AKUNTABILITAS KINERJA
EVALUASI CAPAIAN SASARAN
“Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Perkotaan” No
INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU)
TAHUN
SATUAN TARGET REALISASI CAPAIAN KINERJA 1 Panjang Jalan dalam
Kondisi Baik 2015 km 347,188 321,124 92,50 2016 km 347,190 326,154 93,95 2 Persentase Permukiman Kumuh Perkotaan 2015 % 0,5% (303,57 ha) 0,17 20,00 2016 % 0,5% (303,57 ha) 0,25 50,00
Rata-rata Capaian IKU 71,98 Kinerja Capaian Sasaran 9 71,98
1. Kualitas Jalan
Peningkatan pelayanan jalan ditunjukkan dengan meningkatnya status jalan dalam kondisi baik yang merupakan kewenangan Pemerintah Kota Mataram dari 235,31 km pada tahun 2011 menjadi 306,154 km pada tahun 2015. Penambahan panjang jalan di Kota Mataram merupakan konsekuensi dari tuntutan perkembangan kawasan perkotaan. Beberapa ruas jalan baru yang merupakan sharing bersama antara Pemerintah Kota Mataram, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Pusat diantaranya Jalan Gajah Mada menuju Patung Sapi, Jalan Tembus Bung Hatta, dan Jalan Tohpati Cakranegara Utara. Upaya Pemerintah Kota Mataram untuk terus meningkatkan persentase kondisi jalan baik terus dilakukan. Selain penambahan panjang jalan baru dilakukan pula perbaikan dan peningkatan jalan melalui berbagai sumber pendanaan. Berkembangnya Kota Mataram yang diikuti dengan perkembangan kawasan permukiman menuntut dibangunnya jalan-jalan baru sebagai akses bagi masyarakat.
2. Kualitas Drainase
Indikator capaian drainase dalam kondisi baik sangat terkait dengan antisipasi yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram untuk mengatasi banjir atau genangan lebih dari 3 jam. Klimatologi Kota Mataram umumnya merupakan daerah yang beriklim tropis, musim hujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan April dengan curah hujan rata-rata sebesar 1.256,66 mm/tahun, dan jumlah hari hujan relatif yakni 110 hari/tahun, curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember sebesar 302 mm dan jumlah hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan Desember sebanyak 29 hari.
Selain itu, kondisi topografi Kota Mataram yang sebagian besar merupakan daerah datar-landai dan dilalui oleh empat sungai besar.Beberapa titik di Kota Mataram terutama di Kecamatan Sekarbela, Mataram, dan Cakranegara kerap terjadi genangan dan banjir. Genangan air ini, selain disebabkan oleh kondisi topografi yang cenderung datar, juga disebabkan oleh banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi secara optimal. Beralihnya fungsi dari saluran irigasi menjadi drainase/air buangan.
Kota Mataram memiliki 12 titik rawan genangan dengan air tergenang kurang dari 6 jam. Faktor penyebab terjadinya genangan selain alih fungsi lahan juga karena akses jalan kurang memadai, idealnya setiap per 10 meter jalan harus tersedia lubang drainase jalan. Untuk mencapai target 2014, Kota Mataram bebas genangan di 12 lokasi rawan genangan tersebut, mulai tahun 2013 telah dilakukan pembuatan dan perbaikan saluran drainase sepanjang 18,6 Km dari Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) sebesar 9,7 milyar rupiah, dan sepanjang 4,7 Km berasal dari APBD Kota Mataram sebesar 2,3 milyar rupiah. Pada tahun 2013, drainase dalam kondisi baik terealisasi sebesar 71,32 persen dari target 75,00 persen, dengan panjang drainase dalam kondisi baik sepanjang 173.946 meter, dan drainase dalam kondisi kurang baik atau tersumbat sepanjang 49.880 meter, penanganan genangan dan banjir dilakukan melalui normalisasi saluran drainase baik di jalan utama, juga drainase di permukiman dan perumahan penduduk. Titik-titik genangan pada tahun 2015 mulai berkurang.
Genangan yang terjadi pada saat musim hujan masih terjadi di Kota Mataram ini disebabkan kondisi topografi Kota Mataram yang cenderung datar atau landai sebagai salah satu penyebab terjadinya genangan. Selain itu masalah sampah yang dibuang ke saluran juga menghambat fungsi drainase untuk mengalirkan air hujan. Hal tersebut tidak terlepas dari kurang pedulinya masyarakat untuk tidak membuang sampah ke saluran. Upaya untuk mengurangi genangan adalah dengan membatasi alih fungsi lahan, mengoptimalkan peran Pasukan Biru dalam menormalisasi dan pengangkatan sedimen saluran, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
3. Penanganan Kawasan Sungai dan Pantai
Rasio sempadan sungai dan pantai yang dipakai bangunan liar dan pantai Kota Mataram memiliki panjang pantai 9,1 kilometer. Abrasi pantai terjadi karena tergerusnya pantai oleh gelombang atau ombak tinggi pada waktu tertentu yang terus menerus. Hal ini dikarenakan pantai tidak memiliki penahan gelombang, sehingga mempercepat proses terjadinya abrasi pantai. Kawasan yang rawan abrasi pantai di Kota Mataram adalah wilayah pesisir Ampenan. Salah satu dampak abrasi pantai adalah terjadinya intrusi air laut yang dapat mempengaruhi kondisi air tanah di wilayah Kota Mataram. Upaya menjaga pantai dari abrasi maupun bangunan liar terus dilakukan.
turap/talud/ bronjong yang dibangun sepanjang 574 meter dan meningkat setiap tahunnya menjadi 1.646 meter. Pembangunan turap/talud/bronjong dilakukan melalui kegiatan pembangunan turap/talud/bronjong pada daerah rawan banjir dan longsor. Saat ini selain masih dalam kegiatan survey juga dalam penyiapan dokumen perencanaan teknis. Masalah genangan air, banjir merupakan bencana yang rentan terjadi di Kota Mataram. Banjir yang terjadi merupakan luapan air sungai yang sudah tidak dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir. Hal tersebut disebabkan beberapa hal diantaranya berkurangnya daerah resapan, debit sungai dari wilayah hulu yang melebihi kapasitas sungai dan terjadinya penyempitan lebar sungai yang disebabkan pemanfaatan sempadan sungai sebagai tempat berdirinya bangunan. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Kota Mataram mengupayakan peningkatan peran Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai Tenggara I dalam menangani wilayah sungai yang ada di Kota Mataram.
4. Pelayanan Persampahan
Untuk cakupan layanan persampahan rata-rata sebesar 65%. Penambahan dan peremajaan armada pengangkutan sampah dalam meningkatkan cakupan layanan sampah terus dilakukan untuk mengimbangi penambahan volume sampah setiap tahun. Terkait pengembangan layanan persampahan, Pemerintah Kota Mataram secara terus menerus mengembangkan inovasi pengelolaan sampah, dengan program LISAN (lingkungan dengan sampah menuju NIHIL) dan pembentukan BANK SAMPAH. Pada tahun 2015 ada peningkatan jumlah sampah yang diangkut ke TPA disebabkan adanya penambahan 10 unit dump truck pick up dengan 2x ritasi dan sweping 4 unit dump truck 25 hari setiap bulannya, rasio tempat pembuangan sampah sementara (TPS) mencapai angka 0,17%. Daya tampung TPS mencapai 1.038,3m³ pada tahun 2015, sedangkan daya tampung untuk tahun 2016 sebesar 956,04m³, penurunan ini disebabkan karena adanya penghapusan beberapa TPS karena adanya pelebaran jalan dan juga karena keinginan masyarakat sendiri karena konflik antar lingkungan.
5. Rumah Layak Huni
Kebutuhan rumah di Kota Mataram sangat tinggi. Di satu sisi harga lahan di Kota Mataram tergolong tinggi, sehingga pertumbuhan kawasan permukiman padat kumuh dan miskin bertambah luasannya. Salah satu permasalahan kekumuhan adalah keberadaan rumah tidak layak huni dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai. Pemerintah Kota Mataram telah melakukan pendataan terhadap jumlah rumah tidak layak huni. Untuk menangani program tersebut dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perumahan Rakyat, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, SKPD Kota Mataram, BAZNAS dan PNPM Mandiri Perkotaan. Diharapkan dengan keterlibatan banyak pihak dapat segera menyelesaikan permasalahan rumah tidak layak huni. Selain itu Pemerintah Kota Mataram mengupayakan pembangunan
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam mengatasi dan mengurangi kawasan permukiman padat kumuh.
Pemerintah Kota Mataram telah melakukan pendataan terhadap jumlah rumah tidak layak huni. Untuk menangani program tersebut dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perumahan Rakyat, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, SKPD Kota Mataram, dan BAZNAS. Diharapkan dengan keterlibatsan banyak pihak dapat segera menyelesaikan permasalahan rumah tidak layak huni. Selain itu Pemerintah Kota Mataram mengupayakan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam mengatasi dan mengurangi kawasan permukiman padat kumuh. Sedangkan penanganan kawasan permukiman kumuh dilakukan melalui penyediaan air bersih dan sanitasi. Pada tahun 2016 cakupan rumah tangga bersanitasi mencapai 85,90 persen dan pada tahun 2015 mencapai 78,94 persen. Belum meningkatnya cakupan rumah tangga bersanitasi erat kaitannya dengan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi. Pada beberapa tempat masih terdapat masyarakat yang belum bebas buang air besar sembarangan (BABS). Selain itu masalah sampah juga sebagai salah satu masih rendahnya cakupan sanitasi.
X. EVALUASI CAPAIAN SASARAN 10
Tabel 3.10