• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP

Mapping Of Innovation Network In Pekalongan City

KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP

2.1. Sistem Inovasi

Perlu dijelaskan bahwa dalam pengertian sistem inovasi ada dua kata yang terkait dan sering ditemukan salah pengertian yaitu invensi dan inovasi, oleh karena itu sebelum menjelaskan sistem

inovasi kita telusuri terlebih dahulu pengertian kedua kata tersebut. Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 2)

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 3). Jadi suatu ide yang bagus dalam pikiran akan mengalir ke luar menjadi suatu temuan (hasil) melalui invensi (proses) yang biasanya muncul sebagai suatu solusi dari suatu masalah teknis. Dengan kata lain Invensi pada hakekatnya hanya merupakan langkah awal dalam suatu proses panjang untuk membawa suatu ide bagus menjadi penggunaan yang luas dan efektif.

Walaupun definisi inovasi bervariasi, namun pada prinsipnya semuanya menekankan pada proses untuk pengembangan dan eksploitasi aspek-aspek dari pengetahuan baru hingga dapat digunakan dalam praktek. Inovasi yang berasal dari kata Latin innovare yang berarti “untuk membuat sesuatu yang baru”, dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk merubah kesempatan menjadi ide-ide baru dan menjadikannya dapat digunakan dalam praktek secara luas. Dari definisi ini dapat dipertegas bahwa inovasi lebih dari sekedar mendapatkan ide-ide bagus, namun merupakan proses untuk mengembangkan ide-ide tersebut menjadi penggunaan dalam praktek. Invensi pada hakekatnya hanya merupakan langkah awal dalam suatu proses panjang untuk membawa suatu ide bagus menjadi penggunaan yang luas dan efektif (Subroto, MA, 2008).

Inovasi walaupun banyak persamaan maknanya, namun beberapa pihak mendefinisikan istilah inovasi secara berbeda. Sebagai gambaran, berikut adalah beberapa contoh pengertian inovasi:

“The commercial or industrial application of something new a new product, process, or method of production; a new market or source of supply; a new form of commercial, business or financial organization” (Joseph Schumpeter, 1934, dalam “The Theory of Economic Development”);

“Innovation is simply the introduction of something new into the marketplace” (Stopper,

2002);

“...innovation is about putting ideas to work. It is a process by which firms, industry and governments add value through successful exploitation of a new idea for the benefit of a part or whole of business, industry or the nation. It spans a range of ideas-based improvement

85

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

processes, including technological change, and improvements in organisational, financial and commercial activities.” (DISR, 1999: Shaping Australia’s Future: Innovation - Framework Paper).

Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).

Inovasi adalah “Proses” dan/atau “hasil”

pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan (memperbaiki) produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai (terutama ekonomi dan sosial) yang berarti (signifikan).

Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial tetapi harus merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem. Sistem inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik) serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inti dari sistem inovasi adalah jaringan atau network.

Memperhatikan beberapa definisi dan uraian dalam berbagai literatur tentang sistem inovasi serta untuk memberikan suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai landasan bersama dalam mewujudkan sistem inovasi nasional ke depan, disampaikan suatu pengertian dasar sistem inovasi adalah suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang memepengaruhi arah perkembangan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik terbaik) serta proses pembelajaran.

Beberapa definisi yang berkembang tentang sistem inovasi dari beragam sudut pandang.

a)Freeman (1987): sistem inovasi adalah jaringan lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya memprakarsai, mengimpor (mendatangkan), memodifikasi dan mendifusikan teknologi-teknologi baru.

b)Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan elemen dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam menghasilkan, mendifusikan dan menggunakan pengetahuan yang baru dan bermanfaat secara ekonomi . . . . suatu sistem nasional yang mencakup elemen-elemen dan hubungan hubungan bertempat atau berakar di dalam suatu batas negara. Pada bagian lain ia juga

menyampaikan bahwa sistem inovasi merupakan suatu sistem sosial di mana pembelajaran (learning), pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi (exploring) merupakan aktivitas sentral, yang melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif melalui pengingatan (remembering).

c)Nelson dan Rosenberg (1993): Sistem inovasi merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama memainkan peran penting dalam mempengaruhi kinerja inovatif (innovative performance).

d)Metcalfe (1995): Sistem inovasi merupakan sistem yang menghimpun institusi-institusi berbeda yang berkontribusi, secara bersama maupun individu, dalam pengembangan dan difusi teknologi-teknologi baru dan menyediakan kerangka kerja (framework) di mana pemerintah membentuk dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan untuk mempengaruhi proses inovasi. Dengan demikian, sistem inovasi merupakan suatu sistem dari lembaga-lembaga yang saling berkaitan untuk menciptakan, menyimpan, dan mengalihkan (mentransfer) pengetahuan, keterampilan dan artifacts yang menentukan teknologi baru.

e)OECD (1999): sistem inovasi merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara yang mempengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi.

f) Edquist (2001): Sistem inovasi merupakan keseluruhan faktor ekonomi, sosial, politik, organisasional dan faktor lainnya yang mempengaruhi pengembangan, difusi dan penggunaan inovasi. Jadi, sistem inovasi pada dasarnya menyangkut determinan dari inovasi.

g)Arnold, et al. (2001) dan Arnold, et al.

(2003) menggunakan istilah ”sistem riset dan inovasi nasional” (national research and innovation system), yaitu keseluruhan aktor dan aktivitas dalam ekonomi yang diperlukan bagi terjadinya inovasi industri dan komersial dan membawa kepada pembangunan ekonomi.

Dari beragam uraian definisi tersebut dan perkembangan dalam literatur sistem inovasi, secara

“konsep” sejauh ini pada dasarnya ada beberapa hal penting yang “lekat (inherent)” dalam pengertian

sistem inovasi.

Kata “sistem” dalam istilah sistem inovasi

menunjukkan cara pandang yang secara sadar memperlakukan suatu kesatuan menyeluruh

(holistik) dalam konteks “inovasi dan difusi.”

Dalam literatur sistem inovasi, konvensi yang

umum tentang pengertian istilah “sistem inovasi” pada dasarnya lebih luas dari (mencakup) ”sistem iptek” (dan bagian dari sistem relevan lainnya).

86

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015 Istilah “sistem inovasi” juga meliputi konteks

“inovasi dan difusinya.”

Walaupun ada yang menggunakan istilah

“sistem riset dan inovasi”/research and innovation system (lihat misalnya Arnold, et al. 2001), namun

istilah “sistem inovasi dan difusi” tidak lajim digunakan. Terdapat 5 (lima) tekanan perhatian yang umumnya diberikan pada bahasan tentang sistem inovasi dalam literatur, yaitu:

1.Basis sistem sebagai tumpuan bagi proses inovasi beserta difusi inovasi. Hal ini berkaitan misalnya dengan segi/aspek berikut (yang umumnya saling terkait satu dengan lainnya) :

•Tingkat analisis: mikro, meso dan makro.

•Segi/aspek teritorial dan/atau administratif:

misalnya sistem inovasi pada tataran supranasional (beberapa negara), nasional, dan sub-nasional (atau daerah).

•Aspek bidang atau sektor: sistem inovasi sektoral

dan klasterisasi.

• Basis aktivitas utama: misalnya sistem iptek

(litbang) dan sistem produksi.

2.Aktor dan/atau organisasi (lembaga) yang relevan dengan perkembangan inovasi dan difusinya. Aktor tersebut dapat menjalankan suatu atau kombinasi peran sebagai berikut :

• Pelaku yang terlibat relatif ”langsung”:

adalah mereka yang perannya berhubungan

”langsung” dalam rantai nilai proses inovasi,

pemanfaatan dan/atau difusinya. Organisasinya dapat berupa penyedia, pengguna, dan/atau intermediaries, seperti misalnya pelaku/organisasi bisnis, perguruan tinggi, lembaga litbang, organisasi bisnis, organisasi profesi, atau bentuk kelembagaan koraboratif seperti aliansi/konsorsia, dan lainnya.

• Pelaku yang terlibat relatif ”tak langsung”:

adalah mereka yang perannya penting namun tidak

terlibat secara ”langsung” dalam rantai nilai proses

inovasi, pemanfaatan dan/atau difusinya. Pelaku

”pendukung/penunjang” ini memberikan kontribusi

melalui penyediaan sumber daya bagi inovasi (misalnya pendanaan dan SDM terspesialisasi), fungsi pendukung berupa informasi, produk barang dan/atau jasa penunjang keahlian tertentu baik teknis, bisnis, legal atau lainnya).

• Penentu/pembuat kebijakan: adalah pemerintah (atau pemerintahan) murni dan/atau organisasi/pengorganisasian yang berbentuk kuasi-publik yang berperan sebagai otoritas penentu kebijakan, baik yang bersifat regulasi maupun nonregulasi.

• Pendukung dalam proses kebijakan inovasi: adalah mereka yang berperan mendukung proses kebijakan, baik untuk memberikan jasa riset/pengkajian kebijakan, penasihat (advisory body) dan/atau peran kontrol (pengawasan).

Dalam praktik sistem inovasi, suatu organisasi (atau pengorganisasian) umumnya melakukan peran majemuk, kecuali penentuan/penetapan kebijakan. Penadbiran kebijakan yang baik (good policy governance) perlu menghindari/meminimumkan distorsi misalnya

dengan ”memisahkan” perannya sebagai pihak

penentu kebijakan dari keterlibatannya dalam

”aktivitas teknis” secara langsung dalam ranah kewenangannya dan menghindari/meminimumkan kemungkinan moral hazard dari perannya.

Beberapa faktor sangat menentukan

keberhasilan suatu negara dalam

membangun/mengembangkan atau memperkuat sistem inovasinya adalah :

a)Faktor pertama adalah kemampuan mengembangkan dan memperkuat basis iptek yang akan berdampak pada perbaikan ekonomi dan sosial budaya. Kemampuan tersebut memungkinkan alokasi dan pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas secara efektif dan berkembangnya economic and knowledge spillover dalam masyarakat.

b)Faktor kedua adalah kemampuan menciptakan/memperbaiki iklim bisnis dan inovasi yang kondusif. Hal ini sangat penting mengingat keberhasilan dalam persaingan antar pelaku ekonomi semakin ditentukan oleh kemampuan inovatif dalam menghasilkan produk barang dan jasa (atau sistem) yang bermutu dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya bergantung pada penguasaan pasar atau sumber daya alam semata. Berkembangnya iklim demikian akan mendorong tarikan bagi perkembangan dan aliran pengetahuan, inovasi dan difusinya, serta meningkatnya proses pembelajaran dalam masyarakat, yang pada gilirannya dapat memperkuat perkembangan/kemajuan dan kemandirian.

c)Faktor ketiga adalah kemampuan memperkuat daya dukung inovasi. Kemajuan iptek tidak hanya tergantung pada para pelaku yang terlibat langsung melainkan juga pihak-pihak lain. Hal ini misalnya menyangkut ketersediaan dukungan pembiayaan dengan jenis dan mekanisme yang sesuai, pengembangan profesionalisme, pengalokasian sumber daya, perlindungan hukum dan kepastian berusaha, perkembangan standardisasi, dan penentuan persyaratan dan pengawasan, baik untuk melindungi kepentingan kehidupan manusia maupun untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta mengantisipasi dan menanggulangi bencana.

87

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

2.2Jaringan Inovasi

Inti dari sistem inovasi adalah jaringan atau Network. Memperhatikan pentingnya jejaring dalam sistem inovasi, maka dalam rangka pengembangan daya saing melalui sistem inovasi daerah diperlukan penumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktek baik dan atau hasil litbang.

Penguatan sistem inovasi di Indonesia sudah diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan lebih dijabarkan lagi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2015. Elemen-elemen sistem inovasi itu sendiri di Indonesia sebenarnya sudah lengkap ada, namun keterkaitan dan interaksi serta linkagenya belum berkembang dengan baik.

Karena itu diperlukan suatu jaringan inovasi yang dapat menciptakan keterkaitan yang erat diantara aktor inovasi. Penjelasan tentang Jaringan

Inovasi tertuang dalam buku “Panduan Pemetaan

Jaringan Inovasi Dalam Kerangka Sistem Inovasi

Daerah” ( BPPT, 2011 ) sebagai berikut :

a)Jaringan merupakan interaksi antar individu atau lembaga/institusi/organisasi. Jaringan dapat terbentuk karena adanya simpul-simpul yang bergabung merasa memiliki (ownership), berinteraksi dan bertukar informasi/ pengetahuan sehingga kemampuannya (Skill) meningkat dan

setiap simpul menjadi berdaya

mampu/berkemampuan (empowered) dan pada gilirannya dia mendapat manfaat (incentives) baik material maupun non-material (Unido, 1999).

b)Jaringan inovasi adalah Interaksi antar aktor/pelaku/komponen dalam proses pengembangan inovasi melalui berbagai media atau infrastruktur tertentu. Dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional menurut Mowery dan Oxley (1997) jaringan inovasi merupakan interaksi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah (Interaksi Tripel Helix). Atau interaksi aktor-aktor yang tergabung dalam Sistem Politik, Sistem Lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi, serta Sistem Industri, yang didukung oleh insfrastruktur. Interaksi antar aktor dapat bermacammacam, baik itu bersifat teknik, komersial, sosial, maupun finansial.

Dengan demikian, jaringan inovasi tidak hanya menghubungan aktor-aktor inovasi, tetapi akan menguatkan kohesi sosial, menghilangkan

‘silo effect’ untuk itu perlu dukungan infrastruktur

teknologi, dukungan muatan pengetahuan dan sharing informasi berkualitas yang terkelola baik di seluruh tingkatan; mikro, meso dan makro.

METODE PENELITIAN

Metode Social Network Analysis (SNA) –

merupakan metode perangkat lunak yg di kembangkan oleh Analytic Technologies Harvard. Analisis dan pembahasan dalam kajian ini menggunakan metode SNA ini dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pola interaksi yang terjadi dalam jaringan inovasi kluster batik dan minapolitan berbasis perikanan tangkap di Kota Pekalongan.

Analisa SNA yang dilakukan adalah : 1.Analisa kepadatan jaringan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keadaan jaringan secara umum aktor dan kepadatan relasi antar aktor. Kepadatan sebuah jaringan menggambarkan seberapa cepat penyebaran pengetahuan (difusi informasi) di antara aktor di dalam jaringan. Disamping itu dapat pula memberikan gambaran kasar tentang tingkat kohesi sosial antar aktor dalam jaringan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah jumlah aktor dari jaringan, kepadatan jaringan(density), Jarak (Geodetic distance). Derajat (jumlah relasi) aktor yang besar akan menghasilkan jaringan yang lebih padat karena memberi kontribusi lebih banyak relasi di dalam jaringan tersebut

2.Analisa individual aktor

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktor yang paling sentral atau mempunyai pengaruh yang besar dalam sebuah Jaringan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah

a)sentralitas derajat (degree centrality) Sentralitas derajat (degree centrality), yaitu jumlah relasi yang dimiliki sebuah aktor. Makin besar degree sebuah aktor, makin besar peluang dan alternatif yg dimilikinya untuk menyalurkan informasi, sehingga makin besar pengaruhnya dalam jaringan.

b)sentralitas kedekatan (closeness centrality) Sentralitas kedekatan (closeness centrality), yaitu jarak yang dimiliki satu aktor terhadap semua aktor lainnya dengan mempertimbangkan jarak tiap aktor terhadap semua aktor lainnya. Analisis terhadap sentralitas kedekatan dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa informasi dari suatu aktor dapat mencapai aktor lainnya dengan lintasan/path yang lebih pendek, demikian sebaliknya suatu aktor dapat dicapai oleh aktor lainnya dengan lintasan/ path yang lebih pendek.

c)sentralitas perantaraan (betweenness centrality)

Sentralitas perantaraan (betweenness centrality) melihat apakah sebuah aktor menempati posisi strategis, dimana aktor tersebut berada pada titik diantara lintasan pasangan aktor lainnya.

88

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

Makin besar ketergantungan pasangan aktor lainnya terhadap sebuah aktor dalam melakukan hubungan, maka makin besar kekuatan/ pengaruh yg dimiliki aktor tersebut. Dengan kata lain aktor bersangkutan menjadi perantara yang dapat mengisolasi atau mencegah aliran informasi antar beberapa pasangan aktor.

Analisis terhadap sentralitas perantara dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa aktor yang posisinya berada di antara aktor lainnya membuat aktor tersebut menjadi berkuasa (powerfull) karena dapat mengontrol aliran informasi, sumber daya, pengetahuan, atau hal lainnya.

3.Analisa perantara (brokerage)

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktor yang menempati posisi strategis dalam penyebaran/aliran knowledge (aktor yang berperan sebagai penghubung bagi kelompok aktor lainnya yang tidak saling terhubung sebelumnya). Ukuran yang diamati dalam analisis ini adalah cut point.

Cut point, yakni aktor-aktor yang jika dihapus dari suatu jaringan akan memecah jaringan tersebut menjadi bagian-bagian yang terpisah dan bagian-bagian yg terpisah itu disebut blok-blok yang merupakan bagian dengan jumlah aktor maksimum yang tidak bisa dipisahkan lagi. Untuk menemukan cut point dalam jaringan, dianalisa dengan pendekatan Bi-Component atau blocks pada perangkat lunak UCINET.

Aktor yang menjadi cutpoint memberikan indikasi jaringan memiliki titik-titik lemah atau

‘weak spots”, karena apabila aktor perantara ini

dikeluarkan dari jaringan, maka jaringan akan terbagi menjadi sub-jaringan yang tidak saling terhubung.

Adapun visualisasi jaringan menggunakan perangkat lunak NetDraw. Pemetaan dan analisa jaringan inovasi dilakukan dengan kombinasi 2 pendekatan interpretative :

1.Metode kuantitatif dengan menggunakan Social Network Analysis dan Pemetaan Jaringan Untuk mengetahui pola hubungan antar aktor dalam Jaringan, konektivitas, dan Peranan aktor, serta pengaruh aktor dalam jaringan.

2.Evaluasi Kualitatif, dengan mempelajari data ethnographic melalui observasi, questionaire, dan wawancara, untuk menangkap persepsi masing-masing aktor Inovasi tentang hubungan antar aktor dan lingkungan klaster, selanjutnya dilakukan penilaian lingkungan internal dan eksternal untuk mengetahui kelemahan yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Aktor yang diamati dan terkait dengan klaster batik 60 aktor/lembaga/pelaku : 12 Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat, 10 SOTK

Pemerintah Kota, 9 Lembaga Pembiayaan, 13 Lembaga Pendidikan/Riset, 6 Industri, 3 Asosiasi/LSM, 7 Lembaga Intermediasi.

1.Analisa kepadatan jaringan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keadaan jaringan secara umum untuk 59 aktor dan kepadatan relasi antar aktor. Visualisasi berikut menggambarkan peta jaringan inovasi gabungan interaksi atau transaksi aliran pengetahuan dan bisnis.

a)Jaringan inovasi - hubungan/relasi gabungan (aliran pengetahuan dan bisnis)

Dari maksimum 3.540 kemungkinan jumlah relasi (60 x (60 -1)) untuk 61 aktor yang diamati, ditemukan 666 relasi aliran pengetahuan sehingga memberikan nilai kepadatan jaringan 0,18 dan Bisnis 37 relasi dengan nilai kepadatan jaringan 0,01. Nilai kepadatan ini memberi informasi bahwa jaringan yang di amati bukan jaringan yang lengkap (nilai kepadatan jaringan lengkap = 1) untuk kedua jenis relasi yang diamati. Artinya bahwa jumlah hubungan sebagian besar aktor masih kecil.

Tabel 1. Hasil analisa densitas jaringan inovasi – hubungan aliran pengetahuan dan bisnis klaster industri batik

Hubungan/relasi Densitas Jumlah relasi Aliran

pengetahuan

0,18197 666

Aliran bisnis 0,01011 37

Tingkat konektivitas antar pelaku dalam jaringan masih kecil apalagi pada aspek relasi bisnis, dan ini juga menunjukkan masih lemahnya kohesi sosial atau solidaritas diantara aktor terutama pada aspek relasi bisnis yg tampak nyata tidak saling terkait atau jaringan tidak terintegrasi (non- interconnected/linked/interdependent) lihat gambar 3.15 dan 3.16. Angka 0,18 untuk relasi aliran pengetahuan menunjukkan lambatnya proses penyebaran/difusi informasi dalam jaringan. Hasil analisa jarak atau Geodetic distance pada aliran pengetahuan yaitu untuk setiap pasangan aktor, hasil algoritma menemukan jumlah garis/edges dalam lintasan terpendek diantara setiap pasangan diperoleh hasil :

- Average distance = 1,932

- Distance-based cohesion (compactness) = 0,572 (range 0 to 1; larger values indicate greater cohesiveness).

Tingkat konektivitas antar pelaku dalam jaringan masih kecil apalagi pada aspek relasi bisinis, dan ini juga menunjukkan masih lemahnya

89

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional V, Tahun 2015

kohesi sosial atau solidaritas diantara aktor terutama pada aspek relasi bisnis yg tampak nyata tidak saling terkait atau jaringan tidak terintegrasi (non- interconnected/linked/interdependent). Angka 0,18 untuk relasi aliran pengetahuan menunjukkan lambatnya proses penyebaran/difusi informasi dalam jaringan. Hasil analisa jarak atau Geodetic distance pada aliran pengetahuan yaitu untuk setiap pasangan aktor, hasil algoritma menemukan jumlah garis/edges dalam lintasan terpendek diantara setiap pasangan diperoleh hasil :

- Average distance = 1,932

- Distance-based cohesion (compactness) = 0,572 (range 0 to 1; larger values indicate greater cohesiveness).

: Pemerintah Pusat : Asosiasi/Himpunan : Pemerintah Daerah : Lembaga

Intermediasi : Lembaga Litbang : Industri dan UMKM : Lembaga

Pembiayaan

Gambar 1. Visualisasi Peta Jaringan Inovasi – Gabungan Aliran Pengetahuan Dan Bisnis (Compounded Ties) Klaster Industria Batik Kota Pekalongan

Average distance yang kecil yaitu 1,932 langkah untuk mencapai aktor target menunjukkan informasi dapat mengalir dengan cukup cepat pada jaringan ini, karena tidak ada aktor lebih dari 3 (tiga) langkah dari aktor lainnya. Artinya struktur jaringan cukup effisien dalam mengalirkan informasi. b)Jaringan inovasi - hubungan/relasi gabungan aliran pengetahuan

Pada Gambar 1. merupakan visualisasi peta jaringan inovasi hubungan/relasi aliran pengetahuan klaster industri batik Kota Pekalongan. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari maksimal 3.540 ((60 x (60 -1)) kemungkinan jumlah relasi/hubungan dari 60 aktor/lembaga yang diamati, hanya ditemukan 340 hubungan/relasi aliran pengetahuan sehingga memberikan nilai kepadatan jaringan 0,096. Nilai kepadatan ini memberi informasi bahwa jaringan inovasi yang di amati bukanlah jaringan yang lengkap (nilai kepadatan jaringan lengkap = 1). Tingkat konektivitas antar pelaku dalam jaringan ini masih kecil dan ini juga menunjukkan masih

lemahnya kohesi sosial atau solidaritas diantara pelaku/aktor/lembaga.

Hasil analisa jarak atau Geodetic distance pada aliran pengetahuan yaitu untuk setiap pasangan nodes/aktor/lembaga, algoritma menemukan jumlah garis/edges dalam lintasan terpendek diantara setiap pasangan diperoleh hasil :

• Average distance = 2,635

•Distance-based cohesion (compactness) = 0,404 (range 0 to 1; larger values indicate greater cohesiveness)

Distance-weighted fragmentation ("Breadth") = 0.596

Average distance yang kecil yaitu 2,635 langkah untuk mencapai aktor/lembaga target menunjukkan informasi dapat mengalir dengan cukup cepat pada jaringan ini. Sebagian besar aktor/lembaga mengalirkan informasi tidak lebih dari 3 (tiga) langkah dari aktor/lembaga lainnya. Artinya jaringan aliran pengetahuan cukup efisien dalam mengalirkan informasi. : Pemerintah Pusat : Asosiasi/Himpunan/Forum : Pemerintah Daerah : Lembaga Intermediasi : Lembaga Litbang

: Industri dan UMKM

: Lembaga Pembiayaan

Gambar 2 Visualisasi Peta Jaringan Inovasi - Hubungan/Relasi Aliran Pengetahuan Klaster Industri Batik Kota Pekalongan

c)Jaringan inovasi - hubungan/relasi bisnis

Pada Gambar 2 merupakan visualisasi peta jaringan inovasi hubungan/relasi aliran pengetahuan klaster industri batik Kota Pekalongan. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari maksimal 3.540 ((60 x (60 -1)) kemungkinan jumlah relasi/hubungan dari 60 aktor/lembaga yang diamati, hanya ditemukan 39

Dokumen terkait