BAB V HASIL
5.5 Faktor Paling Dominan yang Berpengaruh dengan Keluhan
2016
Untuk mengetahui faktor paling dominan yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.
AM Tahun 2014, dilakukan analisis multivariat dengan metode statistik uji Regresi Logistik Berganda dengan model prediksi. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Seleksi Kandidat Model Analisis Multivariat
Seleksi kandidat model analisis multivariat dilakukan dengan cara melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen. Apabila hasil analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat masuk analisis multivariat dan sebaliknya. Hasil analisis bivariat antar variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut.
Tabel 5.4
Hasil Analisis Bivariat antar Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel PValue
Jenis Kelamin 0,184
Tingkat Pencahayaan 0,002
Kelainan Refraksi Mata 0,007
Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa hanya terdapat tiga variabel yang memiliki nilai PValue < 0,25. Dengan demikian hanya ketiga variabel tersebut yang dapat menjadi kandidat model dalam analisis multivariat.
2. Pembuatan Model Faktor Paling Dominan yang Berpengaruh dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pada tahap ini, dilakukan analisis multivariat yang bertujuan untuk mendapatkan model yang dianggap tepat untuk memprediksi variasi yang terjadi pada faktor dependen yaitu keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016. Analisis multivariat yang dilakukan adalah uji regresi linier berganda model prediksi. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat variabel yang memiliki nilai PValue > 0,05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Uji logistik berganda dilakukan secara bertahap sesuai dengan nilai probabilitas variabel tertinggi. Setelah variabel tersebut dikeluarkan, uji kembali dilakukan hingga tidak terdapat variabel yang memiliki PValue > 0,05. Hasil pembuatan model faktor paling dominan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.5
Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel PValue
Model 1 Model 2
Jenis Kelamin 0,426 -
Tingkat Pencahayaan 0,001 0,001
Kelainan Refraksi Mata 0,014 0,011
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.5, diketahui bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai pValue < 0,05, yaitu tingkat pencahayaan (0,001) dan kelainan refraksi mata (0,011). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan terhadap keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016. Hasil pembuatan model faktor paling dominan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.6
Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center
PT. AM Tahun 2016 selanjutnya adalah memeriksa apakah terdapat interaksi antar variabel independen dalam model dengan cara melakukan uji interaksi. Uji interaksi dilakukan pada variabel independen yang diduga secara substansi
terdapat interaksi di dalam model multivariat tersebut. Apabila nilai PValue
< 0,05 berarti terdapat interaksi antar variabel independen tersebut, begitupun sebaliknya. Apabila terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi. Apabila tidak terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat tanpa interaksi.
Berdasarkan hasil uji, hanya terdapat dua variabel yang masuk ke dalam model untuk analisis multivariat. maka kedua variabel tersebut, yaitu tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata akan dilakukan uji interaksi. Hasil uji interaksi adalah sebagai berikut.
Tabel 5.7
Hasil Uji Interaksi antara Tingkat pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja
Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016
Interaksi PValue
Kelainan Refraksi Mata*Tingkat
pencahayaan 0,915
Dari hasil uji interaksi pada Tabel 5.7, diketahui bahwa tidak terlihat adanya interaksi antara kedua variabel tersebut (PValue > 0,05). Maka, model akhir faktor paling dominan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer tidak disertai dengan adanya interaksi, sehingga model yang digunakan adalah model akhir sebelum dilakukan uji interaksi, yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.8
Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center
PT. AM Tahun 2016
Dari Tabel 5.8, diketahui bahwa tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM.
Hasil ini sesuai dengan hasil analisis bivariat yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bahwa tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai koefisien B dan OR (Odds Ratio), dimana tingkat pencahayaan memiliki nilai koefisien B (2,139) dan OR (8,488) paling tinggi jika dibandingkan dengan kelainan refraksi mata.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM. Nilai OR pada tingkat pencahayaan menunjukkan bahwa meja kerja dengan tingkat pencahayaan yang tidak standar memiliki peluang 8,488 kali menyebabkan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM
dibandingkan dengan meja kerja dengan tingkat pencahayaan standar setelah faktor kelainan refraksi mata dikontrol.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa koefisien determinan (R square) menunjukkan nilai 0,255, artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 25,5% variasi variabel dependen keluhan kelelahan mata. Dengan demikian, tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata hanya dapat menjelaskan variasi variabel keluhan kelelahan mata sebesar 22,5%, sedangkan 77,5% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Y = a + b1X1 + b2X2
Logit keluhan kelelahan mata = -8,577 + (2,139* Tingkat Pencahayaan) + (2,065* Kelainan Refraksi Mata)
Dari model persamaan di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi pada masing-masing variabel bernilai positif, yaitu 2,139 untuk tingkat pencahayaan dan 2,065 untuk kelainan refraksi mata. Nilai positif ini menunjukkan bahwa adanya hubungan searah antara tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata terhadap keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM.
Hubungan yang searah antara masing-masing variabel tersebut menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuan pada variabel tingkat
pencahayaan dan kelainan refraksi mata akan menyebabkan keluha kelelahan mata meningkat 2,139 kali yang disebabkan oleh tingkat pencahayaan dan 2,065 kalu yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata.
Nilai negatif pada konstanta sebesar -8,577 menggambarkan bahwa tanpa adanya intervensi terhadap tingkat pencahayaan dan kelainan refraksi mata, keluhan kelelahan mata akan menurun sebesar 8,577 kali.
95 BAB VI PEMBAHASAN