• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan ekonomi

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA MATARAM (Halaman 70-74)

AKUNTABILITAS KINERJA

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 7 “Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Daerah”

1. Pertumbuhan ekonomi

Ekonomi 2015 % 8,00 7,99 99,88 2016 % 8,06 8,12 100,75 2 Laju Inflasi 2015 % 1,00 0,94 (94,00) 2016 % 0,5 0,75 150,00

3 Tingkat Daya Beli 2015 Rp. (000) 14.000 13.021 93,01

2016 Rp. (000) 14.000 13.999 99,29 4 Pendapatan per Kapita Penduduk 2015 Rp. 33.758 29.406 87,11 2016 Rp. 32.878 32.552 99,01 5 Rasio Penduduk Miskin 2015 % 11,59 10,06 (88,80) 2016 % 10,59 9,73 (91,88)

6 Indeks Gini Ratio 2015 % 0,5 0,36 72,00

2016 % 0,5 0,29 58,00 7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2015 % 4,5 4,79 (106,45) 2016 % 4,5 7,50 (66,67)

Rata-rata Capaian IKU 95,09 Kinerja Capaian Sasaran 7 95,09

Sumber : BPS Kota Mataram 2016

* Ket. : angka dalam kurung adalah persentase pencapaian penurunan

1. Pertumbuhan ekonomi

Pemerintah Kota Mataram tidak bergerak sendiri untuk berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Penggerak utama pertumbuhan adalah sektor privat atau swasta, fungsi Pemerintah adalah mengarahkan, memberikan ruang dan mengatur kebijakan ekonomi daerah. Dalam meningkatkan perkembangan positif pertumbuhan ekonomi sehingga target pertumbuhan ekonomi dicapai antara 7-8 persen, maka upaya yang dilakukan, diarahkan pada mempertahankan kondusivitas wilayah, membuka peluang investasi, menjamin keterbukaan usaha, dan memberikan kemudahan perijinan usaha, meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur ekonomi, dan meningkatkan partisipasi angkatan kerja, serta menumbuhkan usaha mikro kecil dan industri rumah tangga, dan membuka akses permodalan usaha.

Struktur perekonomian suatu daerah terlihat dari besarnya peranan masing-masing kategori ini terhadap pembentukan PDRB daerah tersebut. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, sumbangan terbesar pada tahun-tahun 2015 dihasilkan oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan peranan sebesar 19,97 persen. Selanjutnya kategori Konstruksi merupakan terbesar kedua dengan peranan 10,25 persen. Kemudian kategori Jasa Keuangan dan Asuransi

merupakan kategori yang memberikan kontribusi terkecil terhadap pembentukan PDRB Kota Mataram yaitu sebesar 0,01 persen.

PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang terbentuk dari berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah pada tahun tertentu. Besaran PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk menghasilkan suatu produk melalui proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Mataram setiap tahun mengalami perkembangan baik dinilai atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga pada tahun dasar 2010 (harga konstan). Nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2015 mencapai 13,24 triliun rupiah, mengalami peningkatan sebesar 13,75 persen dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 11,64 triliun rupiah. Sementara itu, nilai PDRB Kota Mataram atas dasar harga konstan pada tahun 2015 mencapai 10,68 triliun rupiah, mengalami kenaikan sebesar 7,99 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2014 sebesar 9,89 triliun rupiah. Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh lapangan usaha yang mencakup kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya.

Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Mataram terhadap Provinsi Nusa Tenggara Barat selama tahun 2012-2015 menunjukkan bahwa 13 kategori ekonomi penggerak perekonomian di Kota Mataram merupakan sektor unggulan dengan nilai LQ lebih besar dari 1. Kategori-kategori tersebut meliputi Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan;Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Soaial dan Jasa Lainnya. Kategori-kategori tersebut perlu dikembangkan mengingat multiplier effect yang diciptakan untuk meningkatkan Pendapatan Daerah kemudian meningkatkan konsumsi serta mendorong investasi yang ada di Kota Mataram, sehingga secara keseluruhan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kota Mataram.

Laju pertumbuhan ekonomi bermanfaat untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangakan untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat digunakan Angka PDRB Per Kapita atau Pendapatan Per Kapita. PDRB Per Kapita memberikan gambaran kasar bagian PDRB yang diterima secara rata-rata oleh seluruh penduduk dalam suatu daerah dan merupakan pembagian antara besaran PDRB

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Meskipun besar kecilnya pendapatan per kapita suatu daerah merupakan salah satu ukuran bagi tingkat kemakmuran daerah tersebut, namun belum bisa digunakan langsung dalam pengukuran pemerataan pendapatan. PDRB Kota Mataram mengalami peningkatan baik ADH Berlaku maupun ADH Konstan 2010. PDRB atas harga berlaku mencapai 13,24 trilliun rupiah sedangkan atas dasar harga konstan mencapai 10,68 trilliun rupiah. Pertumbuhan ekonomi secara sektoral juga memperlihatkan sektor-sektor unggulan (yang mempunyai peran dominan dalam perekonomian Kota Mataram) mengalami pertumbuhan yang relatif stabil, seperti: sektor Industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara sektor bangunan dalam 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Percepatan pertumbuhan sektor bangunan di dorong juga oleh pembangunan fisik yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram seperti pembangunan rumah sakit dan sebagainya. Demikian pula dengan pembangunan pusat–pusat pertokoan dan pemukiman elit yang dilaksanakan pihak swasta. Pertumbuhan Ekonomi positif Kota Mataram dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram, hal tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya iklim usaha yang ada di Kota Mataram seperti pembangunan hotel, restoran/rumah makan dan hiburan serta penambahan jenis usaha-usaha lainnya, sehingga perkembangan iklim usaha tersebut merupakan sumber utama dalam rangka penggalian potensi pajak daerah di Kota Mataram. Potensi PAD menjadi semakin meningkat sejak berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah karena diberikannya kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memungut Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang sebelumnya menjadi kewenangan pusat. Kedua komponen ini memberikan peningkatan yang signifikan bagi peningkatan PAD secara keseluruhan.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Mataram mengalami perkembangan positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, realisasi PAD tercatat sebesar Rp. 82.300.211.074 dengan persentase reliasasi terhadap APBD sebesar 12,12 %, kondisi tersebut meningkat terus yaitu pada tahun 2016 tercapai realisasi PAD sebesar Rp. 210.334.038.668,80,- dari target yang diharapkan sebesar 215.599.750.389,00 terealisasi sebesar 97,40%, dengan persentase terhadap Peningkatan ini terjadi karena upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram melalui intensifikasi dalam proses pemungutan potensi pendapatan daerah khususnya penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah; serta ekstensifikasi potensi pendapatan daerah dengan memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah dengan mengidentifikasi potensi daerah yang dapat dijadikan sumber penerimaan, mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial, memperbaiki

2. Inflasi

Salah satu indikasi stabilnya perekonomian suatu daerah adalah harga barang. Inflasi atau deflasi adalah perubahan harga barang di tingkat konsumen, atau merupakan perubahan dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Dalam PDRB, kenaikan harga barang-barang dicerminkan oleh perkembangan laju Indeks Harga Implisit (IHI). IHI menggambarkan tingkat inflasi yang menyeluruh dari seluruh kegiatan perekonomian mulai sektor pertanian sampai dengan jasa-jasa atau dengan kata lain tingkat perubahan IHI menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sektor/sub sektor. Inflasi Kota Mataram mencapai 3,25% lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 3,50%. Paritas Daya Beli di tahun 2015 sebesar 650.090 meningkat setiap tahunnya dan di tahun 2016 menjadi 662.656 capaian sebesar 101,93 dan di tahun 2015. Perkembangan harga barang akan mempengaruhi kemampuan masyarakat membeli barang-barang kebutuhan hidup.

3. Kemiskinan

Evaluasi capai sasaran meningkatnya upaya penanggulangan masalah sosial ekonomi masyarakat dengan IKU rasio penduduk miskin di tahun 2015 dengan capaian 88,80 persen pada tahun 2016 meningkat menjadi 91,88%. Meningkatnya adanya jumlah penduduk miskin ini dikarenakan salah satunya adanya perpindahan penduduk dari luar Kota Mataram yang menimbulkan banyaknya pengangguran, adanya pernikahan dini. Kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi rawan akan masalah kemiskinan, sehingga harus ditangani secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai unsur. Selama tahun 2015-2016 jumlah penduduk miskin Kota Mataram terus mengalami penurunan. Dengan kecenderungan selalu menurun di beberapa tahun terakhir, Angka kemiskinan diharapkan akan terus dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kesejahteraan masyarakat di Kota Mataram dapat dinikmati secara menyeluruh dan merata.

Jumlah fakir miskin dan daerah kumuh yang terdata sebanyak 700 KK, sedangkan yang sudah di tangani dengan dana yang sudah ada sebanyak 615 KK, sedangkan yang belum di tangani karena dana yang tidak tersedia sebanyak 85 KK.Bentuk kegiatan bantuan Stimula Pemberdayaan Fakir Miskin dalam bentuk Pengembanagn dalam bentuk Usaha Ekonomi Produktif. Jumlah Pemberian bantuan fakir miskin dan PMKS 70 orang , sedangkan yang sudah di beri bantuan sebanyak 65 orang, yang belum mendapat bantuan sebanyak 5 orang. Dalam kegiatan Bantuan Stimula Pemberdayaan Fakir miskin dalam bnetuk pengembangan Usaha Ekonomi Produktif. Jumlah Penyandang Cacat dan Penyakit Kronis sebanyak 200 Orang, sedangkan yang sudah tertangani dengan dana yang tersedia sebanyak 145 Orang, jadi jumlah yang belum tertangani sebanyak 55 Orang. Kegiatan yang di lakukan adalah pelatihan bagi penyandang cacat dan diberikan bantuan usaha produkti dan bagi penyandang cacat berat di berikan bantuan berupa sembako. Jumlah pencari kerja pelatihan yang berbasis Masyarakat, yang berminat dan terdata sebanyak 50 Orang sedangkan yang sudah dilatih sesuai dengan dana yang ada sebanyak 48 Orang dengan jumlah yang

belum dilatih sebanyak 2 orang, Kegiatan yang di lakukan adalah Pelatihan servis AC, Pelatihan Tata Rias dan Pelatihan Pembuatan Sandal. Jumlah Pencari Kerja dan yang di tempatkan, terdata sebanyak 1000 Orang sedangkan yang sudah di tempatkan sebanyak 985, jadi yang belum di tempatkan sebanyak 15 Orang, kegiatan yang dilakukan adalah BKLO (Bursa Kerja Online)

Penanganan anak jalanan, anak terlantar, eks penyandang Narkoba dan PMKS dilakukan melalui Bimbingan Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, peningkatan kemampuan (capacity building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya, pelaksanaan KIE Konseling dan Kampanye Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dan pelatihan bagi Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatnya upaya penanganan masalah sosial ekonomi masyarakat pelaksanaan selama tahun 2016, antara lain:

1. Dinamika pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi berkaitan erat dengan semakin meningkat permasalahan sosial ekonomi masyarakat, termasuk didalamnya masih adanya kesenjangan penduduk mampu dengan penduduk tidak mampu. Keterbatasan ekonomi dan akses sosial masyarakat masyarakat miskin membutuhkan program pengentasan yang terencana dan berkelanjutan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan mengoptimalkan pelaksanaan program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat miskin.

2. Adanya permasalahan dalam data dan jumlah penduduk miskin yang digunakan untuk memastikan intervensi program, sehingga informasi data yang akurat mutlak dibutuhkan. Upaya yang dilakukan dengan verifikasi dan validasi mengacu pada 14 variabel fakir miskin versi Kementerian Sosial RI.

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA MATARAM (Halaman 70-74)

Dokumen terkait