin hubungan yang lebih produktif.

Beberapa nilai positif yang dapat diambil manfaatnya dari media sosial seperti facebook ini telah terjadi dan dapat lebih ditingkatkan seperti dalam beberapa kasus,

(71)

71

yang sempat terselamatkan karena desakan komunitas

facebook yang berujung kepada pernyataan Presiden untuk membebaskannya. Prita adalah kisah sukses lainnya, termasuk Luna Maya dan kasus boikot Pajak. Masih banyak contoh dimana facebook dapat dijadikan ajang membangun isu bersama dan menggiring masyarakat agar menyalurkan aspirasinya dengan lebih terarah, terorganisir untuk hal-hal yang positif.

Kedua, facebook juga dapat dijadikan alat untuk melahirkan karya-karya produktif. Kini tidak sedikit berbagai komunitas yang menyatukan dirinya dengan fasilitas

facebook. Kendati tidak kenal secara langsung, namun dengan menghimpun diri dalam komunitas di facebook

banyak masyarakat yang telah melahirkan karya-karya nyata. Misalnya bagaimana orang yang memiliki hobi yang sama di dunia tulis menulis, kini dapat mengikuti beberapa group

di facebook yang dapat menyatukan hobinya kemudian melahirkan produk berupa buku baik gabungan maupun sendiri-sendiri.

(72)

72

bergabung secara aktif yang dapat memanfaatkan peluang-peluang penting ini.

Keempat, karena silaturahim memerlukan keterbukaan

dan kejujuran, maka status dan profile setiap orang

diharapkan dapat ditulisa secara jujur dan terbuka – tanpa harus membuka hal-hal yang bersifat pribadi. Dari sinilah kedewasaan pemanfaatan facebook akan lebih produktif dan mendapatkan manfaat yang positif daripada dipakai untuk hal-hal yang lebih hura-hura atau negatif lainnya.

(73)

The End of E-mail

B

elum lama rasanya tradisi penggunaan email di masyarakat kita. Di saat orang mengalihkan “rumah”

fisik ke “rumah” virtual, maka semua urusan tidak

lagi lewat jasa pos atau kartu berbasiskan kertas. Setiap orang beberapa waktu lalu dan saat ini selalu memberikan alamatnya dengan menggunakan email. Bahkan setiap aplikasi apapun saat ini tidak cukup dengan memberikan

alamat rumah secara fisik, tetapi juga selalu meminta alamat

email.

(74)

74

memberikan kebebasan kepada anggotanya, karena berada dalam sebuah komunitas yang tertutup. Di luar orang-orang yang terdaftar tidak bisa mengaksesnya.

Namun, seiring perkembangan teknologi, kini semua fasilitas baik email maupun mailing list sepertinya tidak menjadi prioritas. Peralihan kecenderungan masyarakat lebih mengakses media sosial, sedikit-demi sedikit trend

email dan mailing list semakin berkurang. Jika saja syarat membuat media sosial khususnya facebook dan twitter tidak perlu menggunakan email, maka mungkin semakin sedikit masyarakat yang membuat email.

Aliran pesan dalam internet kini semakin beralih pada fasilitas media sosial seperti facebook dan twitter tadi. Kini sebagaimana karakter internet yang terbuka dan mengglobal, kecenderungan penikmatnya terutama yang berusia muda, lebih suka terbuka. Saksikan saja misalnya dari mulai status, komentar-komentar, foto-foto yang dipajang, sampai pada hal-hal yang seharusnya disembunyikan tetapi malah diekspose di dunia maya secara terbuka. Pagi hari dimana sebagian orang masih tertidur, banyak orang kemudian sudah

update statusnya, dan isinya sangat beragam, termasuk hal-hal yang sangat pribadi.

Gambar

gambar dan video dilakukan setiap orang, setiap saat dan tak Kemudahan saling bersapa dan berbagi cerita termasuk kenal batas

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 menjelaskan bahwa izin usaha untuk pelaku UMKM cukup dengan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dari Kecamatan.Berdasarkan hasil wawancara

Penelitian yang dilakukan oleh Joice Kristy Tarigan (2011) dalam skripsinya yang berjudul ‚Analisis Strategi Bauran Promosi Peningkatan Market Share (Studi Kasus

Menariknya lagi, sampai tahun 2013 Lady Gaga merupakan pemegang peringkat pertama dari seratus selebriti paling berkuasa dan berpengaruh di dunia versi majalah Time Amerika

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas - komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang - orang Spanyol yang masuk Islam),

Kecamatan Pulosari sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi

Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dibadan jalan (on street parking) dan di luar badan (off street parking). Hampir sebagian gedung perkantoran Bank dihadapkan dengan masalah

Aspek-aspek pertimbangan telah dapat dicakupi oleh media pembelajaran menggunakan media spesimen Echinodermata pada materi dunia hewan jika melihat hasil penilaian tim

Sangatlah penting bagi para pengguna komputer, software di negara kita bervariasi, dari yang asli sampai yang palsu, dari yang bayar sampai yang gratis, beraneka macam