• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERAN UNI AFRIKA DALAM PENYELASAIAN KONFLIK DARFUR (2003 – 2007)

KRISIS KEMANUSIAAN DI DARFUR

C. Faktor-faktor yang mendorong keterlibatan Uni Afrika di Darfur Korban sipil yang mencapai ratusan ribu orang serta jumlah pengungsi

C.2. Faktor-faktor eksternal pendorong keterlibatan Uni Afrika di Darfur Munculnya konsep Responsibility to Protect (R2P) pada tahun 2001 yang

C.2.2. Uni Eropa

Uni Eropa merupakan salah satu aktor kunci yang berperan dalam mendorong pembantukan rezim keamanan di Afrika. Sebagai contoh Uni Eropa memberikan dukungan yang signifikan terhadap pembentukan Dewan Keamanan Uni Afrika beserta agenda-agenda perdamaiaan lainnya di Afrika. Dalam hal ini Uni Eropa membentuk Fasilitas Perdamaian Afrika -African Peace Facility (APF)- pada bulan Maret 2004 untuk meresponss permintaan para pemimpin Afrika pada pertemuan tinggi Uni Afrika di Maputo tahun 2003. (Keane & Wee, 2010: 119)

APF menyediakan dana sebesar 250 juta Euro selama tiga tahun untuk mendukung operasi-operasi perdamaiaan yang dilakukan Uni Afrika maupun organisasi sub-regional Afrika atas mandat Uni Afrika maupun PBB. Dari dana

sebesar 250 juta Euro tersebut, 35 juta Euro telah dialokasikan untuk pembangunan Afrika termasuk membantu Uni Afrika untuk dapat mengembangkan kebijakan keamanannya, membangun kapasitas rencana Dewan Keamanan Uni Afrika, dan membantu Uni Afrika serta organisasi sub-regional lainnya untuk merencanakan pembentukan operasi-operasi pasukan penjagaan. (Keane & Wee, 2010: 121)

Meskipun APF dibentuk oleh Uni Eropa, dana-dana APF tidak akan dilalokasikan untuk membiayai operasi-operasi pasukan penjagaan perdamaian Uni Eropa. Dana-dana APF hanya ditunjukan kepada operasi-operasi pasukan penjagaan perdamaiaan Uni Afrika sendiri. Melalui APF, Uni Eropa telah mengalokasikan dana sebesar US $ 84 juta untuk mendukung operasi Uni Afrika di Sudan. (Keane & Wee, 2010: 121)

Pembentukan fasilitas keamanan menunjukan adanya perubahan pendekatan Uni Eropa untuk menyediakan dana bagi pembangunan dan inisiatif perdamaian dan keamanan. Dana fasilitas keamanan berasal dari Dana Pembangunan Eropa (European Development Fund – EDF) yang dialokasikan untuk pembangunan jangka panjang. (Keane & Wee, 2010: 129)

Uni Eropa beserta anggota-anggotanya juga secara aktif terlibat dalam upaya membantu Uni Afrika mengatasi krisis Darfur dengan menyediakan bantuan politik, keuangan dan logistik serta membantu memulihkan kondisi kemanusian di Darfur dengan turut serta masuk sebagai salah satu anggota pengamat militer gencatan senjata. (Keane & Wee, 2010: 132)

C.2.3. G-8

Peran negara-negara anggota G-8 dalam mendukung pembentukan Dewan Keamanan Uni Afrika tak kalah besar. Pada pertemuan G-8 di Kananaskis, Kanada tahun 2002, Negara-negara anggota G-8 menyepakati pembentukan Rencana Aksi Afrika (African Action Plan-APP) sebagai responss kolektif atas pembentukan The New Partnership for Africa's Development (NEPAD) oleh para pemimpin Afrika yang membuka Afrika untuk berbagai kerjasama dengan negara-negara maju. (Black, 2011: 232)

Dalam rangka meningkatkan kemampuan Uni Afrika, dan organisasi-organisasi sub-regional lainnya di Afrika, dalam mencegah dan menyelesaikan konflik di kawasan, G-8 bersedia untuk memberikan bantuan teknis dan finansial. APP juga meminta G-8 untuk membentuk rencana bersama guna meningkatkan kemampuan Uni Afrika dalam melaksanakan operasi-operasi perdamaian. (Black, 2011: 232)

Pada pertemuan Evian tahun 2003, negara-negara anggota G-8 menekankan kembali komitmennya untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di Afrika dengan membahas secara ekslusif bagaimana agar Uni Afrika mampu melaksanakan operasi-operasi militer guna mencegah dan menyelesaikan konflik. Akhirnya G-8 menyepakati pembentukan kerjasama Afrika – G-8 untuk meningkatkan kemampuan negara-negara Afrika dalam melaksanakan dan mendukung operasi-operasi perdamaiaan. Pelaksanaan operasi tersebut tetap diserahkan kepada Dewan Keamanan Uni Afrika sebagai badan pelaksana. G-8 juga sepakat untuk menyediakan senjata dan latihan militer bagi pasukan Uni Afrika. (Black, 2011: 232)

Pada pertemuan G-8 di Sea-Island 2004, G-8 menyepakati untuk meningkatkan kemampuan Uni Afrika dalam mendukung operasi-operasi perdamaian. Pemerintah Amerika Serikat bersedia menyediakan dana sebesar 660 juta dollar untuk pelaksanaan operasi-operasi tersebut. Pada pertemuan tersebut Amerika juga mengundang lima pemimpin Afrika untuk ikut serta dalam beberapa sidang. Hal ini mencerminkan komitmen G-8 untuk membantu dan mendukung Uni Afrika untuk menyelesaikan berbagai masalah di kawasan Afrika sangatlah besar. Dalam pertemuan tersebut G-8 juga membahas rencana latihan bagi pasukan Uni Afrika dan menyediakan senjata, sarana trasnportasi serta bantuan logistik lainnya. (Black, 2011: 233)

Kanada adalah salah satu negara anggota G-8 memiliki peran yang paling besar dibanding negara-negara G-8 lainnya dalam mendukung kemampuan Uni Afrika, dengan menyediakan dana bagi Uni Afrika. Pemerintah Kanada bersedia menyediakan dana sebesar 6 miliar dollar Kanada selama 5 tahun untuk mendukung kerjasama Afrika – G-8 dan pembentukan APP. Dana tersebut termasuk 500 juta dollar Kanada dalam bentuk bantuan Kanada untuk Afrika (Canada Fund for Africa – CFA -) yang digunakan selama periode 2002-2007. (Black, 2011: 238-244)

CFA juga kemudian menyediakan dana sebesar 4 juta dollar Kanada selama 4 tahun (2004-2007) untuk meningkatkan kemampuan Dewan Keamanan Uni Afrika. Adapun konstribusi CFA bagi Uni Afrika adalah sebagai berikut : (1) dua juta dollar Kanada untuk membentuk pengembangan mekanisme respons cepat. Dana tersebut khususnya diperuntukkan bagi peningkatan respons Dewan Keamanan Uni Afrika secara cepat dan efektif untuk mengatasi krisis dengan

mengirim pengamat militer ke wilayah konflik; (2) satu juta dollar Kanada selama lima tahun untuk mengembangkan mekanisme respons cepat bagi masyarakat sipil non-militer untuk aktivitas-aktivitas perdamaian dan keamanan. Dana ini pernah digunakan untuk misi politik dan mediasi Uni Afrika di Burundi, Pantai Gading, Somalia, dan Darfur; (3) lima ratus ribu dollar Kanada sebagai bagian dari bantuan Negara multi donor milik UNDP sebesar 6,4 dollar; (4) lima ratus ribu dollar Kanada yang diberikan kepada Departemen Politik dan Kemanusiaan di Komisi Uni Afrika untuk membentuk perwakilan khusus guna melindungi warga sipil dan konflik bersenjata. (Black, 2011: 238-244)

Pemerintah Kanada juga menyediakan dana sebesar 200.000 dollar Kanada untuk membantu misi Uni Afrika di Sudan (AMIS) pada tahun 2004. Pada tanggal 12 Mei 2005, pemerintah Kanada mengumumkan akan menydiakan dana tambahan sebesar 170 juta dollar Kanada selama dua tahun untuk membantu dan meningkatkan misi Uni Afrika di Sudan (AMIS). (Black, 2011: 238)

Komiten Kanada untuk membantu pembangunan kapasitas kemampuan Uni Afrika sangatlah signifikan. Meskipun bantuan Kanada kepada Uni Afrika tidaklah sebesar bantuan yang diberikan kepada misi NATO dan PBB di Bosnia-Herzaegovia (NATO Stabilisation Force in Bosnia-Herzegovina – SFOR), akan tetapi bantuan tersebut menunjukan konstribusi pemerintah Kanada dalam mendukung agenda perdamaian dan keamanan di Afrika. (Black, 2011: 248)

Dorongan pihak luar dalam mendukung agenda-agenda perdamian Uni Afrika memberikan arti tersendiri bagi para pemimpin Afrika dan Uni Afrika untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah di kawasan terutama penyelesaian konflik etnis Darfur. (Black, 2011: 248)

BAB IV

PERAN UNI AFRIKA DALAM PENYELASAIAN KONFLIK DARFUR