• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 1

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA MATARAM (Halaman 59-66)

AKUNTABILITAS KINERJA

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 1

berikut:

Tabel 3.1

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 1

“Meningkatnya kualitas harmonisasi kehidupan masyarakat”

No

INDIKATOR KINERJA UTAMA

(IKU)

TAHUN

SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA 1 Persentase kejadian konflik yang ditindaklanjuti 2015 % 90 85,20 94,66 2016 % 90 89,15 99,06 2 Persentase pertemuan antar umat beragama

2015 % 99 98,02 99,01

2016 % 99 98,56 99,56

Rata-rata Capaian IKU 99,31 Kinerja Capaian Sasaran 1 99,31

Dengan heterogenitas yang dimiliki Kota Mataram, sangat berpotensi untuk terjadinya konflik. Karakteristik konflik yang terjadi dalam lingkup lokal setempat, seringkali dipicu oleh kesalahpahaman antar pihak yang berkonflik. Dalam mengatasi pemicu potensi konflik, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Permendagri, Pemerintah Kota Mataram telah membentuk 12 (dua belas) tim/forum dalam mengoptimalkan koordinasi, kerja sama, dan pembinaan dalam penanganan dan penyelesaian konflik sebagai berikut: FKPD Kota Mataram, PPWK Kota Mataram, Kominda Kota Mataram, FKDM Kota, Kecamatan dan Kelurahan, Forum Pembauran Kebangsaan Kota Mataram, Pemantauan Orang Asing, FKUB Kota Mataram, Tim Verifikasi BANPOL Kota Mataram, Bantuan Keuangan PARPOL, serta Sekretariat FKPD Kota Mataram.

Beberapa kegiatan dalam memantapkan kesatuan bangsa dan politik, sebagai berikut: Diklat Pelatihan Bela Negara, Diklat Wawasan Kebangsaan bagi Toga, Toma, Toda dan unsur-unsur lainnya, Pekat pada rumah kost se-Kota Mataram, Menurunnya moralitas anak tingkat SD, SMP, SMA, serta Penguatan FKDM, FKUB dan Kominda dalam rangka peningkatan SDM.

Menurunnya gangguan ketentraman dan ketertiban disebabkan meningkatnya jumlah patrol satuan Polisi Pamong Praja dalam pencegahan pelanggaran trantib selama 24 jam. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan penegakan peraturan daerah dan peraturan Walikota dalam memastikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur dan kriteria penanganan pelanggaran.

Dalam mengoptimalkan pencapaian kinerja, telah dilakukan penanganan potensi gangguan tramtib sebanyak 300 penertiban atau 100% dengan jumlah personil saat ini sebanyak 124 orang. Upaya peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui penguatan kapasitas anggota melalui Diklat dengan capaian sebesar 64% (77 orang dari 124 anggota). Dalam upaya perlindungan masyarakat telah dibentuk Petugas Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dengan jumlah 186 orang. Dalam hal penegakan PERDA, capaian kinerja sebesar 150% yaitu sebanyak 300 kasus pelanggaran PERDA yang telah ditetapkan, terdapat 450 kasus pelanggaran yang dapat diselesaikan, artinya terdapat PERDA yang ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya dapat diselesaikan penegakannya pada tahun 2016.

Komposisi penduduk Kota Mataram yang majemuk dengan berbagai ras, suku dan agama dapat rawan potensi konflik, jika tidak ditangani dengan benar. Dalam mengoptimalkan penanganan konflik, beberapa hal yang dilakukan: pertama, meningkatkan intervensi kebijakan Pemerintah Kota Mataram yang aktif mendorong harmonisasi dan mengantisipasi sedini mungkin potensi konflik. Kedua, Pemerintah Daerah secara terus menerus dan aktif memfasilitasi dialog terbuka, menggelar rapat koordinasi, serta melakukan mediasi penanganan konflik. Tak ketinggalan keberadaan Komunitas Intelejen Daerah (KOMINDA) dan jejaringnya juga dioptimalkan. paya lain adalah memfasilitasi dan mendukung program kerja sejumlah ormas yang merupakan wadah masyarakat untuk membangun pemahaman atas pluralisme dan keberagaman, seperti Forum Koordinasi Umat Beragama (FKUB).

Permasalahan dan Solusi:

1. Pertumbuhan penduduk di Kota Mataram cukup tinggi, hal ini merupakan dampak dari posisi Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi NTB, yang menjadi penarik bagi para pedagang/usahawan untuk berusaha. Fenomena pelanggaran tata ruang dan peruntukan lahan sering kali terjadi. Sehingga patroli tramtib terus dilakukan. 2. Dinamika masalah sosial kemasyarakatan dengan adanya fenomena anak jalanan,

gelandangan dan pengemis terkadang seringkali terjadi, disamping masalah sosial lainnya. Perpaduan kerja tim penanganan masalah sosial dioptimalkan dengan mengembangkan pola-pola penertiban yang lebih humanis, dengan menyiapkan anggota polisi pamong praja wanita dengan jumlah 17 orang.

II. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 2

Tabel 3.2

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 2

“Meningkatnya nilai-nilai religiusitas masyarakat”

No INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

TAHUN

SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA

1 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

2015 % 90 90 100,00

2016 % 90 90 100,00

2 Jumlah Kegiatan Keagamaan dalam Satu Tahun

2015 Kegiatan 450 414 83,00

2016 Kegiatan 460 467 101,53

Rata-rata Capaian IKU 100,76 Kinerja Capaian Sasaran 2 100,76

Penduduk Kota Mataram mayoritas adalah beragama Islam dengan jumlah 353.617 jiwa atau 84,46 persen dari total penduduk Kota Mataram yang berjumlah 418.679 jiwa. Pembinaan umat beragama di Kota Mataram dilaksanakan secara intensif dalam kegiatan sehari-hari. Dengan digalakkan imtaq di sekolah dan kantor pada hari Jum’at diharapkan kualitas SDM dapat lebih ditingkatkan, utamanya dari segi religiusitasnya. Jumlah pemeluk agama di Kota Mataram tercatat sebanyak 353.617 jiwa pemeluk agama islam, 52.980 jiwa pemeluk agama Hindu, 9.267 jiwa pemeluk Nasrani, dan 2.815 jiwa pemeluk agama Budha dan lainnya. Untuk mendukung pelaksanaan kehidupan beragama di Kota Mataram, telah terbangun sarana peribadatan, yaitu 232 Masjid, 163 Pura, 15 Gereja Kristn, 2 Gereja Katholik, dan 11 Vihara. Sementara itu, terdapat beberapa lembaga pendidikan agama sejak dini, yaitu sebanyak 36 Raudhatul Athfal (RA), 24 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 22 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 12 Madrasah Aliyah (MA), 7 sekolah katholik, dan 6 sekolah kristen. Beberapa kegiatan keagamaan tersebut antara lain: (1) Festival Maulid, (2) Festival Lebaran Topat, (3) MTQ/MFQ, (4) Pawai Ogoh-ogoh. Pertemuan antar umat beragama dilakukan selama 5 kali dalam satu tahun dengan melibatkan seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan. Banyaknya lembaga kelembagaan mengalami peningkatan sebesar 0,44 persen dari tahun 2015 sebanyak 441 kegiatan sampai tahun 2016 yang mencapai 467 kegiatan dan di tahun 2016.

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatnya toleransi masyarakat dalam kehidupan beragama adalah: Untuk mengatasi penanganan konflik yang terjadi, Pemerintah Kota Mataram telah secara aktif mendorong harmonisasi dan mengantisipasi sedini mungkin potensi konflik, Pemerintah Daerah juga secara terus menerus memfasilitasi dialog terbuka, menggelar rapat koordinasi, serta melakukan mediasi penanganan konflik dengan melibatkan keberadaan Komunitas Intelejen Daerah dan jejaringnya, serta memfasilitasi dan mendukung program kerja sejumlah ormas yang merupakan wadah masyarakat untuk membangun pemahaman atas pluralisme dan keberagaman, seperti Forum Koordinasi Umat Beragama (FKUB).

III. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 3

Tabel 3.3

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 3

“Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar”

No INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

TAHUN

SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN

KINERJA

1 Angka Harapan Lama Sekolah

2015 Tahun 99,70 93,59 93,87

2016 Tahun 99,80 96,69 96,49

2 Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

2015 Tahun 12 9,04 75,34

2016 Tahun 12 9,05 75,42

3 Angka Partisipasi Kasar (APK) - SD/MI 2015 % >105.27 102,97 97,81 2016 % >105.27 106,44 101,12 - SMP/MTs 2015 % >114.19 101,58 88.,95 2016 % >114.19 101,59 88,97 - SMA/SMK/MA 2015 % >116.96 168,16 143,78 2016 % >116.96 168,17 143,79

4 Angka Partisipasi Murni (APM) - SD/MI 2015 % >89.68 74,60 83,19 2016 % >89.68 74,70 83,80 - SMP/MTs 2015 % >79.01 74,44 94,21 2016 % >79.01 74,45 94,23 - SMA/SMK/MA 2015 % >79.97 124,79 156,04 2016 % >79.97 124,80 156,06

Rata-rata Capaian IKU 104,99 Kinerja Capaian Sasaran 3 104,99

Sumber : BPS Kota Mataram dan Dikpora Kota Mataram, 2016.

Dari tabel diatas, tergambarkan adanya perkembangan positif dalam pembangunan bidang pendidikan. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Langkah-langkah dalam pemenuhan pelayanan bidang pendidikan, yaitu penyediaan anggaran untuk BOSDA (Bantuan Operasional Sekolah Daerah), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Rehab Berat Sekolah dan Ruang Kelas Baru (RKB), Pembangunan Laboratorium dan Ruang Praktikum Sekolah, Pengadaan Alat Praktik dan Peraga Siswa, serta Pemenuhan Kebutuhan Meubelair Sekolah.

Selain itu dalam peningkatan kualitas pendidikan, jumlah tenaga pengajar yang lulus pada pendidikan dan latihan profesi guru (sertifikasi guru) terus bertambah setiap tahunnya. Pengembangan guru sebagai profesi; merupakan kebijakan yang strategis dalam rangka membenahi persoalan guru secara mendasar. Sebagai tenaga profesional,

kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan analisis kesenjangan kompetensi.

Menindaklanjuti ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada tahun 2016 dilaksanakan persiapan pelimpahan kewenangan pengelolaan SMA/SMK dari Pemerintah Kota Mataram ke Pemerintah Provinsi NTB dalam rangka optimalisasi kinerja program pendidikan menengah. Pelimpahan kewenangan tersebut agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat lebih fokus membenahi pendidikan dasar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), sementara Pemerintah Provinsi dapat lebih memprioritaskan pendidikan menengah dalam upaya mencapai Wajib Belajar (WAJAR) 12 Tahun. Peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan rata-rata kunjungan perpustakaan tahun 2015 sebanyak 20.116 orang menjadi sebanyak 22,348 orang pada tahun 2016. Begitu juga dengan cakupan layanan perpustakaan pada tahun 2011 sebanyak 20 unit meningkat pada tahun 2015 menjadi 30 unit dengan capaian sebesar 100%. Dalam meningkatkan minat baca masyarakat dibutuhkan penguatan dalam sarana dan prasarana pendukung, termasuk ketersediaan personil yang memadai dalam hal kuantitas dan kualitas. Keberadaan perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah dan perpustakaan rumah ibadah merupakan sarana pendukung dalam memperkuat akses masyarakat untuk mendapat data dan informasi, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan koleksi buku dan bahan bacaan lainnya, yang saat ini berjumlah sebanyak 7.611 jenis. Akselerasi cakupan layanan perpusatakan dilakukan dengan optimalisasi layanan Perpustakaan Keliling sebanyak satu unit yang merupakan bantuan dari Perpustakaan Nasional RI. Sebagai alternatif pilihan masyarakat untuk mengakses perpustakaan, keberadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berjumlah 39 TBM dapat memperpendek jarak layanan perpustakaan bagi masyarakat Kota Mataram. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi capaian sasaran meningkatkan kualitas pendidikan selama tahun 2016 adalah:

1. Kota Mataram sebagai Pusat Pendidikan di Provinsi NTB, memberikan daya tarik bagi siswa dari daerah lainnya. Dalam pola Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun 2016, mekanisme penerimaan menggunakan sistem on line, dengan memberikan kesempatan kepada pendaftar untuk 3 Sekolah Pilihan yang diinginkan. Jika nilai yang diperoleh berdasarkan passing grade pada ketiga sekolah tidak memenuhi, pendaftar dapat memanfaatkan mekanisme bina lingkungan dengan pola tes ujian masuk (tes akademik) pada sekolah yang dituju. Penerapan kebijakan Bina Lingkungan menjadi salah satu alternatif pemecahan terhadap ketidaksesuaian antara ketersediaan ruang belajar/rombongan belajar dibandingkan dengan jumlah pendaftar.

2. Keberadaan sekolah swasta dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan masih belum optimal dalam menjaring siswa baru, sementara hampir sebagian besar orang tua siswa menyekolahkan putra putrinya di sekolah negeri. Hal ini menyebabkan adanya ketimpangan jumlah rombongan belajar (rombel) antara sekolah negeri dengan swasta. Tingginya biaya pendidikan di sekolah swasta

menjadi salah satu penyebab terjadinya hal tersebut. Untuk itu sekolah swasta perlu mendapat perhatian, antara lain dalam bentuk subsidi.

3. Dalam meningkatkan minat baca masyarakat khususnya bagi siswa, ditemukan masih terbatasnya keanekaragaman bahan pustaka/koleksi perpustakaan yang dapat menunjang minat baca masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut melalui penambahan bahan pustaka/koleksi perpustakaan hingga dapat meningkatkan minat baca masyarakat.

4. Optimalisasi kinerja pelayanan perpusatakan masih dihadapkan pada permasalahan keterbatasan sarana prasarana perpustakaan daerah dan masih kurangnya jumlah mobil operasional perpustakaan keliling untuk mengkomodir cakupan pelayanan perpustakaan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan melengkapi sarana perpustakaan, mengembangkan pilihan media kepustakaan daerah secara on-line, dan mengusulkan penambahan mobil operasional perpustakaan keliling.

IV. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 4

Tabel 3.4

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 4

“Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat”

No INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

TAHUN

SATUAN TARGET REALISASI CAPAIANKINERJA

1 Angka Harapan Hidup 2015 Tahun 68,60 70,18 102,30

2016 Tahun 70,20 70,43 100,33 2 Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2015 Nilai 0,735 0,614 83,54 2016 Nilai 0,735 0,627 84,90

Rata-rata Capaian IKU 92,62 Kinerja Capaian Sasaran 4 92,62

Sebagai Ibukota Provinsi NTB, cakupan layanan kesehatan melalui ketersediaan Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Poliklinik, Puskesmas dan Jaringannya yang cukup memadai, telah memberikan dampak bagi optimalnya penanganan masalah kesehatan masyarakat. Karakteristik Kota Mataram yang majemuk dengan tingkat keamanan dan kenyamanan hidup (hospitality) yang positif telah memberikan pengaruh pada pola kehidupan masyarakat menuju angka harapan hidup yang terus membaik setiap tahunnya.

Kesadaran masyarakat atas arti pentingnya kesehatan telah memberikan pengaruh positif terhadap menurunnya angka kesakitan di Kota Mataram. Angka kesakitan (morbiditas) adalah derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi yang mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan

yang diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kota Mataram adalah infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan masyarakat. Hal yang patut diwaspadai dari data kunjungan tahun 2016 adalah peningkatan yang cukup signifkan pada penyakit tekanan darah tinggi. Perubahan life style kearah negatif seperti kurang aktifitas fisik, lebih sering mengkonsumsi fast food, junk food dan stress factor adalah beberapa faktor yang memicu tingginya angka kejadian hipertensi.

Kasus yang seringkali muncul saat perubahan musim di Kota Mataram adalah Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sebagian diantaranya mewabah secara tiba-tiba dan menjangkiti ribuan orang dalam waktu singkat. Penyakit DBD sebagai salah satu penyakit menular, sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Mataram karena penyebarannya yang cepat, berpotensi kematian dan semua wilayah sudah pernah terjangkit DBD. Insidence rate DBD mengalami penurunan kasus, dimana kasus yang terjadi belum melampaui ambang batas yang ditetapkan secara nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Kebersihan lingkungan dan pola hidup yang kurang baik, kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD yang cenderung mengarah ke upaya kuratif serta kurangnya upaya promotif ataupun preventif masyarakat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tetap tingginya kejadian DBD.

Pada indikator prevalensi gizi buruk pada tahun 2016 terjadi penurunan, seluruh kasus sudah tertangani dengan baik. Langkah penurunan angka kejadian gizi buruk dilakukan dengan mengefektifkan pendataan, kontrol kejadian, dan intervensi dalam penanganannya. Pemantauan status gizi buruk dan gizi kurang dilakukan dengan kegiatan Survailans Gizi setiap bulannya oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram.

Upaya dalam membangun sinergitas program kesehatan dengan terus mengedepankan peran dan fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Puskesmas dan jaringannya melalui penyiapan SDM (Dokter, Bidan dan Perawat) sehingga dapat memenuhi rasio yang ditetapkan. Keberadaan 11 Puskesmas termasuk di dalamnya 4 Puskesmas Perawatan dan 6 Puskesmas yang telah terakreditasi, telah berkontribusi terhadap peningkatan jangkauan pelayanan Puskesmas di wilayah Kecamatan, dengan persentase cakupan diatas 80%.

Dalam membangun jejaring yang baik dalam mekanisme pelayanan BPJS Kesehatan, peran Puskesmas dan jaringannya harus mampu sebagai penopang pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, sehingga pemahaman masyarakat harus terbentuk. Setiap penduduk yang menginginkan pelayanan di tingkat RSUD, harus memperoleh rujukan terlebih dahulu dari Puskesmas. Mekanisme BPJS lebih banyak digunakan oleh masyarakat Kota Mataram untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi capaian sasaran meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat selama tahun 2016 adalah:

1. Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat telah menjadikan adanya perubahan orientasi masyarakat dalam menilai pelayanan kesehatan, masyarakat cenderung menuntut pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan demikian maka tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan harus diatasi secara bertahap yang perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga dan masyarakat.

2. Tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang berkaitan dengan orientasi masyarakat yang masih cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan pada upaya-upaya pengobatan (kuratif) secara langsung harus diimbangi dengan ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya promotif (pemberdayaan), dan upaya preventif (pencegahan), dilakukan melalui penguatan peran promosi kesehatan (Promkes) melalui organisasi PKK, Posyandu, Penyuluh KB di tingkat masyarakat. Disamping itu, tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri.

3. Adanya keterbatasan tenaga Bidan mempengaruhi layanan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Kelurahan. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan melalui optimalisasi pelayanan kebidanan dengan memberdayakan Bidan di Puskesmas sebagai Bidan Bina Wilayah.

V. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 5

Tabel 3.5

EVALUASI CAPAIAN SASARAN 5

Dalam dokumen PEMERINTAH KOTA MATARAM (Halaman 59-66)

Dokumen terkait