• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor manusia

Dalam dokumen k7KqcIv6saiH8Ifu prosiding forum iptekin 2015 (Halaman 152-156)

Aplikasi teknologi biogas skala kecil memerlukan aktivitas manusia untuk melakukan operasional sistem biogas, terutama terkait pengumpanan bahan baku dan perawatan sistem. Pengumpanan bahan baku perlu dilakuakn sesuai jadwal sesuai dengan kisaran jumlah yang telah ditetapkan sehingga memenuhi waktu tinggal yang cukup untuk degradasi substrat dan pertumbuhan mikroba-mikroba anaerobik. Dalam hal ini peran dan komitment pengguna teknologi sebagai tenaga operasional sangat mempengaruhi keberhasilan operasional sistem biogas. Operasional digester pada peternakan skala kecil dapat diserahkan kepada peternak sebagai bagian kegiatan harian peternakan dalam mengurus hewan ternak. Namun, komitment yang kurang dari peternak menyebabkan kegiatan operasional digester biogas tidak dilakukan secara rutin dan menyebabkan kegagalan operasional teknologi biogas. Bila umpan bahan baku tidak dilakukan secara rutin, suplai makanan bagi mikroba-mikroba di dalam digester akan terhenti, yang menyebabkan mikroba-mikroba tersebut tidak dapat melakukan aktivitas metabolisme untuk pertumbuhan dan mempertahankan diri. Suplai bahan baku yang terhenti dalam waktu lama dapat menyebabkan mikroba-mikroba anaerobik di dalam digester mengalami kematian, dan selanjutnya menghentikan proses produksi biogas. Dalam operasional di lapangan sering kali digester biogas yang sudah diinstal mangkrak karena tidak digunakan. Hal ini disebabkan karena kurangnya komitment pengguna untuk menjaga instalasi teknologi yang telah dilakukan, sehingga tidak mampu melakukan kegiatan operasional digester secara rutin sehingga mengganggu proses metabolisme dan pertumbuhan bakteri-bakteri anaerobik di dalam digester. Kurangnya komitment ini dapat disebabkan karena kurangnya rasa kepemilikan dan kepentingan pengguna teknologi terhadap instalasi dan produk teknologi biogas yang ditawarkan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, dapat diketahui bahwa keberhasilan teknologi biogas sangat dipengaruhi oleh komitment dan kepentingan pengguna teknologi. Masalah-masalah teknologi dalam aplikasi sistem biogas dapat terjadi karena operasional sistem biogas tidak dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah untuk menumbuhkan komitment dan semangat peternak untuk menjalankan teknologi secara baik. Sangat penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan peternak terhadap bantuan teknologi yang diberikan. Agar keberlanjutan teknologi dapat terjamin diperlukan management operasional dan perawatan secara baik1.

Memberikan pelatihan kepada calon pengguna teknologi, adanya cost sharing, keberadaan tokoh masyarakat dan pengaturan skala produksi merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan komitment pelaku teknologi khususnya peternak, pada pembuatan biogas dari kotoran sapi. Sasaran pengguna juga perlu ditentukan dengan baik, dimana pengguna sebagai objek pengguna teknologi benar-benar memerlukan teknologi yang akan diinstal.

Pelatihan teknologi, Konsultasi, dan

Monitoring

Agar peternak dapat mengoperasikan sistem biogas dengan baik, diperlukan untuk memahami dasar-dasar teknologi biogas sehingga pembentukan biogas dapat terjadi.Selain itu pengetahuan teknik operasional sistem biogas sangat penting dipahami sehingga tidak terjadi kesalahan pada operasional sistem biogas di lapangan. Dasar-dasar pengetahuan tersebut dapat ditransfer ke calon pengguna (peternak) melalui pelatihan teknologi biogas dan aplikasinya, sehingga mendukung kegiatan harian operasional sistem biogas oleh peternak. Pelatihan teknologi sebaiknya dilakukan setelah instalasi teknologi sehingga pengguna dapat belajar sambil mempraktikkannya di lapangan, dan dapat diketahui pemahaman pengguna terhadap teknologi. Berdasarkan pengalaman bila pelatihan dilakukan sebelum instalasi, peluang teknologi mangkrak di lokasi menjadi lebih besar baik2.

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang dilakukan penting juga dijaga komunikasi yang baik antara peneliti dan pengguna teknologi, sehingga

1 Pemaparan Ir. Adi Santoso, M. Sc. pada Rapat

Penjajakan Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

2 Pemaparan Aep Saepudin, M. T. pada Rapat Penjajakan

Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian

139

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

ketika ditemui kendala di lapangan oleh pengguna, pengguna teknologi tersebut dapat menghubungi peneliti3 untuk mendapatkan saran-saran

operasional, perawatan, maupun perbaikan. Bila masalah serius terjadi dan tidak dapat diselesaikan oleh pengguna secara mandiri, peneliti dapat menengok lokasi dan melakukan langkah-langkah perbaikan, sehingga gangguan operasional dapat diatasi sedini mungkin.

Selain itu, pengawasan keberlangsungan sistem setidaknya masih perlu dilakukan selama 1 tahun, oleh karena itu perlu perencanaan kegiatan oleh peneliti untuk melakukan monitoring di lapangan dan memastikan sistem masih berfungsi dan dioperasikan dengan baik4.

Cost sharing

Instalasi sistem biogas yang diberikan secara cuma-cuma menyebabkan kurang adanya rasa kepemilikan dari pengguna, karena dapat diperoleh begitu saja tanpa mengeluarkan biaya. Hal ini berakibat pada keengganan pengguna melakukan perawatan. Oleh karena itu instalasi biogas secara cost sharing5,6dimungkinkan dapat menimbulkan

kepemilikan pengguna terhadap instalasi teknologi dan selanjutnya berdampak pada kemauan dan komitment untuk merawat instalasi yang diberikan. Adanya cost sharing juga menunjukkan bahwa calon pengguna membutuhkan teknologi yang akan diinstal. Sistem cost sharing ini tidak berarti peternak mengeluarkan biaya yang sangat besar dari instalasi, namun bantuan dana dalam jumlah kecil dimungkinkan menyebabkan pengguna merasa sayang bila instalasi tidak beroperasi dan tidak memberikan manfaat.

Keberadaan tokoh masyarakat

Agar pengelolaan teknologi dapat dilakukan dengan baik, diperlukan peran tokoh masyarakat yang dapat menggerakkan dan menjaga semangat

3 Pemaparan Aep Saepudin, M. T. pada Rapat Penjajakan

Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian

Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

4 Pemaparan Aep Saepudin, M. T. pada Rapat Penjajakan

Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian

Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

5 Wawancara dengan HB Henky Sutanto (IkAI-BPPT),

pada pada 2nd ASEAN-SCSER (SCNCER) Seminar Workshop "Capacity Building on Landfill Gas Utilization in ASEAN", 6 Maret 2013 di Hotel Ciputra, Jakarta

6 Pemaparan Ir. Adi Santoso, M. Sc. pada Rapat

Penjajakan Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

peternak 7. Semangat pelaku lapangan harus besar

sehingga operasional sistem dapat berjalan tanpa kendala yang berarti.

Pengaturan skala produksi dan kemantapan teknologi

Keterikatan pengguna terhadap teknologi yang ditawarkan dimungkinkan bergantung terhadap tawaran kegunaan (nilai guna) dari teknologi tersebut. Bila skala produksi terlalu kecil, biogas yang dihasilkan akan sedikit sehingga tidak dapat membantu pengguna dengan signifikan. Akibatnya kebutuhan (kebergantungan) pengguna terhadap teknologi sangat rendah. Skala produksi perlu dibuat cukup besar sehingga dapat menjamin pasokan biogas baik untuk memasak ataupun untuk pembangkit listrik, sehingga meningkatkan nilai tawar teknologi yang akan diinstal.Di sisi lain kemantapan teknologi juga merupakan faktor penting yang memperkuat ketrikatan pengguna terhadap instalasi teknologi. Teknologi yang sudah mantap menyebabkan tidak ada hambatan berarti dalam operasional sistem sehingga pengguna teknologi nyaman dalam memanfaatkan teknologi yang ditawarkan.

Menentukan sasaran yang tepat

Kebutuhan pengguna akan teknologi yang diberikan merupakan faktor penting yang menentukan komitment dan kesungguhan dalam operasional dan perawatan sistem biogas. Dipandang penting untuk memahami karakter pengguna teknologi 8. Masyarakat transmigran di

luar jawa seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber energi, sehingga kebutuhan mereka terhadap teknologi yang ditawarkan lebih besar, dan selanjutnya mempengaruhi komitment dalam perawatan dan operasional sistem. Keberhasilan aplikasi teknologi di luar jawa lebih baik dari pada di Pulau Jawa karena kebutuhan listrik yang lebih besar 9. Suplai listrik dari PLN

masih terhambat. Bila masyarakat sangat membutuhkan instalasi dari pemerintah dapat dijadikan contoh yang dapat dikembangkan sendiri oleh pengguna. Pemasangan instalasi juga sering dibantu oleh masyarakat. Di Pulau Jawa akses listrik

7 Pemaparan Ir. Tri Admono, M. T. pada Rapat

Penjajakan Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

8 Pemaparan Ir. Tri Admono, M. T. pada Rapat

Penjajakan Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

9 Pemaparan Aep Saepudin, M. T. pada Rapat Penjajakan

Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian

140

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

sudah sangat mudah sehingga semangat masyarakat terhadap tawaran teknologi menjadi rendah sehingga instalasi sering mangkrak di lapangan 10.

Calon pengguna juga sebaiknya dipilih dari kalangan peternak yang memiliki jumlah ternak peliharaan yang cukup banyak, sehingga telah memiliki bahan baku yang memadahi, dan telah terbiasa melakukan perawatan ternak dan mengelola limbahnya. Pemberian hewan ternak kepada pengguna yang tidak memiliki pengalaman sebagai peternak dimungkinkan memanjakan peternak, dan menyebabkan kegagalan bantuan instalasi yang diberikan.

Penawaran Keuntungan Ekonomi

Investasi sistem biogas dimungkinkan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan nilai parameter-parameter berupa IRR, PI, ARR, dan PP (periode pengembalian investasi) berturut-turut sebesar 18,6%-32,3%, 1,5-2,2, 15,4%-29,4%, and 3,3-5,1 tahun (Wresta et al., 2015). Bila sebagian investasi sistem adalah bantuan dari pemerintah atau dari program CSR maka nilai investasi yang dikeluarkan peternak (pengguna teknologi) relatif sedikit, dan pengguna dapat memperoleh keuntungan dengan periode pengembalian investasi yang lebih singkat.

KESIMPULAN

Agar keberlangsungan teknologi biogas dapat berjalan dengan baik diperlukan kesediaan mikroba, suplai substrat secara terus menerus, dan lingkungan tumbuh yang sesuai untuk mikroba-mikroba anaerobik. Ketiga hal tersebut dapat tercapai melalui komitment pengguna/peternak untuk melakukan operasional pengumpanan bahan baku dan perawatan sistem. Untuk menumbuhkan komitment dan rasa kepemilikan (kepentingan) peternak dapat dilakukan melalui langkah-langkah pelatihan, cost sharing, keberadaan tokoh masyarakat, kemantapan teknologi dan pengaturan skala produksi, penentuan sasaran yang tepat, dan penawaran keuntungan ekonomi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Aep Saepudin, M.T. dan seluruh tim peneliti biogas Puslit Telimek LIPI atas dukungannya terhadap publikasi makalah ini.

10 Pemaparan Aep Saepudin, M. T. pada Rapat

Penjajakan Kerjasama Puslit Telimek dan Kementerian Transmigrasi, 19 November 2014 di Puslit Telimek LIPI

DAFTAR PUSTAKA

Gunnerson, C. G., Stuckey, D. C., 1986, ”Integrated

Resuorces Recovery Anaerobic Digestion Principles and Practices for Biogas Sistem”,

World Bank Technical Paper Number 49, Washington DC.

Fulford, D., 1988, ”Running A Biogas Programme:

A Handbook”, ITDG Pubblishing, London.

LIPI (2014). Project Proposal Basic Technology Adoption Training for Young Grass Root Leaders in Remote Area: Seaweeds Biogas Power System in Lombok Island Indonesia. Wresta, A., Saepudin, A., Andriani, D. 2015. Kajian

Awal Instalasi Pembangkit Listrik Biogas Berbahan Baku Tinja Manusia dari WC Komunal di Pondok Pesantren Salafiyah

Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Seminar Sinergi Pangan, Pakan, dan Energi Terbarukan, Yogyakarta, 2014.

Wresta, A. and Budhijanto, W., 2012. The Effect of the Addition of Active Digester Effluent for Start-Up Accelerator in Anaerobic Digestion of Soybean Curd Industry Waste Water (Basic Research for Biogas Power Generation)," Journal of Mechatronics, Electrical Power & Vehicular Technology, vol. 03, pp. 81-86.

Prawara, B., Saepudin, A., Andriani, D., Sudibyo, H., Wresta, A., Santosa, A., Sumarna, Y., S. 2015. Final Project Report, Basic Technology Adoption Training for Young Grass Root Leaders in Remote Area: Biogas Power System in West Java Indonesia. Puslit Telimek LIPI-WAITRO-ISESCO. Puslit Telimek LIPI Bandung.

Puslit Telimak LIPI 2014. Instalasi Sistem Biogas dari WC Komunal Pondok Pesantren

Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo

untuk Menghasilkan Daya Listrik 10 kW. Proposal Kegiatan Tahun Anggaran 2015, Puslit Telimek LIPI Bandung.

Priadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Diktat Untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gerardi, M. H., 2003, ”The Microbiology of Anaerobic Digesters”, 1st ed., p. 89, John

Wiley and Sons, Inc., New Jersey.

Damayanti, S. I. 2010. Pemanfaatan Stillage Menjadi Biogas Melalui Proses Co-digestion Stillage dan Kotoran Sapi. Tesis, Program

141

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

Studi Teknik Kimia, Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Teknik, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Deublin, D., Steinhauser, A. 2008. Biogas from

Waste and Renewable Resources. WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. KgaA, Weinheim.

Shuler, M. L., Kargi, F. 2002. Bioprocess Engineering. 2st ed., pp. 499, 500, Prentice Hall PTR, Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Rittmann, B. E., McCarty, P. L. (2001).

Environmental Biotechnology: Principles and

Applications. pp. 569-600, McGraw-Hill Higher Education, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Wresta, A., Andriani, D., Saepudin, A., Sudibyo, H. 2015. Economic Analysis of Cow Manure Biogas as Energy Source for Electricity Power Generation in Small Scale Ranch. Energy Procedia, Vol 68, April 2015, Pages 122–131.

Dalam dokumen k7KqcIv6saiH8Ifu prosiding forum iptekin 2015 (Halaman 152-156)

Dokumen terkait