BAB V. FUNGSI LAGU KAPULO PINANG DALAM UPACARA ADAT
5.1 Fungsi Lagu Kapulo Pinang Dalam Upacara Adat Pernikahan
5.1.7 Estetika
Setiap musik dan tarian memiliki unsur keindahan dalam melodi dan gerakannya. Musik dapat mengubah perasaan pendengarnya bias menjadi perasaan yang bahagia ataupun perasaan sedih. Untuk lagu Kapulo Pinang yang dibawakan pada acara pernikahan adat di Desa Sijago-jago yang diteliti penulis memiliki unsur yang menyedihkan.
Penulis juga menganggap ini memiliki nilai estetika yang tinggi karena dalam penyajiannya peserta juga ikut ambil bagian didalamnya. Peserta juga ikut merasakan kesedihan dari lagu Kapulo Pinang ini.
5.2 Penggunaan Lagu Kapulo Pinang Dalam Konteks Upacara Adat Pernikahan di Desa Sijago-jago.
Kegunaan musik dalam masyarakat umum didasari oleh kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun oleh sebuah komunitas masyarakat untuk tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Sama halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Desa Sijago-jago dalam melaksanakan upacara adat pernikahan. Hal ini juga mereka lakukan sebagai budaya yang sudah turun temurun diwariskan dalam kesenian Sikambang. Hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan budaya menjadi dasar penggunaan musik ini terbentuk.
Aktifitas penggunaan musik dalam upacara adat pernikahan di Desa Sijago-jago merupakan kegiatan yang sudah lakakukan secara turun temurun.
Penggunaan lagu Kapulo Pinang ini biasanya dibawakan dalam konteks adat pernikahan. Lagu yang digunakan sudah menjadi tradisi yang melekat dalam masyarakat pesisir dan menjadi sebuah adat istiadat yang tidak bias dipisahkan dalam penyajian dan penggunaannya. Untuk menjaga eksistensi dan keberadaan budaya ini dan tanpa menghilangkan setiap unsur yang terkandung dalam penyajiannya, lagu ini selalu menggunakan gerakan tarian dan teks yang sudah ada dan juga dengan sedikit penambahan atau improvisasi dalam penyajiannya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah diuraikan secara terperinci dari Bab I sampai V, maka Bab VI ini adalah bab penutup, yang berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, yang mengacu kepada dua pokok masalah yang dikemukakan pada bagian pendahuluan, yakni bagaimana makna teks dan bagaimana fungsi Lagu Kapulo Pinang dalam upacara perkawinan dalam adat suku Pesisir pada wilayah kajian Desa Sijago-jago Tapanuli Tengah. Namun demikian, dikemukakan pula kesimpulan tentang keberadaan suku Pesisir ini dari sisi etnisitas dan keberadaan Sikambang sebagai berikut.
Suku Pesisir mendiami hampir sebagian besar daerah pantai dan sebagian kecil daerah pegunungan. Berasal dari beberapa keturunan suku seperti Minangkabau, Batak Toba, Angkola, dan Melayu yang bersosialisasi dan membentuk adat istiadat serta identitas yang baru.
Berbeda adat istiadat dengam suku lainnya, suku Pesisir sangat berkaitan erat dengan norma-norma agama Islam. Dikenal dengan istilah sumando, memiliki beberapa pengertian. Sumando menjadi sebuah kesatuan dalam ruang lingkup masyarakat Pesisir. Suamndo sendiri memiliki arti dalam bahasa Batak adalah cantik dan sesuai. Sumando itu sendiri juga termasuk dalam tata cara adat pernikahan di masyarakat Pesisir.
Menjadi sebuah kebudayaan suku Pesisir meliputi adat-istiadat, bahasa, kesenian, dan juga makanan makanan. Kesenian ini kemudian dikenal dengan
istilah kesenian Sikambang yang berhubungan erat dalam pelaksanaan adat upacara pernikahan suku Pesisir. Kesenian Sikambang ini mencakup musik instrumental, tarian, dan musik vokal (nyanyian). Berhubungan dengan itu lagu Kapulo Pinang juga memiliki peran penting dalam upacara adat pernikahan suku Pesisir.
(A) Kapulo Pinang memilik nyanyian yang mengandung makna kontekstual mengekspresikan kesedihan. Susunan nyanyian dari lagu ini dibawakan berbentuk pantun dan setiap barisnya memiliki kaitan satu dengan lainnya. Isi dari lagi kapulo pinang ini bersisi nasihat kehidupan dan juga ungkapan kesedihan hati yang dialami pria kepada istri dan keluarganya. Nasihat itu diambil dari kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Pesisir dan penyajiannya dilakukan pada malam Basikambang yang dinikmati oleh peserta acara.
Nyanyian ini memiliki bentuk dan pola yang diulang namun dengan teks yang berbeda di setiap pengulangannya, kecuali pada kata pembuka dan penutup.
Isitlah ini disebut dengan stropic. Nyanyian dan teks sama pentingnya dalam penyajian dari lagu Kapulo Pinang.
(B) Penggunaan dan fungsi lagu ini berdasarkan penelitian dan tafsiran penulis, dengan menggunakan teori uses and functions Merriam adalah sebagai berikut. Penggunaannya yang utama adalah untuk merayakan upacara perkawinan dalam suku Pesisir. Dapat juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti pesta budaya atau kesenian yang diselenggarakan di daerah ini.
Fungsi lagu Kapulo Pinang ini, yang biasanay diiring ensambel Sikambang adalah sebagai: (a) pengintegrasian masyarakat, (b) hiburan, (c)
media komunikasi, (d) norma sosial, (e) pengesahan lembaga sosial, (f) kesinambungan budaya dan generasi Pesisir, dan (g) estetika.
6.2 Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan dan juga dalam proses tulisan ini. Mulai dari kurangnya sumber dan referensi yang dapat membantu penulis memperkaya karya tulisan ini.
Penulis berharap kedepannya kepada peniliti berikutnya mampu lebih mendalami materi penelitian serta mempersiapkan pengetahuan yang umum tentang suku Pesisir. Tujuannya agar agar peneliti berikutnya tidak kebingungan dalam proses pengumpulan dan penulisan karya tulisnya. Penulis juga berharap untuk peneliti berikutnya untuk lebih aktif dan ikut ambil bagian dalam kegetiatan kesenian ini guna lebih memahami dan mendalami materi.
Penulis sebagai salah satu masyarakat yang berada di dilingkungan suku Pesisir yang bertempat tinggal di Kota Sibolga berharap dan berupaya dengan tulisan ini dapat membantu tulisan dan karya berikutnya. Harapan penulis juga untuk kedepannya pemuda-pemudi di suku Pesisir lebih memberi perhatian lebih guna menjaga dan melestarikan kebudayaan ini. Penulis berharap kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah untuk lebih memperhatikan akses dan keadaan masyarakat demi berkembangnya dan juga demi melestarikan kebudayaan Pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
De Saussure, Ferdinand. 1988. Pengatar Linguistik Umum (ahli bahasa: Rahayu S. Hidayat). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sinaga, Mario. 2016. Analisis Musikal Dan Tekstual Lagu Kapri Oleh kelompok Seni Pimpinan Syariman Irawadi Hutajulu Di Sibolga. Medan: Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya
Departemen Pendidikan Nasional.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa
Merriam, Allan P. 1964. Anthropology Of Music. Chicago: Northwestern University Press
Halliday, Michael Alexander Kirkwood. 1978. Bahasa Sebagai Semiotik Sosial (terjemahan). London: University Park Press
Koentjaraningrat. 1991. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Kooentjaraningrat.`1985. Pengetahuan Elemen Dan Beberapa Masalah Tari.
Jakarta: Direktorat Kesenian
Sipahutar, Evi Ninta. 2012. Fungsi Dan Struktur Tari Anak Yang Diiringi Musik Sikambang Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibola, Tapanuli Tengah, Kecamatan Sibolga Kota. Medan: Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya.
Putra, Erwin Prasaja. 2018. Analisis Musik Dan Tekstual Talibun Pada Upacara Adat Pernikahan Suku Pesisir Di Kota Sibolga. Medan : Departemen Etnomusikologi Fakults Ilmu Budaya.
Saragih, Amrin. Ansari, Khairil. Zulkifli. Heniwati, Yunizar. Hutagalung, Surya M. Ginting, Pulumun P. 2014.Semiotika. Medan : Departemen Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni.
Febrianto, Rendy. 2016.Analisis Makna Dam Fungsi Lagu Pada Kesenian SENI NALURI REYOG BRIJO LOR Dalam Memperingati Upacara Bersih Desa Kalikkebo,Trucuk, Klaten. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Seni Musik Fakultsa Seni dan Bahasa.
Sipanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Nettle, Bruno.1964. The Theory and Method in Etnomusicology.New York: The Free Press of Glencoe.
Badudu, J.S.1982.Morfologi Bahasa.Jakarta:Djambatan.
Faisal, A.1992.Pengantar Penelitian Metode Kualitatif.Surabaya:Usaha Nasional.
Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln (eds.). 2009. Handbook of Qualitative Research. Terj. Dariyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Internet
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57353/Chapter%20II.pdf?
sequence=+
http://www.stiami.ac.id/jurnal/detail_jurnal/43/180-pemberitaan-bangkitnya-pki-dalam-media-massa----analisis-semiotika-sos.html
https://www.coursehero.com/file/p7sc5li/Tradisi-semiotika-sosial-Hodge-Kress-1988-berdasarkan-pandangan-Halliday-1978/
http://digilib.uinsby.ac.id/8856/6/bab2.pdf
http://senibudaya-sibolga.blogspot.com/2011/09/coba.html?m=1 www.sibolgakota.bps.go.id
www.sibolgakota.go.id www.ethnomusicology.org
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29774/4/Chapter%20II.pdf repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41364/4/CHapter%20II.pdf
DAFTAR INFORMAN
Nama : Khairil Asni Siregar Tempat,tanggal, : Sijago-jago, 19 Juni 1958 lahir
Instrumen : Biola
Nama : Syariman Irawadi Hutajulu Tempat, tanngal : Sibolga, 1968
lahir
Instrumen : Gendang dan Vokal Utama
Nama : Sukri Tanjung
Tempat, tanggal lahir : Sijago-jago, 33 tahun (1987) Instrumen : Akordion
Nama : Aswal Tanjung
Tampat, tanggal lahir : Sijago-jago, 34 tahun (1986) Instrumen : Gendang Batapik
Nama : Maharuddin
Tempat, tanggal lahir : Sijago-jago, 34 tahun (1986) Instrumen : Gendang Batapik
Nama : Ibnu Ibrahim
Tempat, tanggal lahir : Sijago-jago, 55 tahun (1965)
Instrumen : Gendang
Nama : Asral
Tempat, tanggal lahir : Sijago-jago, 59 tahun (1964)
Instrumen : Gendang
Nama : Miswaruddin
Tempat, tanggal lahir : Sijago-jago, 35 tahun (1985)
Instrumen : Gendang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat Musik Gandang Sikambang Gambar 2.2 Alat Musik niola Sikambang Gambar 2.3 Alat Musik Akordeon Sikambang Gambar 2.4 Alat Musik Singkadu Sikambang
Gambar 3.1 Pemgantin Diarak Beserta Rombongan Keluarga Menggunakan Gala Duo Bale
Gambar 3.2 Pesilat Dari Marapule
Gambar 3.3 Suasana Mampelo Tampek Basanding Yang Dilaksanakan Dirumah Anak Daro. Tokoh Masyarakat Menuntun Marapule Menuju
Singgasanah Anak Daro.
Daftar Bagan
Daftar Bagan 4.1 Bagan Penanda dan Petanda oleh Ferdinand De Saussure
Daftar Tabel
Daftar table 2.1 Luas Wilayah Di Desa Sijago-jago