• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem kewaspadaan diniKLB/wabah

Dalam dokumen MODUL CETAK BAHAN AJAR EPIDEMIOLOGI (Halaman 103-0)

BAB V WABAH

IV. Sistem kewaspadaan diniKLB/wabah

91

I. Kriteria KLB/epidemi

Selain kata wabah, ada istilah lain yang dikenal sebagai letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa (KLB). Namun, akan tampak perbedaan antara ketiga hal di atas. Wabah penyakit menular atau wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Letusan (outbreak) adalah suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain. Sedangkan kejadian luar biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah.

Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih luas. Di Indonesia,pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan sedangkan KLB dapat ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal

2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus-menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun)

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya

5. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB seperti keracunan makanan atau keracunan pestisida

92

6. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya

7. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya

8. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode, kurun waktu atau tahun sebelumnya

9. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus sepertikolera dan demam berdarah dengue yakni:

- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) - Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat

minggu sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan

Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit poliomielitis dan tetanus neonatorum dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.

II. Jenis KLB/epidemi

Adapun jenis atau klasifikasi dari KLB/epidemi yang berdasarkan sifat, penyebab, dan sumber.

• Menurut sifat, jenis atau klasifikasi dari KLB/epidemi adalah sebagai berikut:

1. Common Source Epidemic

Common source epidemic adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua.

2. Propagated/Progressive Epidemic

Propagated/Progressive Epidemic merupakan bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan

93

masa tunas yang lebih lama pula. Propagated/progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

3. Mixed Epidemic

Mixed Epidemicmerupakan gabungan keduanya (Common Source Epidemic dan Propagated/Progressive Epidemic).

• Menurut penyebab, jenis atau klasifikasi dari KLB/epidemi adalah sebagai berikut:

- Infeksi yakni virus, bakteri, protozoa, dan cacing - Toxin yakni stafilokokus, klostridium

- Toxin biologis yakni racun jamur, racun ikan - Toxin kimia yakni logam berat, nitrit, pestisida

• Menurut sumber, jenis atau klasifikasi dari KLB/epidemi adalah sebagai berikut:

- Sumber dari manusia seperti salmonela

- Sumber dari kegiatan manusia seperti tempe bongkrek - Binatang

- Serangga - Udara

- Permukaan benda - Makanan/minuman

III. Penetapan status wabah

Sebelum kita menetapkan status wabah, terlebih dahulu harus mengetahui tujuan penyelidikan wabah tersebut. Tujuan penyelidikan wabah terbagi atas:

• Umum

- Upaya penanggulangan dan pencegahan - Surveilans (lokal, nasional, dan internasional)

94

- Penelitian - Pelatihan

- Menjawab keingin tahuan masyarakat - Pertimbangan program

- Kepentingan politik dan hokum - Kesadaran masyarakat

Secara keseluruhan dapat meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan sehingga KLB tidak menjadi masalah kesehatan.

• Khusus

- Memastikan diagnose

- Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah - Mengidentifikasi penyebab KLB

- Mengidentifikasi sumber penyebab - Rekomendasi: cepat dan tepat

- Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu dan tempat) Sehingga dapat menurunkan frekuensi KLB, jumlah kasus dan angka kematian KLB, serta membatasi penyebarluasan KLB.

Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena:

• Perubahan cara pencatatan

• Ada cara-cara diagnosis baru

• Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

• Ada penyakit lain dengan gejala sama

• Jumlah penduduk bertambah

Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menetapkan status wabah, antara lain:

• Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi yang dianggap beresiko, pada tempat dan waktu tertentu

• Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3 tahunan

95

• Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda

• Sesuai petunjuk berdasarkan Kriteria KLB/epidemi

IV. Sistem Kewaspadaan Dini KLB/wabah

Sistemkewaspadaan dini atau disingkat SKD KLB/wabah merupakan suatu tatanan pengamatan yang cermat dan teliti terhadap distribusi dan faktor-faktor risiko kejadian yang memungkinkan terbangunnya sikap tanggap terhadap perubahan sehingga dapat dilakukan antisipasi seperlunya. Inti dari SKD itu sendiri adalah surveilans. Ada beberapa prinsip dalam penerapan SKD KLB/wabah, antara lain:

• Kewaspadaan tehadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya

• Dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi

• Dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan, dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat

Dalam hal ini, kegiatan SKD KLB/wabah secara umum meliputi:

1. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB

Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan menggunakan bahan kajian:

a. Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB, b. Kerentanan masyarakat, antara lain: status gizi dan imunisasi, c. Kerentanan lingkungan,

d. Kerentananpelayanankesehatan,

e. Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau 
negara lain, serta

f. Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.

Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB meliputi:

a. Laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB,

96

b. Data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya, c. Surveilans terpadu penyakit berbasis KLB,

d. Sistem peringatan dini-KLB di rumah sakit.

Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi meliputi:

a. Data surveilans terpadu penyakit,

b. DatasurveilanskhususpenyakitberpotensiKLB, c. Data cakupan program,

d. Data lingkungan pemukiman dan perilaku, pertanian, meteorologi geofisika,

e. Informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan KLB, f. Data lain terkait.

Berdasarkan kajian epidemiologi dirumuskan suatu peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB pada daerah dan periode waktu tertentu.

2. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB

Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3-6 bulan yang akan datang) dan disampaikan kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Departemen Kesehatan, sektor terkait dan anggota masyarakat, sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di Unit Pelayanan Kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang (periode 5 tahun yang akan datang), agar terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.

3. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB

Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan KLB; peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB; penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB; kesiapsiagaan menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan tindakan penanggulangan KLB.

a. Deteksi dini kondisi rentan KLB

97

Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku, dan kerentanan pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau pemantauan wilayah setempat (PWS) kondisi rentan KLB. Identifikasi timbulnya kondisi rentan KLB dapat mendorong upaya-upaya pencegahan terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak terhadap KLB.

b. Deteksi dini KLB

Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dengan mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB.

c. Deteksi dini KLB melalui pelaporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat

Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya seorang atau sekelompok penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Isi laporan kewaspadaan terdiri dari jenis penyakit; gejala-gejala penyakit; desa/lurah, kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian; waktu kejadian; jumlah penderita dan jumlah meninggal.

d. Kesiap siagaan menghadapi KLB

Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap sumber daya manusia, sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan tim penanggulangan KLB serta kerjasama tim penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

e. Tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat

Setiap daerah menetapkan mekanisme agar setiap KLB dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat.

f. Advokasi dan asistensi penyelenggaraan SKD-KLB

Penyelenggaraan SKD-KLB dilaksanakan terus menerus secara sistematis di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan di masyarakat yang membutuhkan dukungan politik dan anggaran yang

98

memadai di berbagai tingkatan tersebut untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan dengan kinerja yang tinggi.

Rangkuman

Persoalan wabah tidak hanya menjadi persoalan Indonesia tetapi merupakan persoalan Dunia karena penyebarannya tidak mengenal batas-batas Negara. Seperti wabah covid-19 yang belum dapat ditanggulangi secara menyeluruh terbukti dengan masih adanya korban yang terus dibawa kerumah sakit. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangannya harus dilakukan bersama-sama dan saling membantu. Dengan era otonomi daerah, propinsi atau kota/kabupaten diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengelola urusan kesehatan, termasuk dalam mencegah dan menanggulangi wabah daerah tidak dapat lagi bertumpu pada kemampuan pemerintah pusat semata mengingat penyebaran wabah tidak mengenal batas-batas daerah, maka antara daerah harus saling bekerja sama dalam mencegah dan menanggulangi wabah. 


Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 4 kelompok! Masing-masing kelompok memberikan jawaban dari soal cerita yang diberikan dengan mengidentifikasi: apakah kasus tersebut digolongkan wabah? (berikan alasan dan penjelasan).

• Tugas diketik ke dalam MS Word kertas A4 dengan Font Times New Roman 12 spasi 1,5 dalam bentuk hasil diskusi paper dengan mencantumkan referensi saat pengerjaan tugas tersebutdengan menggunakan Cover yang berisijudul tugas, logo uim, nama-nim anggota kelompok, dan program studi.

• Tugas dikirim ke email [email protected] lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan.

Soal cerita:

Di Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor NTT, pada tahun 2017 terdapat jumlah kasus penyakit DBD 4.128 kasus. Pada tahun 2018 berkurang menjadi 2.940 kasus. Kemudian pada tahun 2019 meningkat kembali menjadi 3.154

99

kasus. Namun pada tahun 2020 menurun sebesar 3.117 kasus. Ada 4 desa dengan jumlah kasus yang berbeda pada tahun 2020.

1) Desa Kailesa 1.234 (Lk: 445, Pr: 789) dengan 6.170 penduduk (Lk:

2.057, Pr: 4.113)

2) Desa Langkuru 883 (Lk: 369, Pr: 514) dengan 4.415 penduduk (Lk:

1.104, Pr: 3.311)

3) Desa Langkuru Utara 346 (Lk: 223, Pr: 123) dengan 3.806 penduduk (Lk: 2.538, Pr: 1.268)

4) Desa Purnama 654 (Lk: 314, Pr: 340) dengan 5.232 penduduk (Lk:

2.418, Pr: 2.814)

Pembahasan soal:

...

...

...

...

2. Kegiatan Mandiri Petunjuk:

• Membuat skema konsep SKD KLB

• Tugasdiketik ke dalamMS Word kertas A4 dengan Font Times New Roman 12 spasi 1,5 menggunakan Cover yangberisi judul tugas, logo uim, nama, nim, dan program studi.

• Tugas dikirim ke email [email protected] dengan judul “tugas wabah”.

100

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip Prinsip Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular.

Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan.

PP 40, th 1991, Bab 1, Pasal 1.

UU No 4 th. 1984, Bab I, Pasal 1.

101

BAB VI

PENYAKIT TIDAK MENULAR

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Selain epidemiologi penyakit menular yang dikaji untuk mencegah terjadinya wabah maka hal ini kemudian berkembang sehingga beberapa penyakit infeksi non-wabah juga dikaji lebih dalam; penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll juga kemudian menjadi objek analisis dalam perkembangannya. Objek kajian kemudian meluas sehingga beberapa hal yang tidak termasuk dalam kategori penyakit, seperti fertilitas, menopouse, kecelakaan, kenakalan remaja, konsumsi obat-obat terlarang, merokok, serta permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat. Beberapa masalah tersebut di antaranya meliputi program keluarga berencana, isu seputar kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, serta pengadaan sarana kesehatan. Dengan kata lain, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

B. Deskripsi Materi

Bab ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa semester IV dalam memahami materi kuliah Epidemiologi dengan beban 1 sks teori. Bab ini menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu tentang epidemiologi dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular.

102

C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Pembelajaran pada bab ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK), yaitumampu memahami epidemiologi penyakit tidak menular dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular.

D. Uraian Materi

Topik 1: Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Topik 2: Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

103

TOPIK 1

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR dr. John Barker Liem, M.K.M

A. Pengertian penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular atau dikenal istilah PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor risiko dapat dikontrol. Hal ini menandakan bahwa kegagalan pengelolaan program pencegahan dan penanggulangan akan memengaruhi perawatan pasien PTM. Pencegahan dan penanggulangan PTM dinilai sebagai upaya pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh petugas dan individu yang bersangkutan secara mandiri. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem pelayanan yang dapat mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan redefenisi peran dan fungsi seluruh sarana pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi dan pencegahan.

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan sehingga dianggap tidak mengancam kondisi orang lain. PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara industri. Berdasarkan laporan WHO, di kawasan Asia Tenggara paling serring ditemui lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi, beberapa di antaranya adalah penyakit jantung (kardiovaskular), diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit pernafasan obstruksi kronik (PPOK) dan penyakit karena kecelakaan. Kebanyakan PTM dikategorikan sebagai penyakit degeneratif dan cenderung diderita oleh orang yang berusia lanjut.

Adapun istilah PTMyang memiliki kesamaan arti, antara lain dengan:

• Penyakit Kronik

Penyakit kronik juga merujuk pada PTM mengingat kasus PTM yang umumnya bersifat kronik/menahun/lama. Akan tetapi, beberapa PTM juga bersifat mendadak atau akut, misalnya keracunan.

• Penyakit Non–Infeksi

Sebutan penyakit non-infeksi digunakan mengingat PTM umumnya tidak disebabkan oleh mikroorganisme. Meskipun demikian, mikroorganisme juga merupakan salah satu penyebab PTM.

104

New Communicable Disease

Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular melalui gaya hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa dikatakan sebagai penyebab penularan berbagai penyakit, beberapa contoh di antaranya yaitu pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global. Misalnya, asupan makan dengan kandungan kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung.

• Penyakit Degenerative

Penyakit degenerativeadalah kondisi yang terjadi akibat memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu. Penyakit ini dapat memengaruhi sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), tulang dan sendi, serta pembuluh darah atau jantung.

B. Karakteristik penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular disebabkan oleh adanya interaksi antara agent (nonliving agent) dengan host yang dalam hal ini adalah manusia (faktor predisposisi, infeksi, dan lain-lain) sertalingkungan sekitar (source and vehicle of agent).

Agent

- Agent dapat merujuk pada nonliving agent, yakni kimiawi, fisik, mekanik, psikis

- AgentPTM terdiri dari berbagai macam karakteristik, mulai dari yang paling sederhana hingga yang bersifat sangat komplek, contohnya molekul hingga zat dengan ikatan yang kompleks

- Mengetahui spesifikasi dari agent diperlukan untuk memberikan penjelasan lengkap tentang PTM

- Suatu agent tidak menular menyebabkan tingkat keparahan yang bervariasi (dinyatakan dalam skala patogenitas)

Patogenitas agent merujuk pada kemampuan/kapasitas agent penyakit dalam menyebabkan sakit pada host

- Karakteristik lain dari agent tidak menular yang penting untuk diperhatikan adalah:

Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan

Kemampuan merusak jaringan yakni: reversible dan irreversible

105

Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif

• Reservoir

- Istilah ini dapat diartikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air, batu, dan lain-lain) atau tempat di mana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik

- Pada kasus PTM secara umum, reservoir dari agent adalah benda mati - Pada PTM, orang yang terpapar dengan agent sumber/reservoir tidak

memiliki potensi ditularkan

• Patogenitas

- Fase Akumulasi pada jaringan

Fase ini terjadi jika terkena paparan dalam waktu lama dan terus-menerus - Fase Subklinis

Pada fase ini, gejala/symptom dan tanda/sign belum nampak. Beberapa kerusakan telah terjadi pada jaringan, hal ini bergantung pada:

1) Jaringan yang terkena

2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)

3) Sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis, mati dan cacat) - Fase Klinis

Agent penyakit telah menyebabkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda)

• Karakteristik PTM - Tidak ditularkan

- Etiologi sering tidak jelas - Agent penyebab: nonliving agent - Durasi penyakit panjang (kronis)

- Fase subklinis dan klinis yang lama untuk penyakit kronis

• Rute Dari Keterpaparan Paparan terjadi melalui:

- Sistem pernafasan,

- Sistem digestive/pencernaan, - Sistem integumen/kulit dan - Sistem vaskuler.

106

C. Contoh penyakit tidak menular

Perlu diketahui kembali tentang defenisi PTM yaitu penyakit yang tidak dapat ditularkan kepada orang lain. PTM umumnya disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat. Sesorang yang dekat atau bersentuhan dengan penderita tetap tidak akan tertular penyakit tersebut. PTM dijabarkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh menurunnya organ manusia ataupun penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit degenerarif (faktor usia).

Beberapa contoh PTM adalah penyakit jantung, stroke, diabetes dan penyakit lainnya. PTM umumnya diderita oleh seseorang yang tidak menjaga kesehatan dan tidak mampu menjaga pola kesehatan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang mengalami sakit tidak menular tidak disebabkan oleh bakteri, virus, maupun juga kuman. Oleh karena itu, pengidap PTM tidak perlu cemas dalam menangani penyakitnya.

Saat ini di Indonesia terdapat kurang lebih 30 jenis PTM yaitu:

1. Diabetes Mellitus 2. Hipertensi

3. Asma Bronchiale 4. Osteoporosis 5. Depresi

6. Keracunan makanan/minuman 7. Sariawan

8. Reumatik 9. Stroke 10. Kanker 11. Maag

12. Asam Lambung 13. Tukak Lambung 14. Obesitas

15. Gagal Jantung 16. Glaukoma 17. Gagal ginjal 18. Alzheimer 19. Varises 20. Keloid

107

21. Usus buntu 22. Varikokel 23. Amandel 24. Ambeien 25. Asam urat 26. Kolesterol 27. Migrain 28. Vertigo 29. Katarak 30. Penyakit jiwa

Berdasarkan jenis PTM diatas, maka terdapat beberapa jenis PTM yang memiliki tingkat prevalensi yang tinggi dan pada umumnya sering dialami oleh masyarakat, penyakit tersebut adalah penyakit gagal jantung, asma bronchiale,hipertensi, kanker serviks, diabetes mellitus, gagal ginjal kronik, penyakit mata atau katarak, reumatik, obesitas dan penyakit jiwa.

D. Faktor risiko penyakit tidak menular

Faktor penyebab dalam PTM dikenal dengan istilah faktor risiko (risk

Faktor penyebab dalam PTM dikenal dengan istilah faktor risiko (risk

Dalam dokumen MODUL CETAK BAHAN AJAR EPIDEMIOLOGI (Halaman 103-0)