• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan surveilans epidemiologi penyakit menular

Dalam dokumen MODUL CETAK BAHAN AJAR EPIDEMIOLOGI (Halaman 81-0)

BAB III PENYAKIT MENULAR

Topik 2: Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

B. Kegiatan surveilans epidemiologi penyakit menular

Untuk membahas lebih lanjut tentang kegiatan surveilans epidemiologi penyakit menular, maka perlu diketahui beberapa hal berikut ini yaitu:

• Pengumpulan data

69

Penemuan kasus secar aktifterhadap penyakit termasuk agen penyebab penyakit dilakukan dengan cara petugas kesehatan datang langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi dari masyarakat, untuk mencari dan melakukan identifikasi kasus.

Penemuan kasus secara pasif terhadap penyakit termasuk agen penyebab penyakit dilakukan melalui pemeriksaan penderita penyakit menular yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.Penemuan kasus harus diperkuat dengan uji laboratorium.

Disamping itu, dalam mengumpulkan data juga diperlukan sumber data surveilans, antara lain:

- Data mortalitas - Data morbiditas - Data epidemik

- Laporan penggunaan laboratorium

- Laporan penyelidikan (investigasi) kasus secara individual - Laporan penyelidikan wabah

- Survei penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan

- Penggunaan obat-obatan, serum, dan vaksin - Data demografi

- Data lingkungan

• Pengolahan data

Pengolahan data ini bertujuan untuk menyiapkan data agar data dapat diolah dan di minimalisir kesalahan-kesalahanyang dilakukan pada waktu pengumpulan data. Pengolahan data dapat dilakukan dengan tabulasi data, penggunaan grafikatau pemetaan, dan penggunaan angka statistik.

• Analisis data

Adapun tujuan dari analisis data ini untuk mengetahui variabel yang dapat menggambarkan suatu masalah dan faktor yang mempengaruhi serta bagaimana data yang ada dapat menjelaskan tujuan surveilans.Analisis data dapat digunakan dengan software pengolahan data statistik.Analisis data kegiatan surveilans dapta dilakukan dengan:

70

- Membandingkan variabel datadengan melihat perbedaan angka pada tabel atau perbedaan bentuk grafik dan melihat hasil perhitungan statistik untuk menentukan besarnya perbedaan bermakna secara statistik

- Mengukur besarnya keterkaitan/korelasi antar satu variabel terhadap kejadian penyakitsehingga didapat besarnya keterkaitan angka pd tabel/grafik dan perhitungan statistik

- Mengukur besarnya kecenderungan/tren penyakitmeliputi data bulanan penyakit, data mingguan wabah, atau data tahunan kasus penyakit

• Interpretasi data

Interpretasi data dapat berupa:

- Besarnya penyebaran penyakit dan kematian menurut tempat, waktu dan sifat penderita dalam bentuk jumlah, mean, rate, dan persentase - Penyebab penyakit dan faktor resiko terjadinya penyakit

- Kecenderungan perkembangan penyakit - Prioritas masalah yang harus ditanggulangi

• Diseminasi informasi

Diseminasi informasi itu adalah memberikan informasi baik berupa data, interpretasi, dan kesimpulan analisisyang dapat dimengerti dan dimanfaatkan sebagaiacuan dalam menentukan arah dan kebijakankegiatan surveilans, pengendalian dan evaluasi.Diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:

- Laporankepada unit kesehatan yang lebih tinggi - Kegiatan seminaratau pertemuan

- Tulisan di majalah, buletin, atau jurnal secara rutin

Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.

Peran Unit Surveilans Epidemiologi Kesehatan

71

1. Unit Surveilans Epidemiologi Pusat

a. Pengaturan penyelenggaraan surveilans epidemiologi (SE) nasional b. Menyusun pedoman pelaksanaan SE nasional

c. Menyelenggarakan manajemen SE nasional

d. Melakukan kegiatan SE nasional, termasuk SKD-KLB e. Pembinaan dan asistensi teknis

f. Monitoring dan evaluasi

g. Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan nasional h. Pengembangan pemanfaatan teknologi SE

i. Pengembangan metodologi SE

j. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia SE nasional

k. Menjalin kerjasama nasional dan internasional secara teknis dan sumber-sumber dana

2. Unit Pelaksana Teknis Pusat

a. Menjadi pusat rujukan SE regional dan nasional

b. Pengembangan dan pelaksanaan SE regional dan nasional c. Kerjasama SE dengan provinsi, nasional dan internasional 3. Pusat Data dan Informasi

a. Koordinasi pengelolaan sumber data dan informasi kesehatan nasional.

b. Koordinasi kajian strategis dan penyajian informasi kesehatan c. Asistensi teknologi informasi

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

a. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan metode SE b. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap temuan dan atau

rekomendasi SE

5. Unit Surveilans Epidemiologi Propinsi

a. Melaksanakan SE nasional di wilayah propinsi, termasuk SKD-KLB b. Menyelenggarakan manajemen SE propinsi

c. Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan propinsi

d. Membuat pedoman teknis operasional SE sesuai dengan pedoman yang berlaku

e. Menyelenggarakan pelatihan SE

f. Pembinaan dan asistensi teknis ke kabupaten / kota.

72

g. Monitoring dan evaluasi

h. Mengembangkan dan melaksanakan SE penyakit dan masalah kesehatan spesifik lokal

6. Unit Pelaksana Teknis Propinsi a. Pusat rujukan SE provinsi

b. Pengembangan dan pelaksanaan SE propinsi c. Kerjasama SE dengan pusat dan kabupaten/kota 7. Rumah Sakit Propinsi

a. Melaksanakan SE rumah sakit dan infeksi nosokomial di RS

b. Identifikasi dan rujukan kasus sebagai sumber data SE Kab/Kota, Propinsi dan Pusat

c. Melakukan kajian epidemiologi penyakit menular serta masalah kesehatan lainnya di rumah sakit

8. Laboratorium Kesehatan Propinsi

a. Melaksanakan surveilans epidemiologi

b. Melakukan identifikasi dan rujukan spesimen pemeriksaan laboratorium

9. Unit Surveilans Kabupaten/Kota

a. Pelaksana SE nasional diwilayah kabupaten/kota

b. Menyelenggarakan manajemen surveilans epidemiologi

c. Melakukan penyelidikan dan penanggulangan KLB di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan

d. Supervisi dan asistensi teknis ke puskesmas dan rumah sakit dan komponen surveilans diwilayahnya

e. Melaksanakan pelatihan surveilans epidemiologi f. Monitoring dan evaluasi

g. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit spesifik lokal 10. Rumah Sakit Kabupaten/Kota

a. Melaksanakan SE rumah sakit dan infeksi nosokomial di RS

b. Identifikasi dan rujukan kasus sebagai sumber data SE Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat

73

c. Melakukan kajian epidemiologi penyakit menular serta masalah kesehatan lainnya di rumah sakit

11. Puskesmas

a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional diwilayah puskesmas b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah

kesehatan

c. Melakukan koordinasi SE dengan praktek dokter, bidan swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerjanya

d. Melakukan kordinasi SE antar puskesmas yang berbatasan

e. Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB di wilayah puskesmas f. Melaksanakan SE penyakit dan masalah kesehatan spesifik lokal 12. Laboratorium Kesehatan Kabupaten/Kota

a. Melaksanakan surveilans epidemiologi

b. Melakukan identifikasi dan rujukan spesimen pemeriksaan lab 13. Mitra

a. Sebagai sumber data dan informasi serta referensi yang berkaitan dengan faktor risiko penyakit dan masalah kesehatan lainnya

b. Kerjasama dalam kajian epidemiologi penyakit dan masalah kesehatan c. Kerjasama dalam pengembangan teknologi dan metode surveilans d. Kemitraan dalam mengupayakan dana dan sarana penyelenggaraan SE

Contoh standar pelaksanaan surveilans yang direkomendasikan WHO adalah sebagai berikut:

Jenis penyakit: Acute Water Diarrhea Latar belakang surveilans

Diare menjadi salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada anak.Data menunjukkan penyakit diare menyebabkan lebih dari 2 juta kematian pada tahun 1994 (80% pada anak-anak di bawah usia 5tahun).

Diperkirakan dua pertiga dari kasus yang ada disebabkan kontaminasi makanan.

WHO mendukung inisiatif daerah dalam kegiatan memperbaiki kesiagaan dan respon terhadap adanya KLB kolera dan disentri. Strategi WHO adalah mengurangi insiensi dan fatalitas melalui integraasi manajemen kasus pada anak-anak di tingkat puskesmas bersama dengan lembaga lain dan pemerintah.

74

Defenisi kasus

Defenisi kasus secara klinis adalah Acute Watery diarrhea (mencret dalam waktu 24 jam dengan atau tanpa dehidrasi. Kriteria laboratorium untuk diagnosis yaitu kultur yang dapat digunakan untuk konfirmasi KLB diare spesifik, tetapi tidak untuk defenisi kasus.

Tipe Surveilans

- Penderita dicatat pada tingkat perifer (puskesmas)

- Laporan rutin bulanan dari puskesmas ke dinkes kota/kabupaten, kemudian ke dinkes provinsi dan kemudian ke pusat

- Survei masyarakat/survei sentinel untuk pelengkap data rutin dan untuk evaluasi kegiatan program pengendalian

Data minimum yang diperlukan

Data dasar pada tingkat perifer (puskesmas) adalahciri-ciri khusus, usia, jenis kelamin, tempat, dan tanggal timbulnya penyakit (date of onset).

Analisis data, penyajian, dan laporan

- Jumlah kasus menurut bulan, tempat, dan kelompok usia

- Perbandingan pada bulan dan tempat yang sama pada tahun sebelumnya - Jumlah kasus menurut waktu ditampilkan dalam bentuk grafik garis

- Kesimpulan dari surveilans bulanan seharusnya dibuat dan ada umpan balik (Peninjauan pertrisemester/pertahun membantu identifikasi daerah dan membuat prioritas)

Prinsip kegunaan data untuk pengambilan keputusan - Memonitor kecenderungan insidensi penyakit

- Mendeteksi adanya KLB pada daerah setempat

- Mengidentifikasi daerah risiko tinggi untuk menentukan target intervensi Aspek khusus

Dehidrasi merupakan indikator untuk diare akut dan peningkatan dehidrasi mendadak pada anak usia 2-5 tahun seharusnya telah menimbulkan kecurigaan akan terjadinya KLB kolera.Defenisi kasus secara klinis untuk kolera adalah:

- Pada daerah dengan kondisi kematian tidak diketahui pada penderita usia 5 tahun atau lebih

75

- Daerah epidemi kolera, pada penderita usia 5 tahun atau lebih dengan acute watery diarrhea dengan atau tanpa muntah

Rangkuman

Seperti kita ketahui bahwa surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan pemantauan secara cermat dan terus menerus terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian dan penyebaran penyakit atau masalah kesehatan, meliputi pengumpulan, analisis, interpretasi, dan diseminasi data sebagai bahan untuk penanggulangan dan pencegahan. Maka dari itu, pentingnya dilakukan surveilans epidemiologi penyakit menular dengan mengetahui tujuan dan kegiatan dari surveilans epidemiologi penyakit menular yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan diseminasi informasi.

Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 4 kelompok! Masing-masing kelompok mencari pedoman surveilans epidemiologi pada salah satu penyakit menular dan mengidentifikasi: pengumpulan data yang digunakan, pengolahan data yg dilakukan, analisis data, interpretasi data, dan diseminasi informasi.

• Tugas diketik ke dalam MS Word kertas A4 dengan Font Times New Roman 12 spasi 1,5 dalam bentuk hasil diskusi paper dengan mencantumkan referensi saat pengerjaan tugas tersebutdengan menggunakan Cover yang berisijudul tugas, logo uim, nama-nim anggota kelompok, dan program studi.

• Tugas dikirim ke email [email protected] paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB I

SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS JURNAL PENDAHULUAN

76

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB III

PEMBAHASAN BAB IV

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

2. Kegiatan Mandiri Petunjuk:

• Membuat ringkasan terkait surveilans epidemiologi pada penyakit menular

• Tugasdiketik ke dalamMS Word kertas A4 dengan Font Times New Roman 12 spasi 1,5 menggunakan Cover yangberisi judul tugas, logo uim, nama, nim, dan program studi.

• Tugas dikirim ke email [email protected] dengan judul “tugas surveilansepidemiologi penyakit menular”.

77

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2010. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Bustan, M. N. 2002.Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.

Center for Disease Control and Prevention. 2010.Principles of Epidemiology in Public Health Practice, 3rd Edition. Atlanta: U.S Department of Health and Human Services.

Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

Noor, N.N. 2009. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Asdi, Mahsatya.

Notoatmodjo, S. 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: RinekaCipta.

Nugraheni, AS. 2011. Empat Pilar Pembelajaran Bahasa Indonesia Cerdas Membangun Karakter Bangsa. Yogyakarta: Metamorfosa press.

Timrmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua.

Jakarta: EGC.

78

BAB IV

UKURAN FREKUENSI MASALAH KESEHATAN Zulham Andi Ritonga.,SKM,MKM

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Sebagian besar permasalahan epidemiologi dapat dijawab dengan mengacu pada tingginya frekuensi suatu kejadian dalam berbagai macam keadaan. Frekuensi kejadian ini ditunjukkan oleh proporsi atau fraksi pembilang/”numerator” yang meliputi sejumlah kasus dan penyebut/”denominator” yang meliputi banyaknya orang yang menderita suatu penyakit.

B. Deskripsi Materi

Bab ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa semester IV dalam memahami materi kuliah Epidemiologi dengan beban 1 sks teori. Bab ini menguraikan tentang ukuran frekuensi masalah kesehatan meliputi rasio, proporsi, rate, dan morbiditas penyakit, serta mortalitas penyakit.

C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Pembelajaran pada bab ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK), yaitumampu memahami ukuran frekuensi masalah kesehatan.

D. Uraian Materi I. Definisi

II. Ukuran frekuensi III. Morbiditas penyakit IV. Mortalitas penyakit

79

I. Defenisi

Frekuensi masalah kesehatan adalah besarnya masalah kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok masyarakat. Besarnya masalah kesehatan dapat diketahuinya keadaaan kesehatan yang dihadapi sehingga dapat disusun berbagai alternatif pemecahan masalah sebagai jalan keluar guna mengatasi masalah kesehatan.

II. Ukuran frekuensi

Pada epidemiologi, alat terpenting untuk mengukur frekuensi kejadian adalah rate (angka, sering juga disebut tingkat), tetapi juga digunakan rasio dan proporsi. Ukuran-ukuran tersebut (rate, rasio, dan proporsi) merupakan hasil bagi antara numerator (pembilang) dan denominator (penyebut).

• Rasio

Rasioadalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yangpembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

Misalnya sebuah nilai kuantitatif a dan nilai kuantitatif lain adalah b.Atau dengan kata lain, rasio adalah perbandingan satu peristiwa (event) sebagai numerator (a) dan peristiwa lain yang tidak berhubungan sebagai denominator (b). Maka rasio kedua nilai tersebut adalah a/b.

Contoh soal:

Dinkes X, secara rutin melakukan pengumpulan data penyakit HIV/AIDS melalui kegiatan surveilans. Tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS di kota X berdasarkan jenis kelamin ditemukan sebanyak 87 terjadi pada pria, dan 29 terjadi pada wanita. Berapa rasio kejadian HIV/AIDS antara pria dan wanita di kota X pada tahun 2014?

Pembahasan:

Jika, a adalah jumlah kasus pada pria dan b adalah jumlah kasus pada wanita, makaRasio = 87 dibagi 29 yaitu 3, sehingga rasio yang di dapat adalah3 : 1.

Berarti ditemukan 3 orang pria positif HIV/AIDS pada setiap 1 orang wanita positif HIV/AIDS atau rasio penderita HIV/AIDS antara pria dan wanita adalah 3:1.

• Proporsi

Proporsiadalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakanbagian dari penyebut. Atau dengan kata lain, proporsi merupakan

80

ukuran yang membandingkan satu peristiwa sebagai numerator (a) dan peristiwa lain sebagai denominator yang mengandung peristiwa numerator (a+b) dan hasilnya adalah nilai yang dinyatakan dalam bentuk persentase.Maka pada proporsi, perbandingan menjadi: a/(a+b).

Contoh soal:

Dinkes X, secara rutin melakukan pengumpulan data penyakit HIV/AIDS melalui kegiatan surveilans. Tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS di kota X berdasarkan jenis kelamin ditemukan sebanyak 87 terjadi pada pria, dan 29 terjadi pada wanita. Berapa proporsi penyakit HIV/AIDS pada wanita?

Pembahasan:

Untuk mencari proporsi penyakit HIV/AIDS pada wanita, maka a adalah jumlah kasus pada wanita dan b adalah jumlah kasus pada pria sehingga Proporsi = 29 dibagi (29+87)yaitu¼.

Berarti dari 4 kasus HIV/ AIDS yang dilaporkan terdapat 1 kasus terjadi pada wanita (25%).

• Rate

Rate/angka adalah proporsi dalam bentuk khusus, dimana perbandingan antarapembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Atau dengan kata lain, rate merupakan ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam denominatornya.Rate seringkali digunakan sebagai dasar perbandingan untuk populasi yang berbeda atau populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Ukuran ini sebagai alat untuk menilai suatu faktor etiologi (penyebab) dan membandingkan perkembangan (terjadinya) penyakit pada dua populasi yang berbeda.Maka rumusrateadalah a/(a+b)x waktu.

Tabel 3. Penggunaan Rasio, Proporsi, Rate

INDEKS RASIO PROPORSI RATE

Natalitas Crude birth rate

81

(Kelahiran) Crude fertility rate

III. Morbiditas penyakit

Morbiditas penyakit digunakan untuk menggambarkan kejadian penyakit (kesakitan) di populasi atau peluang (resiko) terjadinya penyakit. Ukuran-ukuran yang umum digunakan untuk morbiditas adalah insidensi, prevalensi, attack rate resiko relatif, attributable risk, attributable risk percent.

• Insidensi

Insidensi merupakan gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada waktu tertentu pada sekelompok masyarakat.

Ukuran insidensi terdiri dari:

- Incidence rate (I)

Incidence rate (angka insidensi) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada jangka waktu tertentu (umumnya baru satu tahun) dibandingkan dengan jumlah orang yang berisiko mengalami penyakit tersebut pada periode waktu yang sama.

Angka insidensi:

Jumlah kasus baru penyakit dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu x 100%

Jumlah orang yang berisiko mengalami penyakit tersebut pada periode waktu yang sama

- Attack rate (AR)

Attack rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.

Attack rate (angka serangan) digunakan untuk mengamati kejadian penyakit di populasi pada waktu yang terbatas, sebagai contoh: selama terjadi wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa).

Attack rate:

Jumlah orang sakit (kasus baru) dalam periode waktu tertentux 100%

Jumlah orang/populasi yang berisiko dalam periode waktu tertentu

- Secondary attack rate (SAR)

Secondary attack rate (angka serangan kedua) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibanding dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah penduduk yang telah pernah terkena serangan pertama dalam persen.

Secondary attack rate:

Jumlah penderita baru pada serangan keduax 100%

82

Jumlah total penduduk – Jumlah penduduk yang terkena serangan pertama

Ukuran pada angka insidensi merupakan estimasi yang akurat terhadap risiko atau kemungkinan terkena suatu penyakit dalam periode waktu tertentu dan penyebutnya hanya mencakup “populasi yang berisiko”.

Populasi yang berisiko adalah kelompok populasi yang digunakan sebagai penyebut dan harus dibatasi hanya pada mereka yang dapat terpajan atau mengalami penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau pun kematian.

• Prevalensi

Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.

Ukuran prevalensi terdiri dari:

- Period prevalence rate

Period prevalence rate (angka prevalensi periode) adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada jangka waktu yang bersangkutan dalam persen. Dalam hal ini, period prevalence rate yang mengukur semua kasus yang terjadi pada waktu tertentu (titik waktu), misalnya 1 Januari, 1 Agustus, dsb.

Period prevalence rate:

Jumlah penderita baru dan lama x 100%

Jumlah penduduk pertengahan tahun

- Point prevalence rate

Point prevalence rate (angka prevalensi poin) adalah jumlah penderita baru pada suatu saat, dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam persen. Dalam hal ini, point prevalence rate yang mengukur semua kasus yang terjadi pada periode waktu tertentu, misalnya selama tahun 1999, dsb.

Point prevalence rateberguna untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan menggambarkan keadaan suatu masalah kesehatan pada satu saat.

Point prevalence rate:

Jumlah penderita baru dan lama pada satu saatx 100%

Jumlah penduduk pada saat itu

• Attributable risk

83

Attributable risk adalah selisih antara populasi yang terkena penyakit karena terpapar faktor risiko dengan populasi yang terkena penyakit tetapi tidak terpapar faktor risiko.

• Attributable risk percent

Attributable risk percent adalah persentase dari angka Attributable risk dibagi jumlah populasi yang terkena penyakit karena terpapar faktor risiko.

IV. Mortalitas penyakit

Mortalitas penyakit merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk kematian.Dalam hal ini, mortalitas penyakit merupakan ukuran dari kejadian kematian pada populasi tertentu pada waktu tertentu atau ukuran frekuensi kematian dalam populasi yang spesifik pada interval waktu dan tempat tertentu. Ada tiga hal umum penyebab kematian: (1) degenerasi organ vital dan kondisi terkait, (2) status penyakit, (3) sebagai akibat masyarakat atau lingkungan (suicide, kecelakaan, bencana alam, dsb). Ukuran mortalitas dan morbiditas relatif sama, hanya tergantung pada apa yang ingin diukur, kesakitan atau kematian.Beberapa angka kematian yang sering digunakan:

• Case fatality rate (CFR)

Case fatality rate (angka kasus fatal) adalah jumlah seluruh kematian akibat satu penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen.Case fatality rate berguna untuk memperoleh gambaran tentang distribusi penyakit dan tingkat kematian penyakit tertentu.

Case fatality rate:

Jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentux 100%

Jumlah seluruh pnderita pnyakit tertentu

• Infant mortality rate (IMR)

Infant mortality rate (angka kematian bayi) adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia di bawah 1tahun) pada satu jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibagi jumlah seluruh kelahiran hidup.

Infant mortality rate:

Jumlah seluruh kematian bayix 1000 Jumlah kelahiran hidup

84

• Neonatal mortality rate (NMR)

Neonatal mortality rate (angka kematian neonatal) adalah jumlah kematian bayi usia dibawah 28 hari pada jangka waktu 1 tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pad tahun yang sama.

Tinggi rendahnya angka kematian neonatal dapat digunakan untuk mengetahui:

- Tinggi rendahnya usaha perawatan post natal - Program imunisasi

- Pertolongan persalinan - Penyakit ISPA

Neonatal mortality rate:

Jumlah kematian bayi usia di bawah 28 hari x 1000 Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

• Under five mortality rate

Under five mortality rate(angka kematian balita) adalah jumlah seluruh kematian balita pada satu jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibagi jumlah seluruh balita pada tahun yang sama.

Under five mortality rate:

Jumlah seluruh kematian balita x 1000 Jumlah penduduk balita pada tahun yang sama

• Perinatal mortality rate(PMR)

Perinatal mortality rate(angka kematian perinatal) adalah jumlah kematian bayi usia 1 minggu (7 hari) dalam satu tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama. Perinatal mortality rateberguna untuk menggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi.

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendah angka kematian perinatal, antara lain:

- Banyaknya kasus BBLR - Status gizi ibu dan bayi - Keadaan sosial ekonomi

- Penyakit infeksi terutama ISPA - Pertolongan persalinan

Perinatal mortality rate:

Jumlah kematian bayi usia 1 minggu (7 hari) x 1000 Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

85

• Maternal mortality rate(MMR)

Maternal mortality rate (angka kematian ibu/AKI) adalah jumlah kematian ibu akibat kehamilan, persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Tinggi rendahnya angka kematian ibu berkaitan dengan:

- Sosial ekonomi

- Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas - Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil

- Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa nifas Maternal mortality rate:

Jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran, dan nifasx 100000 Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

• Crude death rate (CDR)

Crude death rate (angka kematian kasar) adalah jumlah kematian total dalam setahun yang dibagi dengan total rata-rata populasi, seperti 100, 1000, 10000, atau 100000. Untuk menghitung rate, hasil diatas dikalikan dengan 1000 atau

Crude death rate (angka kematian kasar) adalah jumlah kematian total dalam setahun yang dibagi dengan total rata-rata populasi, seperti 100, 1000, 10000, atau 100000. Untuk menghitung rate, hasil diatas dikalikan dengan 1000 atau

Dalam dokumen MODUL CETAK BAHAN AJAR EPIDEMIOLOGI (Halaman 81-0)