• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Hasil Penyelenggaraan Program Psikoedukasi

BAB 9. Evaluasi Program Psikoedukasi

A. Evaluasi Hasil Penyelenggaraan Program Psikoedukasi

Meminjam rumusan yang dikemukakan Goldstein (dalam Landy, 1989) untuk kegiatan pelatihan di lingkungan industri, yang dimaksud evaluasi adalah usaha mengumpulkan informasi secara sistematis baik yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat penilaian, yang diperlukan sebagai dasar untuk memilih, menerapkan, menentukan nilai atau man-faat, serta melakukan perubahan-penyempurnaan suatu aktivitas terten-tu. Dengan membatasi pembahasan pada taraf program psikoedukasi, maka evaluasi hasil penyelenggaraan program psikoedukasi adalah usaha pengum pulan informasi seperti dimaksud di atas dalam konteks penye-lenggaraan program psikoedukasi di lingkungan tertentu, baik lingkungan sekolah, indus tri, maupun komunitas.

Secara garis besar, ada tiga tujuan utama penyelenggaraan evaluasi terhadap program psikoedukasi. Pertama, mendapatkan informasi dan

evidensi apakah trainees atau peserta benar-benar sudah mencapai aneka

tujuan program psikoedukasi yang dicanangkan. Kedua, memberikan

feedback untuk menyempurnakan program psikoedukasiyang bersangkut-an, khususnya penyempurnaan dalam pelaksanaan modul-modul pada

kelompok trainees untuk mana program psikoedukasi tersebut pada

awal-nya dikembangkan, atau untuk penyempurnaan penyelenggaraan

pro-gram psikoedukasi yang sama bagi kelompok trainees berikutnya di masa

mendatang. Ketiga, menyajikan bukti-bukti bahwa dana yang

dianggar-kan untuk program psikoedukasi tersebut sungguh-sungguh mencapai

atau memenuhi manfaatnya.

Menyangkut pelaksanaannya Beer dan Bloomer (1986) menyata-kan, evaluasi yang baik haruslah memenuhi tiga syarat. Pertama, evaluasi

4 ter sebut harus berupa proses berkelanjutan terdiri atas serangkaian lang-kah yang berurutan, mudah dijalankan, tidak harus mahal, serta yang direncanakan dengan matang sebelumnya. Kedua, proses itu seharusnya cukup memanfaatkan tenaga dan sumber daya lain yang tersedia, tidak perlu harus mencari tenaga atau sumber daya lain dari luar. Ketiga, proses itu harus menghasilkan informasi yang sahih dan terpercaya, serta yang tersedia tepat waktu bagi para pengambil keputusan dan pemangku ke-pentingan lainnya.

Menurut Landy (1989), persoalan pokok dalam melakukan evaluasi suatu kegiatan seperti program psikoedukasi adalah menentukan apa yang harus dievaluasi. Mengutip Kirkpatrick (1959, dalam Landy 1989) yang mengembangkan sistem evaluasi pelatihan di lingkungan industri, Landy bahkan menunjukkan bahwa dalam rangka mengevaluasi hasil kegiatan seperti program psikoedukasi ada empat jenis hasil yang harus menjadi sasaran perhatian, yaitu:

1. Reaksi Peserta. Bagaimana kesan peserta terhadap kegiatan yang

selesai mereka ikuti? Apakah kegiatan itu mereka pandang berman-faat? Apakah mereka mendapatkan banyak pelajaran baru? Apakah ke giatan itu menyenangkan? Informasi semacam ini lazimnya dija-ring langsung dari peserta dengan menyebarkan kuesioner pada akhir kegiatan.

2. Hasil Belajar Peserta. Dari antara berbagai ketrampilan hidup yang dijadikan tujuan kegiatan, berapa banyak yang berhasil diserap atau dikuasai oleh peserta? Informasi semacam ini lazimnya dijaring de-ngan tes tertentu. Sebagai tes yang bertujuan menguji penguasaan atas ketrampilan hidup tertentu, idealnya tes ini harus mampu meng-ungkap berbagai dimensi ketrampil an hidup yang dimaksud secara tuntas meliputi baik dimensi kognisi atau pemahaman, afeksi atau sikap-penghayatan, maupun dimensi perilaku perwujutan pengua-saan ketrampilan hidup yang bersangkutan. Namun kadangkala peng ujian sampai ke dimensi kognisi atau pemahaman, atau paling jauh sampai dimensi afeksi atau sikap penghayatan atas ketrampilan hi dup yang dimaksud, dipandang cukup memadai.

3. Perubahan Perilaku Peserta. Sesudah kembali ke situasi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari mereka, seberapa jauh peserta mengalami perubahan tingkah laku yang positif sejalan dengan jenis ketrampil-an hidup baru yketrampil-ang diajarkketrampil-an dalam program psikoedukasi? Dengketrampil-an kata lain, sejauh mana hasil belajar yang diperoleh dalam program psikoedukasi ditransfer atau diterapkan pada pelaksanaan tugas baik dalam pekerjaan maupun dalam ke hidupan sehari-hari? Informasi

ini bisa dikumpulkan dengan menggunakan check-list alias daftar cek

atau rating scales alias skala penilaian terhadap jenis-jenis tingkah laku

tertentu, yang bisa dilakukan oleh yang bersangkutan sendiri atau oleh orang lain seperti atasan di tempat kerja atau pasangan hidup di rumah.

4. Dampak dalam Organisasi. Bagaimana dampak program psikoedu-kasi tersebut terhadap kinerja organisasi. Tergantung dari lingkungan tempat program psikoedukasi itu diselenggarakan, istilah organisasi di sini bisa berarti sekolah atau kelas, departemen atau unit tertentu dalam sebuah organisasi bisnis, atau komunitas tertentu. Sebagai contoh, pemberian pelatihan cara membuat jadwal harian bagi siswa kelas II SMP apakah sungguh-sungguh menghasilkan dampak berupa berkurangnya jumlah murid yang terlambat masuk kelas, meningkat-nya ketepatan waktu dalam mengumpulkan Pekerjaan Rumah, dan akhirnya meningkatnya rerata nilai rapor seluruh mata pelajaran bagi kelompok siswa tersebut? Contoh lain, pemberian pelatihan kerja

sama dalam tim bagi pegawai bagian packing di sebuah pabrik sepatu

apakah sungguh-sungguh menghasilkan dampak berupa menurun-nya jumlah pegawai yang mangkir, menurunmenurun-nya jumlah kesalahan

dalam packing, dan meningkatnya jumlah produksi di bagian

terse-but? Contoh lain lagi, pemberian pelatih an bertema cita-citaku bagi kelompok remaja Karang Taruna di suatu desa apakah sungguh-sung-guh menghasilkan dampak berupa misalnya, menurunnya kegiatan begadang atau nongkrong semalam suntuk, menurunnya kebiasaan menenggak miras dan merokok, dan meningkatnya kegiatan belajar atau bekerja di kalangan kelompok remaja desa tersebut? Informasi

4 semacam ini bisa dikumpulkan secara formal-sistematis lewat daf-tar cek atau skala penilaian, atau secara informal lewat peng amatan atasan atau pimpinan yang berwewenang.

Dalam dunia evaluasi program psikoedukasi (Landy, 1989), dua hal pertama terkait hasil yaitu reaksi dan hasil belajar peserta lazim disebut

kriteria internal dengan ciri-ciri utama: (1) berfokus pada apa yang terjadi selama program psikoedukasi berlangsung; dan (2) diukur atau

informa-sinya dikumpulkan sebelum peserta meninggalkan program

psikoeduka-si. Sebaliknya, dua hal terakhir yaitu perubahan tingkah laku peserta dan

dampak dalam organisasi tempat peserta hidup atau berkarya disebut

kri-teria eksternal dengan ciri-ciri utama: (1) berfokus pada aneka perubahan yang terjadi di lingkungan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari peserta; dan (2) diukur atau informasinya dikumpulkan sesudah peserta kembali ke lingkungan pekerjaan atau lingkungan kehidupan sehari-hari mereka.

Erford (2007) mengingatkan beberapa hal terkait evaluasi hasil yang relevan dengan penyelenggaraan program psikoedukasi. Pertama, dia mengingatkan bahwa evaluasi hasil merupakan aktivitas yang berlangsung terus-menerus serta merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya penyem-purnaan program secara berkelanjutan. Kedua, evaluasi yang dimaksud bisa

bersifat formatif atau sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan selama

imple-mentasi program masih berlangsung untuk mendapatkan feedback tentang

berbagai aspek penyelenggaraan program yang bersangkutan. Dengan cara ini kelemahan atau kekurangan yang teridentifikasi bisa segera diperbaiki tanpa menunggu sampai program berakhir. Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir program. Hasilnya dipakai untuk menyempurnakan

penyeleng-garaan program pada putaran berikut atau bagi kelompok trainees

angkat-an baru. Ketiga, data atau evidensi tentangkat-ang hasil penyelenggaraangkat-an program bisa dikumpulkan dari sumber mana pun yang terkait, seperti para peserta sendiri, para guru dan orang tua siswa untuk lingkungan sekolah, direksi dan para manajer untuk lingkungan organisasi/industri, dan sebagainya, sedangkan metode atau teknik yang dipakai untuk mengumpulkan eviden-si haeviden-sil pun bisa beraneka ragam, seperti wawancara, observaeviden-si, kueeviden-sioner tertulis, skala penilaian, tes, portofolio, dan sebagainya.