• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

C. Hasil Penelitian

3) Evaluasi Kegiatan

Pemuda ikut melakukan kegiatan evaluasi kegiatan KRA. kegiatan evaluasi ini biasanya dilakukan saat perkumpulan rutin penggurus RW 05. Kegiatan evaluasi mempunyai tujuan untuk saling memberikan masukan dari pelaksanaan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara “AN”

mengatakan bahwa :

“Kita juga iku ngevaluasi lho mbak bareng sama penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi kesalahan yang

sama saat melaksanakan suatu kegiatan”.

Ungkapan senada dilontarkan oleh “BM” bahwa :

“...kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi entah itu kegiatannya ataupun kita sebagai penggerak kegiatannya itu mbak. Jadi kita bisa saling memberi masukan satu sama lain”.

Selain itu “WL” memperkuat dengan ungkapan bahwa :

129

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pemuda juga terlibat dalam kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan saling memberikan masukan-masukan untuk perbaikan kegiatan maupun antar sesama pemuda yang menjadi penggerak dari kegiatan

kampung ramah anak “Kambojo”. 4) Pengembangan Kegiatan

Pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo”

dilakukan di tahun kedua setelah berdirinya program kampung

ramah anak “Kambojo” di RW 05. Kegiatan pengembangan program ini dengan melakukan pengajuan dana untuk

pengembangan KRA “Kambojo” ke KPMP (Kementerian

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota Yogyakarta. Keterlibatan pemuda dalam pengembangan program KRA

“Kambojo” yaitu seperti pembuatan proposal pengajuan dana pengembangan, perencanaan hingga evaluasi program pengembangan kegiatan-kegiatan KRA “Kambojo”, perbaikan dan pelengkapan fasilitas yang dimilki KRA “Kambojo”, hingga

pembuatan laporan pertanggungjawaban kepada KPMP (Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota

Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Bapak “AT” bahwa :

“Di tahun kedua kami mengajukan dana pengembangan untuk KRA “Kambojo” ke KPMP lagi mbak. Mulai dari pembuatan

proposal, pelaksanaan kegiatan pengembangan sampai pembuatan lpj pemuda terlibat. Kami yang lebih tua hanya

130

Hal lain seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” selaku

tokoh masyarakat bahwa :

“Kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” itu semakin kreatif

dan kegiatan nya mulai ada yang diadakan keluar kampung.

Jadi semakin mengharumkan nama kampung”

Selain itu, “BM” selaku pemuda mengungkapkan bahwa : “Kegiatan pengembangan dari program KRA memang tidak

sebanyak kegiatan di tahun tahun awal mbak, karena mengingat dana yang kami dapatkan tidak banyak dari saat pertama kami mendapatkan. Namun di kegiatan pengembangan ini kami berani bekerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas pariwisata untuk mengadakan kegiatan di luar RW 05. Selain itu, kami banyak berpartisipasi dalam acara-acara yang diadakan baik kelurahan, kecamatan maupun kota. Yang terakhir kemarin kami menjadi trainer outbound

untuk pembentukan KRA di Bumijo”.

Berdasarkan pernyataan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan pemuda dalam kegiatan pengembangan di mulai dari pembuatan proposal dana untuk

pengembangan KRA “Kambojo”, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan pengembangan KRA “Kambojo” dan pembuatan

laporan pertanggungjawaban dana maupun kegiatan ke pihak pihak

yang bekerja sama dengan KRA “Kambojo”. Bentuk kegiatan yang

bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintahan yaitu seperti penyuluhan NAPZA bekerjasama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional), wajib kunjung museum sebagai peringatan ulang tahun

ketiga KRA “Kambojo” yang bekerjasama dengan dinas

131

Yogyakarta. Selain itu, KRA “Kambojo” ikut berpartisipasi dalam

mengisi acara sekaten yang diadakan di alun-alun Kota Yogyakarta, mengikuti lomba cerdas cermat tingkat kecamatan dan mendapatkan juara pertama.

Kegiatan pengembangan yang baru saja dilaksanakan yaitu

penggurus KRA “Kambojo” menjadi trainer outbound dalam

pembentukan KRA di bumijo. Sebelumnya pemuda telah mempersiapkan diri untuk menjadi trainer outbound, karena pemuda telah mendapatkan banyak arahan dan motivasi dari para penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05.

Dengan demikian, pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak dapat digambarkan secara ringkas melalui bagan di bawah ini :

Bagan 4. Pemberdayaan pemuda melalui program KRA “Kambojo”

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Pengembangan

Analisis Kebutuhan dan Penyusun Rencana Kegiatan Motor Penggerak (Memandu

jalannya kegiatan) Memberikan masukan untuk

perbaikan kegiatan KRA Melakukan kerjasama dengan

lembaga dan instansi untuk melakukan kegiatan

132

c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keterlibatan Pemuda Dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

Keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak

“Kambojo” merupakan salah satu upaya pemberdayaan untuk pemuda

di RW 05. Para pemuda di RW 05 memiliki beragam potensi. Potensi-potensi positif yang dimilki oleh masing-masing pemuda menjadi ciri khas dari pemuda di RW 05. Dalam upaya pemberdayaan pemuda

melalui program kampung ramah anak “Kambojo” terdapat faktor

pendukung dan penghambat keterlibatan pemuda dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan. Kesadaran diri para pemuda menjadi faktor pendukung dalam keterlibatan pemuda di

program kampung ramah anak “Kambojo”. Seperti yang diungkapkan “YG” selaku bendahara komisi forum anak bahwa :

“Saya menerima ajakan dari penggurus RW untuk ikut terlibat

dalam penyelenggaraan program KRA bukan karena paksaan dari orang lain mbak tetapi itu kesadaran dari dalam diri saya. Saya

ingin mencari pengalaman berorganisasi di masyarakat”

Hal lain diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris gugus tugas kampung ramah anak “Kambojo” bahwa :

“ Apa ya semacam panggilan hati sih mbak. Jadi bukan karena paksaan dari siapapun saya mau terlibat tetapi ya dari kesadaran saya sendiri. Karna apa yaaa..saya ingin belajar dari pengalaman yang nanti pasti akan saya dapatkan di KRA. Jadi ya saya semangat semangat aja ditawari oleh penggurus untuk terlibat dalam program

133

Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program

kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu seperti yang diungkapkan

oleh “YG” selaku ketua forum anak bahwa :

“Penggurus RW 05 itu banyak yang mendukung mbak kalau pemuda nya itu terlibat karena mereka ingin melihat pemuda RW 05 semua aktif. Trus dukungannya itu keliatan sikap masyarakat yang ikut membantu memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan

KRA”.

“YN” selaku tokoh masyarakat juga mengungkapkan hal serupa

bahwa :

“Menurut saya yang menjadi pendukung pemuda terlibat itu salah

satunya dukungan yang kuat dari penggurus RW dan tokoh masyarakatnya sendiri mbak. Kami selalu memberikan banyak kepercayaan kepada para pemuda. Dan kami yakin bahwa pemuda

RW 05 mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, faktor pendukung keterlibatan

pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesadaran diri dari para pemuda RW 05. Kesadaran diri para pemuda RW 05 terlihat dari alasan dan semangat pemuda untuk ikut terlibat

dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda memiliki

semangat yang tinggi karena yakin bahwa keterlibatannya nanti akan membawa banyak manfaat bagi dirinya. Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung

keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”.

Hal itu terlihat dari dukungan dalam bentuk fisik maupun non fisik dari masyarakat baik pendatang maupun warga kampung asli. Masyarakat

134

sering memberikan nasehat akan pentingnya berorganisasi dan memberikan motivasi kepada pemuda dengan meyakinkan bahwa pemuda di RW 05 memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Bahkan ada salah satu tokoh masyarakat yang mempunyai mimpi bahwa kelak akan ada pemuda RW 05 yang menjadi pejabat negara.

Di samping faktor pendukung, kesibukan pemuda di luar lingkungan RW 05 menjadi faktor penghambat keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Sehingga waktu

luang yang dimiliki pemuda berbeda-beda. Perbedaan waktu luang tersebut mengakibatkan adanya kesulitan dalam menentukan kegiatan kumpul untuk melakukan koordinasi kegiatan. Selain itu belum berjalannya tugas dan peran masing-masing penggurus KRA

“Kambojo”. Oleh karena itu, terlihat hanya beberapa penggurus yang

terlibat dalam perencanaan kegiatan kampung ramah anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AT” selaku tokoh masyarakat bahwa :

“Faktor penghambatnya ya waktu luang yang dimiliki para penggurus KRA itu beda beda mbak. Lalu masih ada yang belum menjalankan tugas dan peran nya sesuai dengan struktur kepenggurusan. Jadi dalam perencanaan kegiatan itu terkesan nya orang –orang itu saja”.

Senada dengan yang diungkapkan oleh “DM” bahwa :

“ Gimana ya mbak kadang saya itu belum bisa membagi waktu

antara kegiatan di kampus dan di KRA. Pun juga teman teman

mbak. Jadi kadang kami kesusahan menyamakan waktu luang” Diperkuat dengan ungkapan “WL” bahwa :

135

“ Kegiatan selain KRA juga banyak e mbak, trus juga saya ikut les dan ada tambahan di sekolah jadi kadang saya sering ijin tidak ikut

kumpul KRA”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka faktor penghambat program yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA

“Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas dan peran penggurus KRA “Kambojo”.

d. Dampak Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan yang belum berdaya menjadi berdaya dan yang sudah berdaya menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan pemuda

melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memilki dampak

positif bagi pemuda pemudi di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Kegiatan pemberdayaan erat kaitannya dengan pendidikan kecakapan hidup. Oleh karena itu, dampak yang dirasakan oleh pemuda pemudi RW 05 antara lain mencakup kecakapan personal, akademik, vokasional dan sosial.

Berikut penjelasan dari masing-masing dampak yang mencakup empat kecakapan :

1) Kecakapan Personal

Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak

136

RW 05 dalam kecakapan personal. Dalam hal memahami potensi

dan minat, hal itu dibuktikan dengan ungkapan Bapak “MY”

bahwa :

“Kalau dilihat itu banyak pemuda yang tau apa potensi yang

dimiliki dan lebih tertarik di bidang apa gitu mbak. Soalnya saya sering memperhatikan saat pembagian tugas di kegiatan

KRA”

Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Bapak “AT” bahwa : “Sekarang mereka tau mbak apa yang mereka pengen dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan pengen e itu”. “YG” pemuda sebagai penggurus KRA mengutarakan bahwa :

“Semakin banyak pengalaman yang saya dapat di KRA itu

membuat saya semakin mengenali potensi yang saya miliki mbak. Trus juga saya sekarang lebih tertarik pada hal hal yang

berbau sosial dan agama”

Selain itu, pemuda pemudi RW 05 yang menjadi penggurus

KRA “Kambojo” mempunyai sikap yang lebih berani dan mandiri.

Sikap lebih berani disini dalam hal yang positif seperti lebih berani dalam mengutarakan pendapat-pendapatnya. Seperti yang

diungkapkan Bapak “YN” bahwa :

“Pemuda pemudi disini itu ya mbak sekarang tidak malu malu lagi buat ngomong pendapat mereka. Kalau pas ikut pertemuan RW itu mereka ikut memberi masukan pula untuk kegiatan – kegiatan RW”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh “YG” bahwa :

“Saya itu dulu orangnya pemalu mbak, sekarang saya tambah lebih berani ngomong dengan orang lain dan mengutarakan pendapat saya. Malah saya kadang bercandaan sama yang lebih tua biar lebih akrab. Trus saya itu kuliah sembari bekerja

137

Pemuda dan pemudi lebih tanggap dan tenang menghadapi

masalah yang ada di sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh “YG”

bahwa :

“Saya suka ikut nimbrung mbak kalau misal ada suatu masalah

di KRA. Saya juga ngasih solusi solusi mbak gak cuma diem

kok”.

Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Bapak “SR” bahwa: “Kalau ada masalah di KRA itu ya mbak misalnya, mereka

gak pernah terlihat kemrungsung. Mereka selalu tenang

menghadapinya”.

Berdasarkan hasil wawancara, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan personal yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan personal yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 antara lain dalam hal pemahaman potensi yang dimiliki dan minat atau ketertarikan diri, memiliki keberanian dan kemandirian serta peningkatan pemecahan masalah yang rasional.

2) Kecakapan Akademik

Kecakapan akademik merupakan kecakapan yang berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan. Dalam hal ini, pemberdayaan

pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”

memiliki dampak dalam kecakapan akademik seperti menambah pengetahuan pemuda khususnya mengenai kampung ramah anak.

seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa :

“Dulu saya bener bener gak paham mbak apa itu KRA,

sekarang saya jadi lebih paham dan kalau ditanya i temen temen di kuliah saya bisa menjelaskan dan berbagi pengalaman yang saya dapat di KRA”.

138

Ungkapan senada dilontarkan oleh Bapak “SR” bahwa :

“Yang tahu dulu mengenai KRA itu yang sepuh mbak tapi

sekarang yang lebih paham mengenai KRA itu ya si pemuda

pemudi”.

Selain menambah pengetahuan pemuda dan pemudi khususnya mengenai program kampung ramah anak. Dampak positif dalam kecakapan akademik yaitu bertambahnya wawasan pemuda mengenai cara berorganisasi di masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris bahwa:

“Sekarang saya jadi paham mbak cara berorganisasi di masyarakat yang baik itu seperti ini seperti itu. Karena senengnya saya berorganisasi di kampung saya lebih

memprioritaskan organisasi di kampung”.

Senada dengan yang diungkapkan oleh “BM” bahwa :

“Dulu itu saya anti ikut organisasi mbak. Saya males sibuk sibuk. Tetapi sekarang saya tau bahwa berorganisasi itu memberikan banyak manfaat bagi diri saya. Dan saya paham bagaimana berorganisasi di masyarakat itu harus menjunjung

tinggi budaya di lingkungan itu”.

Hal lain diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa :

“Kalau dilihat ya mbak ya, pemuda pemudi itu jadi bertambah

wawasan nya mengenai organisasi di masyarakat. Mereka semakin paham cara cara berorganisasi yang baik di

masyarakat seperti apa”.

Selain itu, pemberdayaan pemuda juga berdampak pada segi pendidikan. Pemuda pemudi memiliki sikap kompetisi yang tinggi

dalam berprestasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY”

bahwa :

“Itu lho mbak, pemuda pemudi itu rasa kompetisi untuk

139

sekolah favorite, banyak yang melanjutkan untuk kuliah, dan banyak yang berprestasi di sekolah maupun di kuliah. Ada pemudi di RT 15 yang mengikuti lomba sampe ke luar negeri

juga”.

“YG” sebagai pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo”

mengungkapkan bahwa :

“Selain dukungan dari orang tua saya untuk melanjutkan kuliah, itu mbak saya juga emang niat dari dalam diri dan saya yakin kalau teman-teman saya bisa untuk kuliah ya saya pasti

bisa. Jadi itu yang jadi semangat saya untuk berkuliah”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan akademik yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan akademik itu antara lain bertambahnya pengetahuan yang dimiliki pemuda khususnya tentang kampung ramah anak, bertambahnya wawasan mengenai cara berogranisasi di masyarakat dan tingginya motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan serta sikap kompetisi dalam mencapai prestasi-prestasi. 3) Kecakapan Vokasional

Kegiatan pemberdayaan tidak dapat lepas dari kegiatan yang bersifat vokasional atau kemampuan yang dimiliki berkaitan dengan ketrampilan. Dampak positif dari pemberdayaan pemuda salah satunya yaitu dalam kecakapan vokasional. Dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak

“Kambojo” secara tidak langsung memberikan kepada para

pemuda dan pemudi banyak ketrampilan. Ketrampilan yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi RW 05 sangat beragam

140

diantaranya yaitu kecakapan pemuda berbicara di depan umum. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa :

“Pemuda itu sekarang jadi lebih berani berbicara di depan umum mbak, kalau kami disuruh presentasi tentang KRA itu biasanya para pemuda yang mempresentasikan. Dan kalau saya memposisikan sebagai orang awam, presentasi dari pemuda RW 05 dapat menarik perhatian”.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Sekarang pemuda sudah mulai berani menjadi pembawa acara

di kegiatan kegiatan di RW 05 mbak baik itu kegiatannya KRA

atau kegiatan yang lain”.

Selaku penggurus KRA “AN” mengungkapkan bahwa :

“Wah dulu itu saya bener bener gak mau mbak ngomong di depan masyarakat gitu, saya malu...tapi karena keadaan yang mendukung ya trus sekarang saya berani ngomong di depan

umum. Sekarang saya tambah lebih percaya diri”.

Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan untuk membuat konsep kegiatan-kegiatan KRA menjadi menarik. Hal itu sperti yang diungkapkan oleh Bapak

“SR” bahwa :

“Pemuda pemudi disini itu trampil trampil mbak, dilihat aja kegiatan-kegiatan KRA...kegiatannya itu sederhana tapi bisa beda dari yang lain. Jadi masyarakat itu banyak yang tertarik”. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa : “...iya mbak, pemuda disini itu kreatif kreatif kalau disuruh ngonsep kegiatan. Konsep dari para pemuda itu sederhana tapi bisa menarik semua perhatian masyarakat. karna mereka itu pintar mengemas acara berbeda dengan yang lain dan masyarakat pun jadi penasaran semua mbak. Dan mereka

141

“IN” selaku pemudi RW 05 yang menjadi koordinator komisi

kesehatan dan lingkungan mengungkapkan bahwa :

“Kita itu kalau ngonsep gak muluk muluk mbak, kita membuat

acara biasanya cukup sederhana sederhana namun sederhana nya itu dibuat beda dengan yang lain. Kita menyesuaikan karakteristik masyarakat RW 05 yaitu masyarakat menyukai kegiatan yang berbeda dengan kampung-kampung lain. Jadi

terkesannya kegiatan kami unik”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, kecakapan vokasional yang dimiliki oleh pemuda pemudi di RW 05 antara lain yaitu kemampuan berbicara di depan umum. Kemampuan itu dapat dilihat saat mereka menyampaikan presentasi mengenai profil KRA dan saat pemuda dan pemudi RW 05 berani menjadi pembawa acara di kegiatan-kegiatan KRA maupun kegiatan RW. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan dalam mengkonsep acara di kegiatan-kegiatan KRA. Konsep dari kegiatan-kegiatan KRA sederhana namun berbeda dengan yang lain jadi itu menjadi daya tarik bagi masyarakat RW 05.

4) Kecakapan Sosial

Kecakapan sosial merupakan salah satu kecakapan dalam pendidikan kecakapan hidup yang mencakup kecakapan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dan tanggung jawab sosial. Dampak pemberdayaan pemuda terkait dengan kecakapan sosial yaitu pemuda dan pemudi RW 05 menjadi aktif dalam berorganisasi di masyarakat. Jadi pemuda tidak hanya aktif dalam pelaksanaan program kampung ramah anak saja tetapi pemuda aktif

142

di kegiatan-kegiatan RW. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh

“PR” bahwa :

“Kalau ada kegiatan RW itu kita juga ikut mbantu mbak. Trus

ya kalau misal ada yang punya hajat atau ada yang kesripahan ya kita datang untuk membantu warga yang bersangkutan”. Ditambahkan dengan ungkapan dari Bapak “AT” bahwa : “Iya mbak memang pemuda tidak hanya aktif untuk kegiatan

KRA saja namun mereka juga aktif di kegiatan RW yang lain kayak ikut kerja bakti, ronda, mbantuin kalau ada orang

hajatan juga mbak”

Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai interaksi yang baik dengan masyarakat. Hal itu terlihat dari cara berkomunikasi pemuda yang santun. Seperti yang diungkapkan

oleh “AN” bahwa :

“Semenjak saya terlibat di KRA, saya itu belajar ngomong pake basa krama mbak. Soalnya disini itu budaya jawa trus unggah ungguh nya masih kentel”.

Senada dengan yang diungkapkan oleh “YG” bahwa :

“Kalau berbicara dengan yang lebih sepuh saya selalu berusaha

pake basa krama mbak, apa ya namanya juga nganjeni yang lebih tua kan mbak...jadi saya kebiasaan pake basa jawa alus. Dan kadang orang-orang itu ngomong kalau ngomong saya itu santun. Mungkin karena pelan-pelan, pelannya itu sebenernya karena takut kalau salah mbak”.

Hal lain yang diungkapkan oleh Bapak “MY bahwa :

“ Bedanya pemuda sebelum dan sesudah KRA itu ya mbak,

pemuda sekarang lebih tau unggah ungguh mbak. Sekarang banyak yang kalau ngobrol dengan kami pake basa jawa. Kalau berjalan di depan yang lebih sepuh juga nunduk. Saya

143

Selain itu, dampak dari kecakapan sosial yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 yaitu penambahan relasi. Bertambahnya relasi pemuda dan pemudi di RW 05 terlihat dari banyaknya teman dan relasi kerja yang dimiliki. Seperti yang

diungkapkan oleh “BM” bahwa :

“Dari KRA itu saya bisa kenal semua pemuda dan anak – anak di RW 05 mbak. Trus saya juga sering diajak kegiatan forum anak se-Kota Yogyakarta. Nah dari kegiatan diluar itu saya juga punya kenalan-kenalan”

Sama dengan hal yang diungkapkan oleh “YG” bahwa :

“Nambah relasi itu pasti mbak, soalnya dari kegiatan KRA

saya jadi kenal dari anak – anak hingga orangtua di tiap RT.