• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

Perubahan sebagai suatu upaya perbaikan pada bidang sosial, politik, dan

agama. Perubahan itulah yang disebut dengan reformasi. Reformasi bukan hanya

dilakukan untuk bidang sosial, politik, dan agama, melainkan dapat dilakukan

untuk bidang pendidikan. Perbaikan pada bidang pendidikan sudah dilakukan oleh

pemerintah demi terciptanya generasi penerus yang berkualitas.

Terdapat beberapa faktor dianggap masih mempengaruhi pelaksanaan

reformasi. Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi implementasi

pelaksanaan perubahan adalah faktor demografi. Kamus besar bahasa Indonesia

(KBBI) (Depdiknas, 2008: 309) menjelaskan demografi merupakan ilmu yang

memberikan gambaran statistik tentang suatu bangsa dari sudut sosial.

Chairunniza (2012: 10) menjelaskan beberapa faktor demografi yang

mempengaruhi pembelajaran tematik antara lain usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja dan pelatihan yang

diikuti. Wexley (dalam Chairunniza, 2012: 11) menjelaskan bahwa seseorang

yang berusia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja yang relatif rendah

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki usia yang lebih tua. Seseorang yang

berusia antara 20-30 tahun dianggap memiliki motivasi yang lebih besar

Faktor demografi yang kedua ialah jenis kelamin. Jenis kelamin dibagi dalam

menjadi perempuan dan laki-laki. Ilyas dan Syain (dalam Chairunniza, 2012: 11)

menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara wanita maupun

laki-laki. Jenis kelamin diartikan sebagai kelompok yang terbentuk dalam suatu

spesies yang dijadikan sebagai sarana dalam suatu spesies yang dijadikan sebagai

sarana dalam proses reproduksi seksual untuk mempertahankan kelangsungan

spesies tersebut. Perubahan reformasi dimungkinkan dapat terjadi karena adanya

jenis kelamin yang berbeda.

Faktor demografi yang ketiga adalah tingkat pendidikan. Sihombing (dalam

Chairunniza 2012: 12) mengartikan tingkat pendidikan merupakan suatu proses

jangka panjang yang menggunakan aturan yang sistematis dimana pekerja

mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Latar

belakang pendidikan dapat dipenuhi dengan membandingkan kemampuan dapat

atau tidaknya seorang menempuh pendidikan yang tinggi.

Faktor demografi yang keempat adalah status kepegawaian. Status

kepegawaian dibagi menjadi dua macam. Undang-undang ketenagakerjaanlah

yang membagi status kepegawaian menjadi dua yaitu pegawai terikat atau

pegawai kontrak. Pegawai terikat adalah seseorang yang bekerja dalam suatu

instansi dengan perjanjian kerja yang tentu. Pegawai kontrak adalah seseorang

yang bekerja dalam suatu instansi dengan perjanjian kerja yang tidak tentu.

Faktor yang kelima adalah masa kerja. Masa kerja diibaratkan dengan

pengalaman kerja (Surani dalam Chairunniza, 2012: 13). Pengalaman kerja atau

kejadian-kejadian yang telah dilaluinya selama mengajar. Pengalaman seseorang

dalam bekerja tergantung seberapa lama orang tersebut telah bekerja di suatu

tempat.

Faktor keenam yaitu jumlah jam training. Pelatihan yang dilakukan adalah

proses mengajarkan pengetahuan dan kemampuan tertentu dan sikap agar guru

semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik

(Chairunizza, 2012: 14). Pelatihan yang memerlukan waktu tersebut yang disebut

dengan pelatihan training. Sumantri (dalam Chairunniza, 2012: 14) mengartikan

training merupakan proses pendidikan dalam jangka pendek yang menggunakan

prosedur yang telah diatur. Guru yang sedang menjalani masa pelatihan akan

mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Cruickshank (2014) memaparkan terdapat faktor yang mempengaruhi cara

pengajaran di kelas. Faktor tersebut antara lain gender atau jenis kelamin, usia dan

pengalaman, teknologi, kepribadian, keyakinan, gaya mengajar, cara diajar,

pengetahuan, persiapan mengajar, perbedaan karakteristik siswa terhadap

pengajaran, kelas, rekan guru, ketersediaan materi, ketersediaan waktu, tujuan,

dan kebijakan nasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

jumlah siswa dan jumlah rekan guru yang menggunakan pembelajaran tematik.

Cruickshank (2014: 14) menjelaskan bahwa jumlah siswa yang diajar akan

berpengaruh terhadap cara guru mengajar. Holloway (Cruickshank, 2014: 14)

menjelaskan bahwa penelitian-penelitian menemukan bahwa guru yang mengajar

kelas kecil dengan jumlah siswa yang sedikit ternyata kurang menerapkan disiplin

individu dan kelompok-kelompok kecil. Kelas dengan jumlah siswa yang kecil

lebih memberikan konstribusi dalam peningkatan kemampuan di bidang

akademis. Kelas dengan jumlah siswa yang banyak memberikan peluang kepada

siswanya untuk tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh guru. Jadi jumlah

siswa dapat mempengaruhi atau tidaknya pelaksanaan pembelajaran tematik akan

dibahas dalam penelitian ini.

Holloway (dalam Cruickhsank, 2014: 14) menjelaskan bahwa di sisi lain

terdapat penelitian yang berisi perbedaan jumlah siswa dalam kelas tidak

mengarah kepada perbedaan yang signifikan. Jumlah siswa yang banyak maupun

jumlah siswa sedikit tidak mempengaruhi cara pengajaran guru di kelas.

Penelitian menemukan bahwa cara guru mengajarlah yang dapat mempengaruhi

hasil dari proses pembelajaran. Dua penelitian yang mengatakan bahwa adanya

pengaruh dan tidak adanya pengaruh jumlah siswa dijadikan sebagai uji dua belah

pihak (two tailed).

Faktor demografi lain yang digunakan yaitu jumlah rekan guru yang

menggunakan pembelajaran tematik. Cruickshank (2014: 16) menjelaskan bahwa

guru-guru lain dan para supervisor dapat mempengaruhi pengajaran. Pengaruh

yang diberikan bisa berupa pengaruh yang membangun dengan meningkatkan

interaksi dan kolaborasi antar guru. Goddard dalam Cruickshank (2014: 16)

memaparkan bahwa efek dari kolaborasi antar guru dapat meningkatkan

kemampuan sekolah untuk mendorong prestasi para siswa.

Guru merupakan seseorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang

Suasana yang diharapkan yaitu suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa,

menarik, memberikan rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir

aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi kemampuannya. Guru menjadi

pribadi yang profesional (Rusman, 2013: 19).

Profesionalisme guru merupakan faktor penentu proses pendidikan yang

berkualitas. Guru yang berkualitas akan dapat melaksanakan tugas sebagai

pendidik dan pengembang kurikulum sehingga dapat melaksanakan pembelajaran

tematik dengan baik. Guru juga diharapkan mampu meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. Guru yang profesional harus memiliki beberapa aspek

kompetensi (Rusman, 2013: 23). Kompetensi yang dimaksud ialah kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki setiap guru tersebut dapat memberikan

pengaruh yang lebih. Pengaruh akan terlihat apabila guru-guru saling

berkolaborasi terutama dalam menggunakan pembelajaran tematik. Jadi penelitian

ini akan mencari ada perbedaan atau tidaknya jumlah rekan guru yang

menggunakan pembelajaran tematik. Tinjauan mengenai penelitian jumlah rekan

guru menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan uji satu pihak (one tailed).

Dokumen terkait