• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (1). Potensi Sumber Daya Air

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bab 2.1.1, bahwa kawasan hutan pada wilayah KPHL Rinjani Barat merupakan hulu dari potensi sumber daya air yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di 4 wilayah Kabupaten/Kota, meliputi Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Tengah. Potensi sumber daya air tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air minum, irigasi/pengairan sawah, bendungan/Dam, pembangkit listrik mikro hydro, dan kebutuhan lainnya. Gambaran jenis penggunaan sumberdaya air tiap Resort pada KPHL Rinjani Barat disajikan pada Tabel 2.26.

68 Tabel 2.26. Jenis penggunaan sumber daya air tiap Resort pada KPHL Rinjani Barat

No Resort /Jenis Penggunaan Pengguna Keterangan

1. SESAOT

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Narmada dan Kec. Lingsar b. Sumber Air PDAM 2 Kab/Kota Kota Mataram & Kab Lombok Barat

c. Irigasi Teknis 3 Kab/Kota Kota Mataram, Kab Lombok Barat & Kab. Lombok Tengah d. Bendungan/Dam 4 unit Embung Aik Nyet & Gn Jahe, Dam Batujai & Dam Pengga. e. PLTMH (0,5-1 MW) 2 unit PLTMH Sedau & Renc PLTMH Sesaot

f. Kolam Ikan 3 Kab/Kota Kota Mataram, Kab Lombok Barat & Kab. Lombok Tengah

2. JANGKOK

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Narmada dan Kec. Lingsar b. Sumber air PDAM 2 Kab/Kota Kota Mataram & Kab Lombok Barat

c. Irigasi Teknis 2 Kab/Kota Kota Mataram & Kab Lombok Barat d. PLTMH (0,5-1 MW) 1 unit PLTMH Tirtadaya di Buwun Sejati e. Kolam Ikan 2 Kab/Kota Kota Mataram & Kab Lombok Barat

3. MENINTING

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Lingsar & Kec.Gunungsari b. Sumber air PDAM 2 Kab/Kota Kota Mataram & Kab Lombok Barat

c. Irigasi Teknis 2 Kec Kec Lingsar & Kec. Gunungsari d. Kolam Ikan 2 Kec Kec Lingsar & Kec. Gunungsari

4. MALIMBU

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Batu Layar & Kec.Pemenang b. Irigasi non Teknis 1 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Pemenang

5. TANJUNG

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Tanjung dan Kec. Gangga b. Sumber air PDAM 3 Kec Kec. Tanjung, Kec. Gangga & Kec Pemenang

c. Irigasi Teknis 2 Kec Kec. Tanjung dan Kec. Gangga d. PLTMH (1-5 MW) 1 unit PLTMH Segara 2

e. Kolam Ikan 2 Kec Kec. Tanjung dan Kec. Gangga

6. MONGGAL

a. Air minum, dan MCK 1 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Gangga b. PAM BUMDES 1 Kec Kec. Gangga

c. Irigasi Teknis 1 Kec Kec. Gangga d. PLTMH (1-5 MW) 1 unit PLTMH Segara 1

7. SANTONG SIDUTAN

69

No Resort /Jenis Penggunaan Pengguna Keterangan

b. Sumber air PDAM 1 Kec Kec. Kayangan

c. Irigasi Teknis 2 Kec Kec.Gangga & Kec. Kayangan d. PLTMH (1-5 MW) 2 unit PT. PLN & Perusahaan swasta e. Kolam Ikan 1 Kec Kec. Kayangan

8. SENARU PUTIK

a. Air minum, dan MCK 2 Kec Dusun/desa sekitar hutan Kec. Bayan b. Sumber air PDAM 1 Kec Kec. Bayan

c. Irigasi Teknis 1 Kec Kec. Bayan

Sumber: hasil survey Sosekbud KPHL Rinjani Barat (2011 dan 2013)

(2). Potensi Karbon

Berdasarkan hasil survey Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (2012), diketahui bahwa komponen ekosistem bagian atas permukaan tanah yang berupa tumbuhan hidup memiliki kontribusi paling besar dalam stok karbon sebuah ekosistem di KPHL Rinjani Barat (hampir 98% total stok karbon yang ada di atas tanah berupa vegetasi hidup bagian di atas tanah). Potensi stok karbon yang dimiliki di masing-masing tipe vegetasi beragam, yaitu rata-rata di hutan alam sekunder (156,48 ton/ha), hutan mahoni (210,41 ton/ha), agroforestri campuran (102,47 ton/ha), coklat-dadap (28,07 ton/ha) dan semak belukar (2,27 ton/ha). Dalam survey/penelitian tersebut belum menganalisis komponen ekosistem tanah sebagai bagian dari komponen stok karbon hutan.

Sedangkan hasil survey stok karbon KPHL Rinjani Barat bekerjasama dengan Korea Forest Research Institute (KFRI), Prodi Kehutanan Unram dan PT. Hijau Artha Nusa (2013), dilakukan dengan menganalisis seluruh komponen ekosistem (termasuk komponen tanah) terhadap 45 petak sampel permanen (PSP) dari berbagai type hutan. Hasil analisis diketahui bahwa komponen ekosistem tanah memberikan kontribusi paling besar dalam stok karbon ekosistem hutan di KPHL Rinjani Barat. Potensi stok karbon yang dimiliki di masing-masing tipe hutan, yaitu rata-rata hutan primer rata-rata 206,6 ton/ha, hutan sekunder rata-rata 180,1 ton/ha dan semak belukar rata-rata 75,3 ton/ha. Gambaran rata-rata potensi karbon setiap komponen menurut type hutan pada KPHL Rinjani Barat disajikan pada Tabel 2.27.

70 Tabel 2.27. Rata-rata Stok Karbon setiap Komponen Ekosistem Menurut Type Hutan

pada KPHL Rinjani Barat

No Land use

(Forest type)

Rata-rata Stok Karbon Komponen Ekosistem (Ton/Ha)

Above-ground ground Below- wood Dead Litter Soil Total

1. Hutan Primer 109,9 29,7 18,3 1,7 47,0 206,6 2. Hutan Sekunder 97,8 26,4 21,4 1,8 32,8 180,1 3. Semak belukar 26,5 7,2 16,7 1,6 23,4 75,3

Sumber: hasil survey KPHL Rinjani Barat, KFRI, Prodi Kehutanan Unram & PT.HAN (2013)

Memperhatikan Tabel 2.27 di atas, diketahui bahwa hasil analisis Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi tersebut pada prinsipnya hampir sama dan sejalan dengan hasil survey yang dilaksanakan KPHL Rinjani Barat dengan Korea Forest Research Institute, Prodi Kehutanan Unram dan PT. Hijau Artha Nusa, apabila komponen ekosistem tanah dimasukan sebagai bagian dari komponen potensi stok karbon hutan.

Disamping itu KFRI (2012-2013), telah melakukan analisis terhadap perubahan stok karbon hutan pada KPHL Rinjani Barat pada periode tahun 1990-2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi stok karbon hutan pada KPHL Rinjani Barat tahun 1990-2010 cenderung terus menurun. Penurunan stok karbon yang cukup signifikan terjadi pada hutan primer untuk periode tahun 1990-1995, dan sebaliknya terjadi peningkatan stok karbon pada hutan sekunder.

Kondisi tersebut disebabkan karena pada tahun 1990-1995 antara lain; (a). mulai beroperasinya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Angkawijaya Raya Timber pada kawasan hutan alam primer, yang terletak pada kawasan hutan produksi terbatas di sekitar Dusun Monggal, Desa Genggelang, Kabupaten Lombok Utara, dan (b). terdapat ijin pemanfaatan kayu tumbang yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Tk.I NTB pada kawasan hutan lindung yang terletak sekitar Desa Sesaot Kabupaten Lombok Barat.

Aktivitas HPH tersebut mulai berkurang sejak tahun1996, karena mendapat penolakan dan tuntutan penghentian dari masyarakat setempat dan berbagai pihak terkait. Tuntutan dan aksi masyarakat tersebut kurang direspon khususnya Institusi

71 Kehutanan, sehingga pada tahun 1998 aksi tersebut semakin berkembang dan masif, dan puncaknya pada tahun 1999 terjadi aksi masa yang anarkis dengan membakar camp dan sarana prasarana HPH. Akan tetapi sejak HPH menghentikan operasinya (tahun 1999), masyarakat berbondong-bondong masuk kawasan eks HPH dan melakukan ilegal loging, perambahan hutan dan perladangan.

Demikian halnya terjadi pada kasus pemanfaatan kayu tumbang di kawasan hutan lindung Sesaot, karena lemahnya pengawasan dan adanya kecerobohan oknum petugas kehutanan yang melakukan penebangan tegakan pohon berdiri/sehat, sehingga terjadi penebangan besar-besaran oleh masyarakat disekitarnya. Kegiatan ilegal loging tersebut terus berlangsung dan tidak terkendali, sehingga terjadi kerusakan kawasan hutan yang diperkirakan mencapai luas ± 3.600 Ha, selanjutnya areal tersebut saat ini diistilahkan sebagai areal HKm non program. Gambaran perubahan stok karbon hutan pada KPHL Rinjani Barat periode tahun 1990-2010, seperti disajikan pada Tabel 2.28.

Tabel 2.28. Perubahan Stok Karbon pada KPHL Rinjani Barat Tahun 1990-2010 No Land Use

(Forest type)

Perubahan stok karbon (Ton)

1990 1995 2000 2005 2010

1. Hutan Primer 4.729.293 3.410.533 3.396.134 3.264.790 3.258.283 2. Hutan Sekunder 2.876.710 3.901.202 3.207.150 2.874.188 2.865.235 3. Semak belukar 16.436 33.334 274.326 459.426 395.068 Total 7.622.444 7.345.068 6.877.510 6.598.405 6.518.585

Sumber: KFRI (2012 & 2013)

Upaya yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan stok karbon hutan tersebut, antara lain melalui peningkatan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan, patroli pengamanan hutan, pengendalian kebakaran hutan, pengendalian perladangan liar, pengembangan tanaman MPTS, membatasi eksploitasi hasil hutan kayu, dan upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat/KTH sekitar hutan.

(3). Potensi Wisata Alam

Panorama alam di kawasan KPHL Rinjani Barat didominasi deretan pegunungan dan perbukitan, dengan hamparan lanscape kawasan yang bervariasi, yang dihiasi

72 panorama air terjun dan ngarai, serta pemandangan menuju lembah berupa persawahan di bagian selatan, dan pemandangan pantai di bagian barat dan bagian utara. Gambaran potensi alam yang dapat dikembangkan untuk tujuan wisata tiap Resort pada KPHL Rinjani Barat seperti disajikan pada Tabel 2.29.

Tabel 2.29. Potensi Wisata Alam Tiap Resort pada KPHL Rinjani Barat

No Resort /Jenis Potensi Alam Lokasi Potensi Pengembangan

1. SESAOT

a. Panorama hutan, sungai

& sawah Buwun Sejati & Batu Asah Arung jeram, outbond, atraksi wisata & agrowisata lain. b. Pemandian alam sumber

mata air Aiknyet-Sesaot Penataan pemandian tradisionil, outbond, camping ground, kuliner, atraksi wisata, cidera mata dan agrowisata lain

c. Embung Aiknyet-Sesaot Kolam pancing, atraksi wisata, outbond & agrowisata

2. JANGKOK

a. Air Terjun Timponan, Tiu & Eyat

Kembar Outbond, jalur tracking, atraksi, rumah pohon, kolam renang tradionil, atraksi budaya, kuliner, cideramata dan agrowisata lain

c. Ngarai Tebing Batu

Susun Tetebatu-Praba Jalur tracking, tempat pemantauan panorama, atraksi wisata, outbond, tempat ritual & agrowisata lain

3. MENINTING

a. Puncak bukit, panorama laut dan Kera Abu

Pusuk Pas-Pusuk Lestari

Tempat pemantauan panorama, rest area, jalur tracking, outbond, kuliner, atraksi wisata, cideramata & agrowisata lain.

b. Air Terjun Tibu Ijau & Trenggilis Pemandian tradisionil, outbond, atraksi wisata, kuliner, cidera mata dan agrowisata lain

4. MALIMBU

a. Puncak bukit, panorama

laut dan pantai 1. Bukit Batu Bolong 2. Bukit Senggigi 3. Bukit Kerandangan 4. Bukit Mangsit 5. Bukit Stanggi 6. Bukit Klui 7. Bukit Malimbu 8. Bukit Nipah 9. Bukit Pandanan

Kereta gantung, jalur tracking, penginapan tradisionil, rumah pohon, paralayang, pemantauan panorama, outbond, playing fox, atraksi wisata, atraksi budaya, cideramata, kuliner & agrowisata lain.

5. TANJUNG

a. Panorama hutan, sungai

& sawah Jenggala Arung jeram, outbond, penginapan tradisionil, atraksi wisata, rumah pohon & agrowisata lain. b. Bendungan PLTMH Segara 1-2 Kolam pancing ikan, penginapan tradisionil, rumah

73

No Resort /Jenis Potensi Alam Lokasi Potensi Pengembangan

6. MONGGAL

a. Panorama sawah & Air

Terjun Kerta Gangga Pemandian tradisionil, outbond, penginapan tradisionil, rumah pohon, atraksi wisata dan agrowisata lain b. Hutan Adat Bebeke & Mejet Ritual adat, atraksi budaya, outbond & atraksi wisata.

7. SANTONG SIDUTAN

a. Air Terjun Tiu Teja & Sekeper Pemandian tradisionil, jalur tracking Rinjani, outbond, penginapan tradisionil, rumah pohon, atraksi wisata dan agrowisata lain

b. Bendungan PLTMH Santong 1-2 Kolam pancing ikan, rumah pohon, outbond & atraksi wisata.

8. SENARU PUTIK

a. Hutan Adat Semokan Ritual adat, atraksi budaya & outbond. b. Kampung Adat Senaru Ritual adat & atraksi budaya.

c. Hutan Pendidikan Senaru Atraksi berbagai model pengelolaan hutan lestari d. Air Terjun Sindanggila & Tiu Kelep Pemandian tradisionil, jalur tracking Rinjani, outbond,

penginapan tradisionil, rumah pohon & atraksi wisata e. Panorama hutan, bukit

dan laut Sambi Elen Jalur tracking Rinjani, tempat pemantauan panorama, rest area & penginapan tradisionil

Sumber: hasil berbagai survey KPHL Rinjani Barat (2011, 2012 dan 2013)

2.3.4. Keanekaragaman Flora dan Fauna