• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Lingkungan Internal a. Kekuatan (Strength)

PERMATA DESA MANDIRI

III. VISI DAN MISI

1.3. Kebijakan Dinas Kehutanan Provinsi NTB

3.4.1. Faktor Lingkungan Internal a. Kekuatan (Strength)

1. Eksistensi Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan Provinsi NTB, serta UPTD KPH Rinjani Barat cukup jelas;

2. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan; 3. Sarana dan prasarana kantor cukup memadai;

70 4. Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang terkait dengan pengelolaan KPH;

5. Potensi kawasan KPH Rinjani Barat yang merupakan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Kelembagaan pengelola KPH, masih dalam bentuk UPTD kurang mencerminkan organisasi lapangan, karena dalam struktur organisasinya tidak ada (Resort/Mandor) yang secara langsung menyelenggarakan pengelolaan hutan di tingkat tapak/blok; 2. Jumlah dan Kualitas aparat kehutanan belum optimal dan

belum adanya Jagawana pada UPTD KPH, termasuk sarana operasional lapang sangat terbatas.

3. Belum adanya data/informasi potensi biofisik dan social, ekonomi serta budaya masyarakat.

4. Masih banyaknya kawasan hutan yang kondisinya sudah kritis; 5. Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan yang lebih

menonjol dibandingkan dengan potensi kawasan yang ada; 6. Belum adanya peraturan gubernur sebagai penjabaran Perda

NTB yang mengatur sumbangan pihak ketiga. 3.4.2. Faktor Lingkungan Eksternal

a. Peluang (Opportunities)

1. Tersedianya kawasan hutan yang cukup;

2. Komitmen kuat Pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH;

3. Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) di tingkat lokal maupun internasional terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat;

4. Peluang investasi ke kawasan KPH baik Hutan Lindung maupun Hutan Produksi;

71 5. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan

kayu bangunan;

6. Adanya program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Kahutanan;

7. Adanya program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui partisipasi masyarakat berupa HKm, HTR dan KBR;

8. Pesatnya perkembangan IPTEK b. Ancaman (Threats)

1. Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal.

2. Penduduk di dalam dan disekitar hutan yang masih miskin. 3. Berkurangnya sumber daya flora dan fauna.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan

5. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusahaan dalam pelestarian alam.

Kombinasi dari faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal dalam analisis SWOT akan menghasilkan strategi-strategi. Model kombinasi tersebut disajikan pada tabulasi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kombinasi Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Dalam Analisis SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL Opportunity (Peluang) (Ancaman) Threat

Strength

(Kekuatan) Strategi SO Strategi WO

Weakness

(Kelemahan) Strategi ST Strategi WT

Adapun strategi-strategi hasil kombinasi dari faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal dalam analisis SWOT sebagai berikut :

a. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang

1. Mendayagunakan UPTD KPH beserta prasarana dan sarana perkantoran yang cukup didukung status hukum kelembagaan dan

72 kawasan untuk memanfaatkan adanya komitmen pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH dan dukungan internasional dan NGO untuk pembangunan hutan lestari.

2. Mendayagunakan Potensi kawasan KPH Rinjani Barat yang merupakan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya dan Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Peluang investasi dan memenuhi permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu bangunan;

3. Mendayagunakan Eksistensi UPTD KPH untuk memanfaatkan program Diklat teknis kehutanan dan penggunaan IPTEK.

b. Strategi Menanggulangi Kendala/Kelemahan Dengan

Memanfaatkan Peluang

1. Mengatasi UPTD yang kurang mencerminkan organisasi lapangan, dan kapasitas aparat kehutanan belum optimal, termasuk sarana operasional lapang sangat terbatas dengan memanfaatkan Komitmen kuat Pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH dan Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) serta program Pendidikan dan Pelatihan Teknis dari Kementerian Kahutanan

2. Memfasilitasi Peraturan Gubernur sebagai penjabaran Perda NTB yang mengatur sumbangan pihak ketiga dengan memanfaatkan peran pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pengelolaan berbasis KPH;

3. Mengurangi lahan kritis pada kawasan hutan yang dan Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan dengan memanfaatkan Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) dan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui partisipasi masyarakat .

4. Mengatasi ketersediaan data dan informasi dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK

73

c. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan/ Ancaman 1. Mendayagunakan Eksistensi Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan

Provinsi NTB, UPTD KPH Rinjani Barat dan status hukum kelembagaan/ kawasan serta Sarana dan prasarana kantor untuk mengatasi Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal serta meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam.

2. Mendayagunakan Potensi kawasan KPH Rinjani Barat didukung tersedianya Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang terkait dengan pengelolaan KPH untuk meningkatkan kesejahteraan Penduduk di dalam dan disekitar hutan yang masih miskin, dan memfasilitasi penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan dan meminimalisir berkurangnya sumber daya flora dan fauna.

d. Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi Tantangan/ Ancaman

1. Meningkatkan peran UPTD KPH dan kuantitas maupun kapasitas aparat kehutanan termasuk jagawana untuk mengendalikan Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal;

2. Mengendalikan isu konflik lahan dan lahan kritis dengan memfasilitasi pemanfaatan kawasan oleh masyarakat miskin sekitar kawasan hutan dan meningkatkan keragaman sumberdaya flora dan fauna.

3. Meningkatkan tanggung jawab dan dedikasi petugas lapangan yang belum optimal, sistem pengawasan dan pengendalian hutan yang belum efektif, rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam.

74 Tabel 3.2. Matriks analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

KEKUATAN :

1. Eksistensi Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan Provinsi NTB, serta UPTD KPH Rinjani Barat cukup jelas;

2. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan; 3. Sarana dan prasarana kantor cukup memadai;

4. Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang terkait dengan pengelolaan KPH;

5. Potensi kawasan KPH Rinjani Barat yang merupakan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya;.

KENDALA / KELEMAHAN :

1. Kelembagaan pengelola KPH, masih dalam bentuk UPTD kurang mencerminkan organisasi lapangan, karena dalam struktur organisasinya tidak ada (Resort/Mandor) yang secara langsung menyelenggarakan pengelolaan hutan di tingkat tapak/blok; 2. Jumlah dan Kualitas aparat kehutanan belum optimal dan belum

adanya Jagawana pada UPTD KPH, termasuk sarana operasional lapang sangat terbatas.

3. Belum adanya data/informasi potensi biofisik dan social, ekonomi serta budaya masyarakat.

4. Masih banyaknya kawasan hutan yang kondisinya sudah kritis; 5. Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan yang lebih

menonjol dibandingkan dengan potensi kawasan yang ada; 6. Belum adanya peraturan gubernur sebagai penjabaran Perda NTB

yang mengatur sumbangan pihak ketiga.

PELUANG :

1. Tersedianya kawasan hutan yang cukup; 2. Komitmen kuat Pemerintah pusat dan daerah

untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH;

3. Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) di tingkat lokal maupun internasional terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat;

4. Peluang investasi ke kawasan KPH baik Hutan Lindung maupun Hutan Produksi;

5. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu bangunan; 6. Adanya program Pendidikan dan Pelatihan

Teknis Kehutanan dari Kementerian Kahutanan;

7. Adanya program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui partisipasi masyarakat berupa HKm, HTR dan KBR;

8. Pesatnya perkembangan IPTEK

STRATEGI MEMAKAI KEKUATAN UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG.

1. Mendayagunakan UPTD KPH beserta prasarana dan sarana perkantoran yang cukup didukung status hukum kelembagaan dan kawasan untuk memanfaatkan adanya komitmen pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH dan dukungan internasional dan NGO untuk pembangunan hutan lestari.

2. Mendayagunakan Potensi kawasan KPH Rinjani Barat yang merupakan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya dan Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Peluang investasi dan memenuhi permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu bangunan;

3. Mendayagunakan Eksistensi UPTD KPH untuk memanfaatkan program Diklat teknis kehutanan dan penggunaan IPTEK.

STRATEGI MENANGGULANGI KENDALA/ KELEMAHAN DENGAN MEMANFAATKAN PELUANG

1. Mengatasi UPTD yang kurang mencerminkan organisasi lapangan, dan kapasitas aparat kehutanan belum optimal, termasuk sarana operasional lapang sangat terbatas dengan memanfaatkan Komitmen kuat Pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH dan Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) serta program Pendidikan dan Pelatihan Teknis dari Kementerian Kahutanan

2. Memfasilitasi Peraturan Gubernur sebagai penjabaran Perda NTB yang mengatur sumbangan pihak ketiga dengan memanfaatkan peran pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pengelolaan berbasis KPH;

3. Mengurangi lahan kritis pada kawasan hutan yang dan Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan dengan memanfaatkan Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) dan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui partisipasi masyarakat . 4. Mengatasi ketersediaan data dan informasi dengan memanfaatkan

75 FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL KEKUATAN :

1. Eksistensi Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan Provinsi NTB, serta UPTD KPH Rinjani Barat cukup jelas;

2. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan; 3. Sarana dan prasarana kantor cukup memadai;

4. Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang terkait dengan pengelolaan KPH;

5. Potensi kawasan KPH Rinjani Barat yang merupakan pengelolaan ekosistem berbasis masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya;.

KENDALA / KELEMAHAN :

1. Kelembagaan pengelola KPH, masih dalam bentuk UPTD kurang mencerminkan organisasi lapangan, karena dalam struktur organisasinya tidak ada (Resort/Mandor) yang secara langsung menyelenggarakan pengelolaan hutan di tingkat tapak/blok; 2. Jumlah dan Kualitas aparat kehutanan belum optimal dan belum

adanya Jagawana pada UPTD KPH, termasuk sarana operasional lapang sangat terbatas.

3. Belum adanya data/informasi potensi biofisik dan social, ekonomi serta budaya masyarakat.

4. Masih banyaknya kawasan hutan yang kondisinya sudah kritis; 5. Isu permasalahan dan konflik di dalam kawasan yang lebih

menonjol dibandingkan dengan potensi kawasan yang ada; 6. Belum adanya peraturan gubernur sebagai penjabaran Perda NTB

yang mengatur sumbangan pihak ketiga.

TANTANGAN / ANCAMAN :

1. Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal. 2. Penduduk di dalam dan disekitar hutan yang

masih miskin.

3. Berkurangnya sumber daya flora dan fauna. 4. Meningkatnya jumlah penduduk yang

memanfaatkan kawasan hutan

5. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam.

STRATEGI MEMAKAI KEKUATAN UNTUK MENGATASI TANTANGAN/ ANCAMAN

1. Mendayagunakan Eksistensi Pemerintah Daerah, Dinas Kehutanan Provinsi NTB, UPTD KPH Rinjani Barat dan status hukum kelembagaan/kawasan serta Sarana dan prasarana kantor untuk mengatasi Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal serta meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam.

2. Mendayagunakan Potensi kawasan KPH Rinjani Barat didukung tersedianya Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang terkait dengan pengelolaan KPH untuk meningkatkan kesejahteraan Penduduk di dalam dan disekitar hutan yang masih miskin, dan memfasilitasi penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan dan meminimalisir berkurangnya sumber daya flora dan fauna.

STRATEGI MEMPERKECIL KELEMAHAN DAN MENGATASI TANTANGAN/ ANCAMAN

1 Meningkatkan peran UPTD KPH dan kuantitas dan kapasitas aparat kehutanan termasuk jagawana untuk mengendalikan Pencurian dan perdagangan hasil hutan illegal.

2 Mengendalikan isu konflik lahan dan lahan kritis dengan memfasilitasi pemanfaatan kawasan oleh masyarakat miskin sekitar kawasan hutan dan meningkatkan keragaman sumberdaya flora dan fauna.

3 Meningkatkan tanggung jawab dan dedikasi petugas lapangan yang belum optimal, sistem pengawasan dan pengendalian hutan yang belum efektif, rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam.

76