• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CALL CENTER PT. AM TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CALL CENTER PT. AM TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

DI CALL CENTER PT. AM TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Farras Putri Arianti NIM : 1112101000046

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438 H / 2017 M

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Maret 2017

Farras Putri Arianti, NIM: 1112101000046

Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

(xx + 138 halaman, 16 tabel, 11 gambar, 4 lampiran) ABSTRAK

Pekerja pengguna komputer sering kali mengalami kelelahan mata atau Computer Vision Syndrom (CVS). Hal ini dialami juga oleh pekerja Call Center PT. AM yang menggunakan komputer selama 8 jam kerja/hari. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa 91,89% pekerja mengalami keluhan kelelahan mata.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata (jarak monitor, alat pelindung mata, istirahat mata, tingkat pencahayaan, usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata). Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2016.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, mistar, Lux Meter, dan Snellen Chart. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Center PT. AM tahun 2016 dengan jumlah sampel 170 pekerja yang diambil dengan metode simple random sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Regresi Logistik Berganda.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 92,4% pekerja mengalami keluhan kelelahan mata dan varibel tingkat pencahayaan serta kelainan refraksi mata terbukti merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keluhan kelelahan mata.

Untuk mengantisipasi dan mengurangi kemungkinan terjadinya keluhan kelelahan mata pada pekerja, perusahaan sebaiknya memperbaiki tingkat pencahayaan bagi operator komputer sesuai standar (315-385 lux) , memasang filter screen, mengatur posisi jarak dan waktu istirahat, serta melakukan pemeriksaan mata pekerja secara berkala.

Kata Kunci : Keluhan kelelahan mata, tingkat pecahayaan, kelainan refraksi, CVS

Daftar Bacaan : 87 (1961-2017)

(6)

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduated Thesis, March 2017

Farras Putri Arianti, NIM: 1112101000046

Factors Related to Computer Vision Syndrom Among Computer Workers in Call Center of PT.AM Year 2016

(xx + 138 pages, 16 tables, 11 pictures, 4 attachments) ABSTRACT

Computer office workers often experience eyestrain or Computer Vision Syndrom (CVS). This was also experienced by workers in Call Center of PT. AM who use computers for 8 hours/day. Based on the preliminary study, it was known that 91,89% workers have eyestrain.

This is a quantitative study with cross sectional design. The objective of this study is to examine the most dominant factors related to the occurence of eyestrain (monitor distance, eye protection equipment, eye break, lighting level, age, gender and eye refraction disorder). This study was conducted in September- October 2016. The data were collected with questionnaire, ruler, Lux Meter, and Snellen Chart. The population of this study were all computer workers in Call Center of PT. AM with 170 workers who were chosen as study samples with simple random sampling method. Data analysis of this study used Multiple Logistic Regression test.

The results showed that 92,4% of computer workers had eyestrain.

Lighting level and eye refraction disorder were proven as factors that were related to eyestrain.

In order to anticipate and reduce the possibility of eyestrain occurence among workers, it is advisable for the company to improve the lighting quality for computer workers according to the standard (315-385 lux), install the screen filter, adjust the monitor distance position and rest time, and also do the routine eye check up for workers.

Keywords : eyestrain, lighting level, eye refraction disorder, CVS Reading Lists : 87 (1961-2017)

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI

Nama : Farras Putri Arianti

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Juni 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kenanga V No. 11 RT 004/RW 007

Taman Lembah Hijau, Lippo Cikarang, Kelurahan Serang. Kecamatan Cikaang Selatan, Kabupaten Bekasi.

Telepon : 085781304195

Email : farrasputriarianti@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 1999 – 2001 : TK Islam Al-Azhar 12 Cikarang

 2001 – 2007 : SD Islam Al-Azhar 12 Cikarang

 2007 – 2010 : SMP Islam Al-Muslim Tambun

 2010 – 2012 : SMA Negeri 1 Cikarang Utara

 2012 – sekarang :Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

vii PENGALAMAN ORGANISASI

 Anggota Ekstrakulikuler Basket SD Islam Al Azhar 12 Cikarang 2005/2006

 Anggota Ekstrakulikuler Pramuka SD Islam Al Azhar 12 Cikarang 2005/2006

 Anggota OSIS SMP Al-Muslim Tahun 2008-2009

 Ketua Panitia Acara Leadership SMP Al-Muslim Tahun 2009

 Anggota Pengibar Bendera Tahun 2010

 Anggota Sakurakom SMAN 1 Cikarang Utara

 Anggota Saman FKIK UIN Jakarta

 Panitia Sosial Projek FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Wakil Ketua Divisi HRD FSK3 2014-2015

Vice General Manager IT FSK3 2015-sekarang

PELATIHAN

 Peserta Orientasi Pengenalan Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

 Peserta Seminar Profesi Epidemiologi “Ribuan Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s Prevent Mother to Child Transmission!” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013

Peserta Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan “Climate Change and Mosquitoes – an Inconvenient Truth” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

(9)

viii

Peserta Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat “Have Your Perfect Weight with a Proper Diet” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

Peserta Seminar Profesi Promosi Kesehatan “Let’s Be Smart: Sukseskah Peringatan Pesan Bergambar pada Bungkus Rokok Diterapkan di Indonesia?”

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

 Peserta Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

“Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Trasportasi Nasional” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

 Peserta Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia post MDGs: Healthy People – Healthy Environment” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

Peserta Workshop “Ergonomics in The Work Place” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

Peserta Workshop “Safety in The Process Industries” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014

 Peserta Seminar Nasional K3 “Daya Saing dan Kompetensi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Indonesia untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan “Combat The Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis – Free County by 2020” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Peserta Pelatihan Keselamatan Konstruksi (Lifting Crane) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

(10)

ix

Peserta Seminar Kajian Ilmu K3 Bersama “Basic Safety Awareness &

Contractor Safety Management System” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Peserta Workshop “Risk Assessment in The Work Place” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

Peserta Workshop “Management of Fire Safety” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

KEPANITIAAN

 Panitia Sosial Projek “Cara Indah untuk Sehat” tahun 2012

 Panitia Penyuluhan Gerakan Kesehatan Masyarakat Mengabdi Cegah Diare

“Generasi Bersih Generasi Sehat” tahun 2015

 Panitia Festival Saman “Let’s Preserve Our National Culture with Traditional Dance and Imporve Our Health” tahun 2015

Panitia Beauty Class “Cantik Natural Bersama Wardah” tahun 2015

 Panitia Seminar Pengembangan Profesi K3 “Peduli Keselamatan Berkendara;

Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu Lintas” tahun 2015

(11)

x

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016”. Salawat serta salam tidak lupa penulis limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta istri, sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa umatnya dari dunia yang gelap ke dunia yang terang menderang dengan ilmu pengetahuan yang diajarkannya.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Di dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, yaitu kedua orang tua penulis, Bapak H. Ir. Ardiyan dan Ibu Hj. Santi Damayanti, adik saya Atika Tiara Putri, dan seluruh keluarga besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, karena atas do’a dan dukungannya penulis dapat memperoleh dan menjalani pendidikan hingga ke jenjang universitas.

(12)

xi

2. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing satu yang telah memberikan berbagai masukan serta motivasi agar penulis berusaha dengan maksimal dalam membuat dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku pembimbing dua dan dosen peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan arahan dan semangat kepada saya dan teman-teman seperjuangan lainnya dalam menyusun dan penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diberikan.

5. Bapak Samsir dan Bapak Andi selaku perwakilan dari PT. AM yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data dan informasi serta studi pendahuluan untuk skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat SMA yang sangat luar biasa, Almarhumah Auditia Rizkiah Kamal, Rooseno Rahman Dewanto, Geyn Noveberian, Gita Ratnasari, Ahmad Singgih Febriarto, M. Fajar Tara Putihardjo, Arghi Naufal Ramadhan, dan teman-teman Cerdas Istimewa SMAN 1 Cikarang Utara lainnya yang mewarnai masa-masa SMA penulis selama 2 tahun bahkan sampai saat ini.

7. Geng Telepong (Nova Elyanti, Erika Hidayanti, Paramita Maulidah, Annisa Dwi Lestari, Arina Muthia Nursani, dan Atthina Ayu Mustika) dan Geng Sista (Devina Koesnatasha Alvionita, Nurazizah, Sekar Wigati Suprapto, dan Ika Nur Syafitriany), serta Destinia Putri yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

(13)

xii

8. Teman-teman peminatan K3 dan Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Terima kasih atas kebersamaan, kekeluargaan, dan kerja samanya selama ini. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan do’a dan harapan bahwa segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna dalam perkembangan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh pembacanya. Aamiin. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Maret 2017

Farras Putri Arianti

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR ISTILAH ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Umum ... 8

1.4.2 Tujuan Khusus ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.5.1 Bagi Perusahaan ... 10

1.5.2 Bagi Program Studi ... 10

1.5.3 Bagi Peneliti Lain ... 10

1.6 Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Mata ... 12

2.1.1 Patofisiologi Kelelahan Mata ... 16

2.1.2 Pengukuran Kelelahan Mata ... 19

2.1.3 Sifat Melihat (Visibilitas) ... 24

2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata ... 25

(15)

xiv

A. Faktor Perangkat Kerja ... 25

B. Faktor Karakteristik Pekerjaan ... 32

C. Faktor Lingkungan ... 36

D. Faktor Karakteristik Pekerja ... 44

2.2 Kerangka Teori ... 52

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ... 54

3.2 Definisi Operasional ... 57

3.3 Hipotesis ... 61

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain ... 62

4.2 Waktu dan Lokasi ... 62

4.3 Populasi dan Sampel ... 62

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 65

4.5 Instrumen ... 67

4.6 Manajemen Data ... 70

4.7 Analisis Data ... 72

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75

5.2 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ... 77

5.3 Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ... 79

5.4 Hubungan antara Variabel Independen dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ... 84

5.5 Faktor Paling Dominan yang Berpengaruh dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ... 88

(16)

xv BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 95

6.2 Keluhan Kelelahan Mata ... 96

6.3 Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 ... 101

6.3.1 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata... 101

6.3.2 Hubungan antara Alat Pelindung Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata ... 104

6.3.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata... 107

6.3.4 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata ... 111

6.3.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Keluhan Kelelahan Mata... 114

6.3.6 Hubungan antara Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata ... 116

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ... 121

7.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN ... 138

(17)

xvi

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengukuran Kelelahan Mata

22

2.2 Keluhan-Keluhan Kelelahan Mata Menurut Beberapa Sumber

23

2.3 Persyaratan Pencahayaan Sesuai Peruntukan Ruangan 39 2.4 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat dengan

Komputer

40

2.5 Korelasi antara Usia dengan Daya Akomodasi 46 2.6 Ringkasan Berbagai Masalah Pemfokusan dan

Karakteristiknya

50

4.1 Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel 64

4.2 Daftar Kode dan Skoring Variabel 70

5.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

77

5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

79

5.3 Analisis Hubungan antara Variabel Independen dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

84

5.4 Hasil Analisis Bivariat antar Variabel Independen dan Variabel Dependen

89

5.5 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara Variabel Independen dan Variabel Dependen

90

5.6 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

90

(18)

xvii

5.7 Hasil Uji Interaksi antara Tingkat pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

91

5.8 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Tingkat Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

92

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Alat Uji Hilang Kelipan (Flicker Fushion Eye Test) 20 2.2 Alat Uji Waktu Reaksi (Reaction Timer) 21

2.3 Kerangka Teori 53

3.1 Kerangka Konsep 56

4.1 AMPROBE LM-100 Light Meter 68

4.2 Pengukuran dengan Snellen Chart 69

5.1 Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

78

6.1 Posisi Tubuh yang Tepat untuk Menggunakan Komputer 104 6.2 Kacamata Anti Radiasi dan Lapisannya 105 6.3 Perbedaan Kacamata Anti Radiasi dan Kacamata Biasa 106

6.4 Filter Screen 107

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Lampiran 2: Foto Lokasi Penelitian Lampiran 3: Peta Pencahayaan

Lampiran 4: Output Hasil Statistik Data

(21)

xx

DAFTAR ISTILAH

AC Air Conditioner

AOA The American Optometric Association BUMN Badan Usaha Milik Negara

CVS Computer Vision Syndrome

Depkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia EDC Electronic Data Capture

IESNA Illuminating Engineering Society of North Amerika NASD National Aging Safety Database

NIOSH National for Occupational Safety and Health

OR Odds Ratio

OSHA Occupational Safety and Health Administration Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia SNI Standar Nasional Indonesia

TPA Third Party Administrator WHO World Health Organization

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Kelelahan atau ketegangan mata adalah kondisi umum yang mengganggu, dan jarang menimbulkan suatu kondisi yang serius. Namun, terkadang kelelahan mata merupakan tanda bahwa kondisi mata tidak sehat dan butuh penanganan medis. Kelelahan mata dapat timbul akibat membaca, menulis, mengemudi dalam jangka waktu yang lama. Menggunakan dan memandang layar komputer atau smartphone dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan kelelahan mata (Wachler, 2014).

Keluhan yang kerap dialami jika seseorang mengalami kelelahan mata adalah mata merah, berair, perih, gatal/kering, mengantuk, tegang, pandangan kabur, penglihatan rangkap, sakit kepala, dan kesulitan fokus (NIOSH, 1999).

Jika mata terlalu lelah, gejala yang ditimbulkan adalah penglihatan akan menjadi tidak jelas atau kabur, memerah, berair, dan terasa nyeri.

Menurut Departemen Kesehatan, kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi, seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah. Penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun (Depkes, 2003).

(23)

Kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan komputer dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer oleh The American Optometric Association dinamakan Computer Vision Syndrom (CVS) (AOA, 2017). CVS merupakan suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat melihat jauh setelah melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, serta punggung (Sheedy dan Shaw-McMinn, 2003). Manifestasi kelelahan mata menurut Akbar dan Hawadi (2011) adalah mata yang nyeri dan memerah, penglihatan ganda, sakit kepala, kurang mampu berakomodasi, dan penglihatan yang tidak tepat.

Penggunaan komputer dalam waktu lama akan berisiko mengakibatkan astenopia atau mata lelah pada pengguna komputer (Santoso dan Widajati, 2011). Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1997), faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata adalah faktor perangkat kerja (ukuran objek, posisi, dan tampilan layar), lingkungan kerja (pencahayaan ruangan), desain kerja (jarak monitor, durasi kerja), karakteristik individu (kelainan mata atau refraksi) ataupun kombinasi dari seluruh faktor. Asosiasi Optometri Amerika (2015) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya kelelahan mata, yaitu pencahayaan yang buruk, kesilauan pada layar digital, jarak melihat yang tidak tepat, postur duduk yang buruk, masalah penglihatan, dan kombinasi

(24)

dari berbagai faktor. Menurut Wahyudi (2006), beberapa faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelelahan mata pada pengguna komputer dari berbagai sumber, antara lain dengan meningkatnya usia, maka kelelahan mata akan mudah terjadi, pengguna dengan kelainan refraksi mata, dan lama bekerja sehari lebih dari 4 jam dan terus menerus.

Penggunaan komputer dalam bekerja sangat membantu dan memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Hendra dan Octaviani (2007), penggunaan komputer dewasa ini sudah merambah semua lapisan masyarakat baik komputer desktop maupun laptop.

Komputer merupakan salah satu dari perkembangan teknologi.

Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Menurut prediksi biro penelitian Forrester Research, jumlah pengguna komputer akan mencapai satu miliar pada akhir tahun 2008 dan diprediksi akan mencapai angka dua miliar pada tahun 2015 (Kristo, 2007). Di Indonesia sendiri, dalam survei yang dilakukan oleh BPS, lebih dari 75%

usaha disektor bisnis baik perkotaan maupun dipedesaan menggunakan komputer (Harian TI, 2014).

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dampaknya. Disatu pihak perkembangan itu memberikan manfaat dan kemudahan-kemudahan pada tenaga manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan masalah-masalah yang membutuhkan perhatian khusus (Nugroho, 2009). Salah satu masalah tersebut adalah masalah kesehatan.

NIOSH menemukan bahwa operator komputer memiliki tingkat stress yang

(25)

lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain dan kelelahan mata merupakan masalah utama bagi pengguna komputer.

American Optometric Association (AOA) (2017) menyebutkan bahwa tak jarang pekerja kantor mengalami kelelahan mata akibat terlalu lama di depan komputer dan level ketidaknyamanan ini akan meningkat seiring lamanya durasi penggunaan komputer. Telah diestimasikan juga di seluruh dunia, bahwa 60 juta orang yang mengalami masalah penglihatan disebabkan oleh penggunaan komputer (Wimalasundera, 2006).

NIOSH melaporkan bahwa 88% orang yang berinteraksi dengan komputer lebih dari tiga jam perhari akan mengalami gangguan kelelahan mata. Beberapa penelitian di India menemukan kasus mengenai terjadinya kelelahan mata akibat penggunaan komputer yang sering disebut Computer Vision Syndrome (CVS). Beberapa penelitian tersebut, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bhanderi, dkk (2008) kepada 419 pengguna komputer menemukan 46,3% di antaranya mengalami kelelahan mata, penelitian oleh Dhiman, dkk (2012) kepada 30 pasien menemukan 93,33% pasien mengalami kelelahan mata, penelitian oleh Logaraj, dkk (2014) terhadap 416 pelajar pengguna komputer menemukan prevalensi kelelahan mata sebesar 80,3%, dan penelitian oleh Arumugam, dkk (2014) menemukan subjek yang mengalami kelelahan mata sebanyak 69,3% dari 179 pekerja yang diteliti.

Di Indonesia, sudah banyak penelitian yang membahas mengenai kelelahan mata akibat penggunaan komputer. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yulyana Kusuma Dewi, Rico Januar Sitorus, dan Hamzah Hasyim (2009), mereka menelitiseluruh operator komputer di Kantor Samsat

(26)

Palembang yang berjumlah 30 orang. Hasilnya terdapat 23 orang atau 73,3%

responden yang merasakan keluhan pada mata. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh responden akibat kelelahan mata sebagian besar terjadi pada saat bekerja sebanyak 60,8% dan setelah bekerja sebanyak 40,2%.

Penelitian yang dilakukan oleh Nourmayanti (2010) pada 51 pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009, bahwa 46 di antaranya mengalami keluhan kelelahan mata, sedangkan 5 di antaranya tidak mengalami keluhan. Dimana dapat disimpulkan bahwa 90,2% pekerja pengguna komputer mengalami keluhan kelelahan mata, sedangkan hanya 9,8% pekerja yang tidak mengalami keluhan tersebut. Lalu, penelitian yang dilakukan oleh Maryamah (2011) pada 106 pengguna komputer dibagian Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD Tanggerang tahun 2011, bahwa 61 pengguna (57,5%) mengalami keluhan kelelahan mata sedangkan 45 pengguna (42,5%) tidak mengalami kelelahan mata. Keluhan yang paling banyak dirasakan responden, yaitu mata pedih, sakit kepala, dan mata terasa gatal. Penelitian juga dilakukan terhadap 78 orang operator komputer di PT.

Bank Kalbar Kantor Pusat pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 88,5% responden mengalami keluhan kelelahan mata (Anggraini, 2013).

PT. AM merupakan TPA (Third Party Administrator) jaminan kesehatan yang menggunakan terminal EDC untuk menangkap informasi klaim di provider. Proses administrasi jaminan kesehatan AM didukung oleh sebuah sistem terpadu untuk mengelola, memantau dan melakukan proses klaim

(27)

secara online dan realtime. Untuk melakukan tugasnya, Call Center berperan penting di perusahaan ini. Call Center bertugas mengidentifikasi dan mengambil semua informasi yang relevan tentang peserta dari database perusahaan dari setiap panggilan telepon. Dalam melakukan layanan ini, pekerja sangat bergantung pada komputer dengan pemakaian waktu yang lama dan terus menerus sehingga memperbesar risiko terjadinya gangguan kesehatan terutama kesehatan mata. Selain itu, setelah dilakukan pengukuran pencahayaan awal di tempat kerja diketahui masih terdapat titik / meja kerja dengan tingkat pencahayaan di bawah standar. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.

AM tahun 2016.

1.2.Rumusan Masalah

Komputer merupakan teknologi yang tidak bisa lepas dari kalangan masyarakat usia produktif. Komputer dapat membantu manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun, di sisi lain penggunaan komputer dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus dapat menimbulkan efek samping. Salah satu efek samping yang ditimbulkan adalah keluhan kelelahan mata yang sering disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS). Setelah dilakukan studi pendahuluan pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM, diketahui bahwa 34 pekerja (91,89%) dari 37 pekerja yang diajukan pertanyaan mengalami keluhan kelelahan mata pada saat bekerja menggunakan komputer. Selain itu, setelah dilakukan pengukuran pencahayaan awal di tempat kerja diketahui tingkat pencahayaan

(28)

berkisar antara 90 - 360 lux, dimana masih terdapat titik / meja kerja dengan tingkat pencahayaan di bawah standar. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran jenis keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

3. Bagaimana gambaran faktor perangkat kerja (jarak monitor dan alat pelindung mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.

AM tahun 2016?

4. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerjaan (istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

5. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja (tingkat pencahayaan) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

6. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

7. Apakah faktor perangkat kerja (jarak monitor dan alat pelindung mata) berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

(29)

8. Apakah faktor karakteristik pekerjaan (istirahat mata) berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

9. Apakah faktor lingkungan kerja (tingkat pencahayaan) berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

10. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata) berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

11. Apakah faktor paling dominan yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

2. Diketahuinya gambaran jenis keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

(30)

3. Diketahuinya gambaran faktor perangkat kerja (jarak monitor dan alat pelindung mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

4. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerjaan (istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

5. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan kerja (tingkat pencahayaan) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.

AM tahun 2016.

6. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata) pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

7. Diketahuinya hubungan faktor perangkat kerja (jarak monitor dan alat pelindung mata) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

8. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerjaan (istirahat mata) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM Indonesia tahun 2016.

9. Diketahuinya hubungan faktor lingkungan kerja (tingkat pencahayaan) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

10. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata) dengan keluhan kelelahan

(31)

mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

11. Diketahuinya faktor paling dominan yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata yang dialami pekerja sehingga perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan kondusif bagi para pekerja.

1.5.2. Bagi Program Studi

Menambah bahan kepustakaan dan pengembangan keilmuan bagi masyarakat kampus terutama mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata.

1.5.3. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi atau bahan acuan dan informasi terutama mengenai faktor- faktor yang berpengaruh dengan kelelahan mata pada pengguna komputer.

(32)

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016. Penelitian ini perlu dilakukan karena setiap harinya pekerja bekerja dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga pekerja memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kelelahan mata. Penelitian akan dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016. Sasaran penelitian ini adalah pekerja pengguna komputer di bagian Call Center PT. AM. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, observasi, pengukuran jarak monitor dan pencahayaan tempat kerja serta pemeriksaan kelainan refraksi mata dengan Snellen Chart sedangkan sumber data sekunder berupa data profil Call Center PT. AM beserta jumlah karyawan.

(33)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelelahan Mata

Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenopia, yaitu kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif (Hanum, 2008).

Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Lelah penglihatan menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stress berlebihan terhadap setiap fungsi mata, di antaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dan pada jarak yang sangat dekat dalam jangka waktu yang lama (Hanum, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan, kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi, seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah. Penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun (Depkes, 2003). Gejala-gejala tersebut diikuti oleh pegal di sekitar leher, bahu, dan punggung (Sheedy dan Shaw- McMinn, 2003).

(34)

Pada dasarnya, ketegangan kepala, mata, dan leher sering terjadi secara bersamaan. Ketegangan ini sering disebabkan oleh berbagai aktivitas yang memerlukan konsentrasi atau ketelitian dalam jangka waktu lama, salah satunya adalah pengoprasian komputer yang dilakukan terlebih pada kondisi yang tidak ideal. Berkonsentrasi selama berjam-jam, tanpa disadari akan memaksa kontraksi otot-otot kelopak mata, otot-otot penggerak luar bola mata, otot akomodasi (otot siliaris) di dalam bola mata, otot-otot wajah dan pelipis hingga mengalami kelelahan (fatique). Sakit kepala, kelelahan pada mata, rasa tidak nyaman di wajah dan kekakuan di area sekitar leher dapat terjadi akibat adanya kontraksi otot yang tidak beraturan, disertai dengan berkurangnya aliran darah, menimbulkan kekurangan oksigen, merangsang saraf sekitar untuk mengirimkan sinyal rasa sakit (Pardianto, 2015).

Walaupun kelelahan mata tidak menyebabkan kerusakan mata yang permanen namun, kelelahan mata dapat mengakibatkan aktivitas seseorang menjadi tidak produktif, kualitas kerja menurun, mudah membuat kesalahan, timbulnya keluhan tentang mata, bahkan mudah terjadinya kecelakaan (Akbar dan Hawadi, 2011).

Kelelahan mata banyak diderita oleh orang yang menggunakan komputer dalam waktu lama (Santoso dan Widajati, 2011). Banyak membaca juga dapat menimbulkan kelelahan pada mata. Lelah pada mata bukan saja timbul karena huruf yang kecil, melainkan dapat juga disebabkan oleh cahaya yang kurang atau tidak baik dalam meletakkan lampu, salah memilih lampu, perbandingan pencahayaan antara latar dan objek yang

(35)

tidak seimbang, atau warna-warna yang menyilaukan (Akbar dan Hawadi, 2011).

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer oleh The American Optometric Association dinamakan Computer Vision Syndrom (CVS). Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata tegang, sakit kepala, pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher serta bahu. Gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh pencahayaan yang buruk, tidak adanya filter screen, jarak pandang yang tidak sesuai, postur duduk yang buruk, kelainan refraksi mata yang tidak terkoreksi, dan kombinasi dari berbagai faktor (AOA, 2017). Sheedy dan Shaw-McMinn (2003) juga mengungkapkan bahwa CVS adalah suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat melihat jauh setelah melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, serta punggung.

Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui gejala CVS adalah mengamati / memperhatikan bahwa frekuensi kedipan mata berkurang ketika menatap layar komputer dibandingkan dengan sebelum menggunakan komputer. Apabila gejala-gejala tersebut diabaikan, bisa mengarah kepada gangguan mata yang serius. Dr. Masayuki Tatemichi, dari Toho University School of Medicine, Jepang, bersama timnya pernah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa CVS bisa menjadi

(36)

glaukoma (kerusakan syaraf optik mata) yang dapat berujung kepada kebutaan (Koto, 2012).

Menurut Putra (2008), komputer dapat menyebabkan mata lelah karena pancaran radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh layar komputer tersebut. Selain radiasi elektromagnetik, radiasi yang dihasilkan pada komputer dapat berupa sinar-X, sinar ultraviolet, dan gelombang mikro. Radiasi yang dihasilkan komputer tersebut dapat menimbulkan pengaruh jangka pendek bahkan jangka panjang bagi penggunanya.

Pengaruh jangka pendek dapat berupa mata menjadi berair dan lelah, mempengaruhi produktivitas hormon melatonin dalam tubuh, dan astenopia atau kelelahan mata. Pengaruh dalam jangka panjang dapat berupa katarak, dermatitis pada muka, iritasi kulit, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi serta gangguan seksual, yaitu berkurangnya tingkat kesuburan baik bagi pria maupun wanita (Suhendi, 2013).

Selain itu, penyebab CVS adalah karena ada perbedaan antara huruf dan gambar di kertas biasa, dengan huruf dan gambar pada layar komputer.

Huruf dan gambar pada layar komputer tersusun atas titik-titik/pixels.

Sehingga, mata harus berakomodasi, dan terjadilah Eye Strain atau ketegangan pada mata. Pencahayaan ruangan yang kurang baik dan kurang sering berkedip dapat memperparah kondisi tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kelelahan mata, yaitu pengaturan pencahayaan agar tidak terlalu tajam atau terlalu lemah, melihat ke layar secara keseluruhan, jangan terpaku pada huruf atau cursor, istirahatkan mata dengan mengedipkan mata dan melihat ke arah

(37)

lain, gerakkan bagian-bagian dan otot-otot tubuh setiap setengah jam, letakkan komputer sedemikian rupa sehingga jarak mata ke layar kurang lebih 55 cm, hindari pantulan, posisikan layar monitor komputer berada di bawah level mata, bersihkan layar monitor untuk mengurangi muatan elektrostatik, dan istirahat setiap dua jam, karena setiap bekerja di depan komputer selama satu sampai dua setengah jam, mata perlu istirahat 10-20 menit (Soedarso, 2000).

2.1.1. Patofisiologis Kelelahan Mata

Kelelahan mata atau astenopia merupakan gangguan fungsi penglihatan dengan penyebab dan gejala-gejala yang majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial.

Astenopia adalah gejala-gejala yang diakibatkan oleh adanya upaya berlebihan untuk memperoleh ketajaman binokuler yang sebaik- baiknya dari sistem penglihatan yang berada dalam keadaan kurang sempurna. WHO sendiri mengungkapkan bahwa astenopia merupakan keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami seseorang akibat menggunakan matanya. Istilah lain yang dapat digunakan untuk kelelahan mata selain astenopia adalah Eye Strain, Visual Discomfort, dan Ocular Fatigue (Bidakara Medical Center, 2017).

Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti tidak cukupnya cahaya yang masuk ke mata dari benda yang dilihat, pemusatan

(38)

cahaya pada retina mata tidak sempurna, mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan yang lebih sentral (otak), dan upaya untuk mempertahankannya tidak memadai. Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas, kualitas, dan distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup, berfluktuasi, arah yang miring, dan menyilaukan dapat mengurangi daya sensifitas retina. Obyek berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur, dan kurang kontras atau bergerak, ternyata juga memudahkan timbulnya astenopia (Bidakara Medical Center, 2017).

Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot siliaris dan otot-otot luar bola mata (faktor intristik). Kelelahan otot siliaris terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak sesuai ukurannya yang menyebabkan kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu, gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata tidak sama besar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia) (Bidakara Medical Center, 2017).

Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor konstitusi. Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja dibawah tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian obat-obatan, kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorginisis baik kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan intelektual, dan selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki

(39)

diri, dapat kehilangan sebagian energi kehidupannya yang akhirnya dapat mengalami kondisi kelelahan (Bidakara Medical Center, 2017).

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada penderita astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara astenopia dengan gangguan-gangguan akomodasi dan konvergensi. Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan adanya diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih lemahnya akomodasi dibandingkan dengan orang normal. Tonus parasimpatis yang meningkat merupakan dasar beberapa keluhan pada penderita astenopia (Bidakara Medical Center, 2017).

Penggunaan komputer sendiri menunjukkan meningkatnya kejadian astenopia. Kelelahan mata akibat penggunaan komputer disebut sebagai Computer Vision Syndrom yang sering disingkat CVS.

CVS sering terjadi karena mata tidak terlalu cocok untuk menatap layar monitor. Mata tidak dapat lama berfokus pada pixel atau titik kecil yang membentuk bayangan pada layar monitor. Seorang pengguna komputer harus terus-menerus memfokuskan matanya untuk menjaga agar gambar tetap tajam. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulang pada otot mata.

Apalagi setelah lama menggunakan komputer, frekuensi berkedip berkurang dan mata menjadi kering dan perih. Akibatnya, kemampuan untuk memfokuskan diri berkurang dan penglihatan bisa menjadi buram serta timbul sakit kepala. Karena arah tatapan ke arah atas,

(40)

pengguna komputer sering terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala mereka yang menyebabkan postur tubuh menjadi buruk dan leher menjadi sakit (Affandi, 2005).

2.1.2. Pengukuran Kelelahan Mata

Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Photostress Recovery Test

Photostress Recovery Test, yaitu teknik klinis sederhana yang dapat membedakan antara retina dan pasca retina. Tes ini bertujuan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan ketajaman mata untuk kembali ke keadaan semula sebelum pemucatan. Subjek dengan fungsi mata yang normal dan sehat harus dapat membaca di detik ke 50-60, sedangkan subjek dengan masalah mata memiliki waktu pemulihan yang berlangsung selama 1,5 sampai 3 menit atau lebih.

Pengukuran dilakukan dengan memberikan penyinaran pada mata menggunakan senter atau (penlight) berkekuatan 3 volt dengan jarak 2-3 cm dari mata selama 10 detik. Stimulasi ini akan memucatkan 24%-86% pigmen penglihatan (Patel, 2014).

b. Tes Frekuensi Subjek Kelipan Mata (Flicker Fusion Eye Test) Frekuensi kerlingan mulus (flicker fusion Frequency) dari mata adalah kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya kontinue. Tes dilakukan dengan cara menguji responden melalui kemampuan kedipan yang dimulai dari lambat (frekuensi rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikkan semakin

(41)

cepat dan cahaya tersebut dianggap bukan cahaya kedipan lagi, melainkan sebagai cahaya yang kontinue (mulus). Frekuensi ambang/batas dari kelipan itulah disebut “frekuensi kelipan mulus”.

Jika seseorang dalam keadaan lelah, maka angka frekuensi berkurang dari 2 Hertz atau 0,6 Hertz. Pada seseorang yang lelah sekali atau setelah menghadapi pekerjaan monoton, angka frekuensi kerling mulus bias antara 0,5 Hertz atau lebih dibawah frekuensi kerling mulus dari orang yang sedang dalam keadaan tidak lelah. Seseorang dalam keadaan tidak lelah memiliki frekuensi ambang 2 Hertz jika memakai cahaya pendek atau 0,6 Hertz jika memakai cahaya siang (day light) (Tarwaka dkk, 2004).

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, selain untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka dkk, 2004).

Sumber: Tarwaka, dkk (2004)

Gambar 2.1

Alat Uji Hilang Kelipan (Flicker Fusion Eye Test)

(42)

c. Tes Uji Waktu Reaksi

Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Uji waktu reaksi dapat menggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Waktu reaksi reseptor sendiri dapat menggunakan waktu reaksi terhadap sinar.

Waktu reaksi terhadap sinar juga dapat digunakan untuk menguji pengolahan informasi sistem syaraf dan penghantaran sinyal hingga terjadinya gerak oleh sistem motorik. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 – 200 milidetik. Waktu reaksi terantung dari stimuli yang dibuat, intensitas dan lamanya perangsangan, umur subjek, dan perbedaan individu lainnya. Uji waktu reaksi terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut dikarenakan stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli (Tarwaka dkk, 2004).

Sumber: Tarwaka, dkk (2004)

Gambar 2.2

Alat Uji Waktu Reaksi (Reaction Timer)

(43)

Tabel 2.1

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengukuran Kelelahan Mata

No

Metode Pengukuran Kelelahan Mata

Kelebihan Kekurangan

1 Photostress Recovery Test

a. Tes dengan teknik klinis sederhana (Patel, 2014).

b. Berguna untuk berbagai diagnosis yang berbeda-beda (Miller, dkk, 2005).

Tidak adanya teknik standar dalam melakukan tes (Sherman dan Henkind, 1988).

2 Tes Frekuensi Subjek Kelipan Mata (Flicker Fusion Eye Test)

Sering digunakan untuk tujuan penelitian dan juga untuk tujuan diagnostik dalam praktek klinik (Bharathi dan Reddy, 2015).

Tes sebagian besar dilakukan oleh dokter mata atau orang ahli (Titcombe dan Willison, 1961).

3 Tes Uji Waktu Reaksi

Banyak metode yang dapat digunakan, seperti nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan (Tarwaka dkk, 2004).

Harus memiliki alat ukur waktu reaksi, seperti nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli yang dikembangkan di Indonesia (Tarwaka dkk, 2004)

Selain menggunakan tiga tes tersebut, kelelahan mata juga dapat didiagnosis dari keluhan berupa penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa panas, nyeri, gatal, dan berair, nyeri kepala, pusing, dan ingin muntah, penglihatan warna berubah atau menurun. Untuk gejala objektif berupa mata merah akan ditemukan pada kelelahan mata (NIOSH, 1999).

Setelah dilakukan berbagai pertimbangan dari beberapa metode pengukuran kelelahan mata yang ada (tabel 2.1), metode berdasarkan keluhan merupakan metode yang paling memungkinkan untuk dilakukan pada penelitian ini. Berikut adalah keluhan−keluhan kelelahan mata menurut beberapa sumber:

(44)

Tabel 2.2

Keluhan−Keluhan Kelelahan Mata Menurut Beberapa Sumber

Keluhan

Sumber Depkes,

2003

NIOSH, 1999

Sheedy dan Shaw-Mc Minn,

2003 Nyeri atau terasa berdenyut

di sekitar mata √

Mata tegang √ √

Pandangan kabur √ √ √

Pandangan ganda √ √

Sulit fokus √ √

Mata perih √ √

Mata merah √ √ √

Mata berair √ √

Mata gatal/kering √ √

Sakit kepala √ √ √

Lensa kontak tidak nyaman √

Sakit pada leher dan bahu √

Sakit pada punggung √

Sensitif terhadap cahaya √

Ketajaman mata merosot √

Mengantuk √

Dari sekian banyak keluhan yang disebutkan pada tabel 2.2, keluhan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat melihat jauh setelah melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, serta sakit pada punggung. Sepuluh keluhan tersebut merupakan hal yang paling sering dikeluhkan pada pengguna komputer dan memiliki prevalensi tertinggi di antara yang lainnya (Sheedy dan Shaw-McMinn, 2003).

(45)

Gejala-gejala serupa juga disebutkan oleh AOA (2017). Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata tegang, sakit kepala, pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher serta bahu.

Pada dasarnya, sulit untuk menentukan apakah seseorang terkena CVS atau tidak dari gejala-gejala yang ada. Untuk beberapa orang, gangguan penglihatan jelas merupakan penyebabnya. Namun, untuk orang lain, kondisi lingkungan tertentulah yang menyebabkan gejala- gejala tersebut. Untuk menegakkan diagnosis kelelahan mata, biasanya seseorang akan mengalami minimal dua gejala utama gangguan penglihatan dan juga memiliki dua atau tiga masalah di lingkungan tempat kerjanya. Diagnosis itu lah yang terbaik untuk menyelesaikan semua kondisi penyebab dan faktor-faktor yang ada (Sheedy dan Shaw-McMinn, 2003).

2.1.3. Sifat Melihat (Visibilitas)

Mata dapat melihat ketika suatu bayangan yang terkena cahaya tertangkap mata. Pada mata normal, berkas-berkas cahaya atau bayangan benda jatuh tepat di bintik kuning pada retina. Rangsangan cahaya yang diterima retina akan diteruskan oleh saraf penglihatan ke pusat penglihatan di otak untuk diterjemahkan. Akhirnya, kedua daerah visual menerima berita dari kedua mata akan timbul lukisan atau bentuk benda, sehingga mata dapat melihat benda tersebut (Pearce, 2011).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi visibilitas antara lain ukuran objek, posisi, dan tampilan layar, pencahayaan ruangan, jarak

(46)

objek, durasi melihat objek, kelainan mata, atau kombinasi dari seluruh faktor (OSHA, 1997). Kemampuan seseorang dalam melihat objek berbeda-beda. Tidak semua benda yang dapat dilihat akan dapat dilihat dengan kejelasan yang sama. Ada yang bisa melihat dengan mudah dan cepat, ada yang berusaha dengan keras, dan ada yang tidak melihat sama sekali.

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata

A. Faktor Perangkat Kerja 1. Ukuran Objek

Ukuran objek berhubungan dengan kemampuan penglihatan.

Semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk melihat objek tersebut.

Semakin kecil ukuran suatu objek, maka semakin tinggi kemampuan mata yang diperlukan agar dapat melihat dengan jelas dan fokus objek tersebut. Hal inilah yang menyebabkan akomodasi konvergensi bertambah, sehingga menimbulkan kelelahan mata (Pheasant, 1991).

2. Jarak Monitor

Ketika menggunakan komputer, jarak pandangan dengan layar monitor harus diperhatikan. Jarak pandang monitor jangan terlalu jauh atau terlalu dekat. Jarak pandang yang salah dapat mengakibatkan mata cepat lelah dan sakit. Jarak pandang yang nyaman dan aman untuk mata berkisar antara 18 dan 24 inci (45 dan 60 cm). Namun, jarak ideal minimal antara mata pengguna

(47)

dan layar monitor adalah 20 inci atau 50 cm. Selebihnya jarak pandang terhadap monitor komputer disesuaikan dengan diameter dan kedalaman layar itu sendiri. Posisi monitor juga harus diatur agar bagian tertinggi dari layar berada pada posisi yang sejajar dengan mata (OSHA, 1997).

Ketika seseorang bekerja dengan melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan mata harus terus berakomodasi. Mata yang terus menerus berakomodasi akan menyebabkan kelelahan mata. Hal ini disebabkan karena otot mata harus bekerja keras untuk melihat objek tersebut (Hanum, 2008). Oleh karena itu, semakin jauh jarak pandang terhadap objek maka kemungkinan terjadinya iritasi mata akan semakin kecil.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan kepada pekerja rental komputer di wilayah kampus UNNES ditemukan dari 22 responden yang jarak mata dengan monitor < 50 cm terdapat 21 responden (95,5%) mengalami CVS dan 1 responden (0,5%) tidak mengalami keluhan CVS, sedangkan 14 responden yang jarak mata dengan monitor > 50 cm terdapat 9 responden (64,5%) mengalami keluhan CVS dan 5 responden (35,7%) tidak mengalami keluhan CVS. Dari uji yang dilakukan, menunjukkan adanya hubungan antara jarak mata dengan keluhan CVS pada pekerja rental komputer di wilayah tersebut

(48)

dengan PValue = 0,012 (Permana, dkk, 2015). Hubungan antara jarak monitor dan keluhan kelelahan mata juga ditemukan pada penelitian pada pekerja pengguna komputer yang dilakukan oleh Dinesh J. Bhanderi, dkk pada tahun 2008 (Bhanderi dkk., 2008).

Hasil yang ditemukan berbeda pada penelitian yang dilakukan terhadap seluruh karyawan pengguna komputer PT.

Grapari Telkomsel Kota Kediri. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan di PT tersebut dengan PValue = 0,346 (Sya’ban dan Riski, 2015).

3. Tampilan Layar

Kontras adalah hubungan antara cahaya yang dikeluarkan oleh suatu objek dan cahaya dari latar belakang objek tersebut.

Perbandingan pencahayaan antara latar dan objek yang tidak seimbang, atau warna-warna yang menyilaukan dapat mengakibatkan kelelahan mata (Akbar dan Hawadi, 2011).

Menurut dr. Edi Supiandi Affandi SpM dari Bagian Iimu Penyakit Mata FKUI, pada pengguna komputer, kelelahan mata terjadi karena mata memusatkan pandangan pada komputer dimana objek yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak, dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering.

(49)

Tingkat kenyamanan setiap individu terkait ukuran teks, warna layar, ketajaman, dan lain-lain relatif berbeda-beda sehingga disarankan tampilan layar ini disesuaikan dengan mata masing-masing individu. Namun, pengaturan warna terang dan gelap pada monitor harus tepat, begitu juga dengan resolusi monitor. Warna yang digunakan tidak terlalu terang atau terlalu gelap. Ketika nilai kontras negatif, dimana nilai kontras negatif dapat menyebabkan objek yang sesungguhnya “terserap” oleh latar belakang, sehingga objek menjadi tidak tampak, hal ini dapat menyebabkan kelelahan mata (Bidakara Medical Center, 2017).

Pada penelitian sebelumnya, ditemukan hubungan yang signifikan antara tampilan layar berupa brightness dengan keluhan kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan terhadap 150 operator komputer di Teerthanker Mahaveer University, Moradabad, U.P. India dengan PValue = 0,004 (Agarwal dkk., 2013). Hubungan antara tampilan layar (contrast dan brightness) dengan keluhan kelelahan mata juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Dinesh J. Bhanderi, dkk (2008).

4. Karakteristik Monitor

Pemilihan jenis monitor berpengaruh pula terhadap kesehatan mata. Extremely Low Frequency (ELF) dan Very Low Frequecy (VLF) adalah dua tipe radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh monitor. Monitor dengan jenis tertentu akan memancarkan

(50)

radiasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan gatal-gatal pada mata. Bahkan beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa radiasi ini meningkatkan risiko kanker dan keguguran.

Oleh karena itu, mata harus dijauhkan dari monitor setidaknya sejauh 18 inci. Menggunakan monitor dengan radiasi yang rendah juga dapat mengurangi risiko-risiko tersebut. Monitor LCD merupakan salah satu janis monitor yang rendah radiasi jika dibandingkan dengan monitor CTR (Hirsch, 2011). Monitor LCD memiliki radiasi yang lebih rendah karena monitor LCD tidak memiliki tabung, tidak menghasilkan elektron, dan sinar-X (Parsons dan Oja, 2010).

Pada penelitian terdahulu terhadap 150 operator komputer di Teerthanker Mahaveer University, Moradabad, U.P. India diketahui bahwa karakteristik monitor berhubungan dengan keluhan kelelahan mata atau CVS dengan PValue = 0,042 (Agarwal dkk., 2013).

5. Filter Screen

Filter screen merupakan aksesoris komputer yang digunakan untuk mengurangi radiasi dan silau dari monitor komputer ke mata penggunanya. Filter screen akan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari monitor dan tampilan visual pada monitor akan tampak lebih lembut serta tidak cepat membuat mata lelah (AOA, 2017).

(51)

Penggunaan filter screen cukup efektif dalam mengeliminasi radiasi dan kesilauan. Namun, sebelum pembelian dan penggunaannya, filter screen harus ditinjau terlebih dahulu.

Terdapat filter screen yang mampu mereduksi silau hingga 99%

tetapi terkadang filter ini bahkan tidak bekerja dengan baik pada lingkungan kerja yang sangat terang. Terdapat pula filter screen yang tidak dapat memblok cahaya yang masuk sehingga terjadi pantulan pada layar, hal ini dapat disebabkan karena adanya cahaya yang langsung menghadap ke arah layar. Lalu terdapat filter screen yang dapat menarik debu, hal ini akan menyebabkan menurunnya kemampuan screen untuk memfilter monitor. Oleh karena itu, filter screen harus diidentifikasi dahulu sesuai kebutuhan dan kondisi tempat kerja sehingga efektif untuk mengurangi kesilauan dan mencegah terjadinya keluhan kelelahan mata (Simpson, 2013).

Dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa filter screen atau antiglare screen berhubungan dengan keluhan kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan oleh Agarwal, dkk (2013) dengan PValue = 0,004 dan Bhanderi, dkk (2008). Namun, penelitian lain menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan akomodasi yang nyata antara penggunaan filter screen dan bukan pengguna filter screen dengan PValue = 0,8462 (Murtopo, 2005).

(52)

6. Alat Pelindung Mata

Selain menggunakan filter screen, kini sudah terdapat kacamata dengan lensa khusus untuk pengguna komputer. Ahli masalah mata, dr. Jay Schlanger mengatakan beberapa perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian atasnya dirancang untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca. Lalu terdapat kacamata anti radiasi komputer. Kaca mata ini merupakan kacamata yang dibuat untuk melindungi mata dari bahaya radiasi layar televisi, komputer maupun radiasi gadget yang dapat mengganggu mata. Fungsi kacamata ini terletak pada lensanya yang terbuat dari bahan khusus untuk menangkal radiasi layar komputer. Seiring dengan meningkatnya aktivitas di depan komputer membuat mata semakin lelah dan kering, sehingga kebutuhan akan kacamata ini semakin meningkat. Bahaya radiasi akibat terlalu larut dengan pekerjaan di depan komputer lebih mengganggu kesehatan mata, bahkan dampak terparahnya dapat mengakibatkan katarak hingga kebutaan. Lapisan anti radiasi pada kacamata ini mampu melindungi mata terhadap gelombang elektromagnetik hingga 100%. Lensa anti radiasi ini terdiri dari beberapa lapisan, yang terdiri dari lapisan anti silau, lapisan tahan air, dan lapisan lainnya yang dapat menghindarkan lensa dari debu dan kotoran, serta anti fouling.

(53)

Pengguna lensa kontak pun kini sudah mempunyai solusi, yaitu dengan mengganti lensa kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon ini memungkinkan daya transmisi oksigen lebih tinggi dibandingkan jenis lain sehingga dapat mengurangi sindrom mata kering (Ningrum, 2007).

B. Faktor Karakteristik Pekerjaan 1. Durasi Penggunaan

Berdasarkan suatu survei di Amerika, didapatkan fakta bahwa rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total jam kerja mereka (Hasibuan, 2011). The University of North Carolina at Asheville mengelompokan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut:

a. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus menerus.

b. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja antara 2-4 jam sehari secara terus- menerus.

c. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara berturut-turut.

Pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus menerus akan membuat mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan pandangan pada bidang layar monitor. Hal ini disebabkan

(54)

karena otot mata harus bekerja keras untuk melihat objek tersebut. Oleh karena itu, durasi atau lamaya mata digunakan untuk melihat komputer juga menjadi salah satu faktor dalam mempercepat terjadinya gangguan atau kelelahan mata. Hal ini berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat untuk melihat dari jarak dekat dengan waktu yang lama. Computer Vision Syndrome (CVS) dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam namun, terdapat beberapa orang yang mengalami CVS beberapa hari kemudian (Hanum, 2008).

Untuk mencegah terjadinya kelelahan mata akibat durasi penggunaan dapat dilakukan salah satunya dengan cara mengalihkan pandangan dengan menatap objek lain dengan jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter agar kelenturan mata tetap terjaga (OSHA, 1997). Memejamkan mata selama 2-3 menit juga terbukti efektif agar otot mata tidak kelelahan (Agus, 2013).

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santoso dan Widajati (2011), Logaraj, dkk (2014), Sya’ban dan Riski (2015) dengan PValue = 0,000, Pangemanan, dkk (2014) dngan PValue = 0,003, dan Permana, dkk (2015) dengan PValue = 0,005 diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan komputer dengan keluhan kelelahan mata.

Namun, hubungan tidak ditemukan pada penelitian yang

Gambar

Gambar 2.3  Kerangka Teori Perangkat Kerja:
Gambar 3.1  Kerangka KonsepPerangkat Kerja:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk alternatif 1 bertujuan untuk melakukan perbaikan jarak pandang mata terhadap VDU dan perbaikan layout dan perancangan stasiun kerja dengan cara mengubah pengaturan

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015.Sampel dari penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer

Untuk menghindari terjadinya keluhan MSDs akibat dari risiko pekerjaan dapat dilakukan dengan menghimbau pekerja untuk melakukan istirahat disaat pekerja sudah

Pemberian Relaksasi Mata terhadap Kelelahan Mata Pekerja yang Terpapar Radiasi Gelombang Elektromagnetik dari Layar Komputer, Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiansyah (2014) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara istirahat mata dengan kelelahan

Untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 berdasarkan

monitor dapat diletakkan sejajar dengan mata. c) Memiliki ukuran yang cukup sehingga dapat diletakkan komputer dan. dokumen

Hasil penelitian menunjukan bahwa 33 pekerja (73,3%) mengalami keluhan kelelahan mata, 82,5% responden dengan intensitas penerangan kurang mengalami kelelahan