AKUNTABILITAS KINERJA
EVALUASI CAPAIAN SASARAN 8
“Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Perkotaan” No
INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU)
TAHUN
SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA 1 Persentase Sanitasi Layak 2015 % 90,00 82,14 91,27 2016 % 90,00 85,90 95,45 2 Persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2015 % 20,00 12,00 60,00 2016 % 20,00 11,39 56,95
Rata-rata Capaian IKU 76,20 Kinerja Capaian Sasaran 8 76,20
1. Sanitasi Layak
Cakupan layanan air bersih sebagai salah satu komponen layanan dasar masyarakat pada tahun 2015 cakupan layanan air bersih mencapai 92,31 persen dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 198,74 persen. Penyediaan layanan air bersih yang dilakukan selain melalui program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Mataram juga melalui bantuan dari Pemerintah Pusat dan kerjasama dengan Pemerintah Australia. Bantuan tersebut berupa Program Sambungan Air Bersih Gratis bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dalam tahun 2015 upaya peningkatan cakupan layanan air bersih dilakukan melalui kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. peningkatan pelayanan air bersih terus dilakukan agar seluruh masyarakat dapat meningkat derajat kesehatan melalui ketersediaan akan air bersih.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatnya efektivitas pemerataan dan kualitas pelayanan publik selama tahun 2016 antara lain:
2. Semakin bertambahnya kawasan permukiman menyebabkan bertambahnya kebutuhan akan pelayanan air bersih dan penanganan sampah. Cakupan air bersih telah mencapai 87,70%. Tinggi rendahnya cakupan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah sambungan rumah tangga. Untuk menambah cakupan pelayanan tersebut Pemerintah Kota Mataram selain menangani melalui APBD Kota Mataram juga dengan mengajukan bantuan Hibah dari Pemerintah Australia untuk program sambungan air minum gratis bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pertumbuhan dan perkembangan Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan diprovinsi NTB akan berdampak signifikan terhadap terhadap pertumbuhan penduduk dan perekonomian Kota Mataram, hal ini juga berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan ruang publik diwilayah Kota Mataram. Kebutuhan penggunaan lahan untuk ruang publik seperti taman, terjadi penurunan dari 6,10 hektar pada tahun 2015 menjadi 6,07 hektar. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi pengurangan luas taman yang dimiliki Kota Mataram. Saat ini terdapat 30 lokasi taman didukung dengan 344.688 m2 hutan kota. Dalam rangka meningkatkan cakupan ruang publik, ditetapkan kebijakan kepada para pengembang (developer) perumahan untuk menyediakan fasilitas ruang publik bagi penghuni perumahan. Kebijakan ini setidaknya mengingatkan bahwa kebutuhan ruang publik telah menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Dalam rangka meningkatkan cakupan ruang publik dan fasilitas media ekpresi maka Pemerintah Kota Mataram melakukan upaya dengan mengeluarkan kebijakan kepada para pengembang (developer) perumahan untuk menyediakan fasilitas ruang publik atau ruang ekspresi bagi penghuni perumahan. Kebijakan ini setidaknya mengingatkan bahwa kebutuhan ruang publik dan media ekspresi telah menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Disamping itu, untuk beberapa fasilitas media ekpresi yang sudah ada, dioptimalkan fungsinya melalui penanganan langsung oleh Dinas Pertamanan Kota Mataram selaku leading sector dalam dekorasi dan penataan ruang kota.
Undang-Undang Penataan Ruang yang mewajibkan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30 persen, maka Pemerintah Kota Mataram melakukan penambahan luasan RTH pada areal tanah pecatu, penataan kembali taman-taman kota yang ada, seperti Taman Sangkareang. Saat ini Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Mataram mencapai 12 persen sehingga dibutuhkan upaya guna meningkatkan persentase RTH Kota Mataram yang ditargetkan sebesar 20 persen atau setara dengan kebutuhan 41 titik RTH. Kota Mataram memiliki luas 6.130 hektar, sehingga kebutuhan 20 persen RTH setara dengan luas 460,86 hektar, saat ini kebutuhan RTH dipenuhi baru 12 persen sehingga 8 persen RTH harus dipenuhi. Pada tahun 2013, luas RTH Publik yang ada di Kota Mataram seluas 765,07 hektar dari luas wilayah Kota Mataram sebesar 6.130 Km2.
Kota Mataram dengan luas 6.130 Ha membutuhkan 20 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik setara dengan luas 460,86 Ha. Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2016 mencapai 11,39, dimana penambahan RTH yang relatif kecil ini berasal dari penambahan RTH dari Program P2KH dan RTH Jalur pada ruas jalan-jalan baru. Di samping itu, isu ketersediaan Taman Pemakaman Umum (TPU) menjadi salah satu masalah yang cukup pelik dihadapi saat ini. Sebagai langkah solusi yang telah dilakukan adalah Pemerintah Kota meminta dukungan kemitraan dan komitmen bersama dari pihak pengembang perumahan (developer) untuk dapat menyediakan lahan TPU.
Lahan pertanian di Kota Mataram kian menyempit, alih fungsi lahan dalam enam tahun terakhir sekitar 282,74 hektare di tahun 2011 lahan pertanaian di Kota Mataram sekitar 2.229,21 hektare dan di tahun 2015 menjadi 1.992,77 hektare, angka penyusutan lahan tiap tahunnya bervariasi dari 43,37 sampai dengan 180,70 hektare jumlah ini tergolong sangat besar dengan luas wilayah Kota Mataram yang hanya 61,30 km dan 56,80 kilometer perairan laut. Ancaman akan kehilangan lahan pertanian tidak bisa dipungkiri jika setiap tahun terjadi alih fungsi sekitar 100 hektare maka dalam 20 tahun mendatang semua sawah di Kota Mataram akan hilang. Dampak alih fungsi ini sangat besar terhadap pertanian maupun lingkungan. Terkait indikator alih fungsi lahan dari lahan pertanian, bahwa alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian cukup tinggi di Kota Mataram.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi capaian sasaran Meningkatnya ketersediaan media ekspresi dan ruang publik selama tahun 2016, adalah:
1. Untuk meningkatkan ketersediaan ruang publik perlu dilaksanakan secara maksimal dalam perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan ruang publik yang terpadu dengan seluruh pamangku kebijakan baik secara teknis maupun non teknis.
2. Lahan pertanian rata-rata mencapai 26,69% (34,93 ha) yang pemanfaatannya terbesar adalah untuk pembangunan perumahan dan insfrastruktur (developer) di wilayah kota Mataram untuk itu perlu diberi sangsi tegas terhadap para pengembang (developer) yang tidak melaksanakannya kewajibannya untuk menyediakan lahan fasilitas ruang publik.
Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran Meningkatkan Efektivitas Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang yang Berwawasan Lingkungan Hidup selama tahun 2016 adalah keterbatasan lahan yang akan diarahkan untuk pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dimana salah satunya termasuk Tempat Pemakaman Umum (TPU). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain :
a. Menambah luasan RTH baru melalui pembebasan lahan untuk memperbanyak pembangunan taman lingkungan, taman kota, taman makam, lapangan olahraga, dan hutan kota;
b. Mengembangkan koridor hijau dengan penanaman pohon-pohon pelindung secara massal untuk menciptakan koridor ruang hijau kota di sepanjang jalur hijau jalan, pedestrian, sempadan sungai dan sempadan pantai.
IX. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 9
Tabel 3.9