• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

2. Ada hubungan antara alat pelindung mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

4. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

5. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

6. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

7. Ada hubungan antara kelainan refraksi mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

62 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2016 di bagian Call Center PT. AM.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja Call Center di PT. AM tahun 2016 yang berjumlah kurang lebih 500 pekerja dan dibagi ke dalam tiga shift. Kriteria sampel yang diambil, yaitu semua pekerja pengguna komputer bagian Call Center yang telah dilakukan screening sebelum melakukan pekerjaan, dinyatakan sehat, dan bebas dari gejala-gejala keluhan kelelahan mata. Pengambilan data mengenai keluhan kelalahan mata akan dilakukan setelah empat jam bekerja menggunakan komputer.

Untuk mengambil sampel, peneliti menggunakan rumus jumlah sampel uji hipotesis beda dua proprosi karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menguji hipotesis. Rumus besar sampel dan uji hipotesis beda dua proprosi adalah sebagai berikut (Hastono dan Sabri, 2011):

π’πšπ¦π©πžπ₯ (𝐧) = [π’πŸβˆ’ ∝ πŸβ„ βˆšπŸπ‘·Μ…(𝟏 βˆ’ 𝑷̅) + π’πŸβˆ’πœ·βˆšπ‘·πŸ(𝟏 βˆ’ π‘·πŸ) + π‘·πŸ(𝟏 βˆ’ π‘·πŸ)]𝟐 (π‘·πŸβˆ’ π‘·πŸ)𝟐

Keterangan:

n = Besar sampel minimum yang dibutuhkan oleh peneliti Z1βˆ’ ∝ 2⁄ = Nilai Z dari derajat kepercayaan 95% (1,96) dengan Ξ± = 5%

𝑍1βˆ’π›½ = Nilai Z dari kekuatan uji 90% (1,28)

𝑃̅ = Rata-rata proporsi pada populasi 𝑃1+𝑃2

2

P1 = Proporsi pada populasi yang mengalami keluhan kelelahan mata dengan variabel yang tidak sesuai standar

P2 = Proporsi pada populasi yang mengalami keluhan kelelahan mata dengan variabel sesuai standar

Penentuan besar sampel minimal dilihat berdasarkan perhitungan besar sampel pada tiap-tiap variabel yang diteliti. Perhitungan besar sampel menggunakan nilai P1 dan P2 dari hasil penelitian sebelumnya. Adapun besar sampel minimal pada tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Sampel Minimal Tiap Variabel

Variabel Penelitian Tingkat Pencahayaan (Maryamah, 2011) 0,634 0,154 20 40

Usia (Maryamah, 2011) 1 0,559 17 34

Jenis Kelamin (Anggraini, 2013) 1 0,696 28 56

Kelainan Refraksi Mata (Fadhillah, 2013) 0,794 0,562 84 168 Berdasarkan perhitungan hasil besar sampel pada setiap variabel, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 168 orang, lalu ditambah dengan sampel cadangan sehingga total sampel menjadi 170 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampling. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling, dimana pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak sehingga seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Pada penelitian ini, metode simple random sampling dilakukan dengan cara mengocok nomor secara acak sebanyak sampel yang dibutuhkan menggunakan kocokan. Kocokan dibuat dari kertas A4 yang dipotong menjadi beberapa bagian dengan ukuran sama besar sebanyak jumlah populasi. Pada setiap kertas tersebut ditulis nomor. Lalu kertas yang telah diberi nomor tersebut digulung dengan ukuran yang sama besar dan

dimasukkan ke dalam gelas. Gelas tersebut ditutup dengan plastik yang telah dilubangi yang besarnya memungkinkan untuk kertas tersebut keluar ketika dikocok. Nomor yang terpilih kemudian dicocokan dengan nomor yang sudah ada pada daftar nama pekerja di Call Center PT. AM tahun 2016. Pekerja dengan nomor yang cocok itu lah yang akan dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Apabila pekerja yang terpilih sebagai sampel tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka nomor akan dikocok dan dicocokan kembali, begitu seterusnya hingga memenuhi batas minimal sampel. Pekerja yang terpilih menjadi sampel pada hari tersebut, namun tidak sesuai dengan kriteria, masih memiliki peluang untuk menjadi sampel dihari berikutnya dan disesuaikan kembali dengan kriteria yang ada.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja dengan menggunakan kuesioner, observasi, pengukuran, dan pemeriksaan.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan laporan dari perusahaan yang berhubungan. Data primer yang akan diteliti antara lain:

1. Keluhan Kelelahan Mata

Keluhan kelelahan mata diketahui dengan metode berdasarkan keluhan, tidak menggunakan tiga metode lainnya dikarenakan beberapa alasan, yaitu tidak adanya teknik standar dalam melakukan tes untuk metode Photostress Recovery Test, tes harus dilakukan oleh dokter mata atau orang ahli untuk metode Flicker Fushion Test, dan keharusan memiliki

alat ukur untuk metode Tes Uji Waktu Reaksi. Metode berdasarkan keluhan ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden mengenai beberapa gejala kelelahan mata. Jika responden mengalami dua atau lebih gejala, maka responden diketahui mengalami keluhan kelelahan mata.

2. Jarak Monitor

Jarak monitor diketahui dengan cara mengukur jarak pandang antara mata responden dengan monitor komputer dengan menggunakan mistar dalam satuan centimeter (cm).

3. Alat Pelindung Mata

Alat Pelindung mata diketahui dengan memberikan pertanyaan kepada responden melalui kuesioner, apakah responden menggunakan kacamata khusus anti radiasi atau lensa kontak berbahan silikon hydrogel saat bekerja menggunakan komputer.

4. Istirahat Mata

Istirahat mata diketahui dengan memberikan pertanyaan kepada responden melalui kuesioner, apakah responden mengistirahatkan matanya selama bekerja menggunakan komputer, berapa jeda waktu untuk mengistirahatkan mata, dan apa saja hal yang dilakukan saat melakukan istirahat mata.

5. Tingkat Pencahayaan

Tingkat pencahayaan diukur dengan menggunakan alat ukur, yaitu Lux Meter untuk mengetahui tingkat pencahayaan pada setiap meja kerja.

6. Usia

Usia responden dihitung dengan menanyakan kepada responden kapan tanggal saat mereka dilahirkan. Perhitungan umur dilakukan sendiri oleh peneliti dan pembulatan angkanya dihitung satu tahun apabila telah melebihi waktu 6 bulan.

7. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat diketahui dengan observasi langsung dan pada saat responden mengisi identitas dirinya pada lembar kuesioner.

8. Kelainan Refraksi Mata

Kelainan refraksi mata diketahui dengan cara menanyakan apakah responden memiliki kelainan refraksi mata, seperti mata minus, plus, atau silinder. Untuk responden yang tidak mengetahui apakah memiliki kelainan refraksi mata atau tidak, maka akan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Snellen Chart.

4.5. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mistar

Mistar digunakan untuk mengukur langsung jarak pandang dari mata responden ke tengah layar monitor.

2. Lux Meter

Lux Meter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan.

Pencahayaan yang diukur merupakan pencahayaan ruangan tempat kerja.

Lux Meter yang digunakan pada penelitian ini adalah AMPROBE LM-100 Light Meter.

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.1

AMPROBE LM-100 Light Meter

Cara pengukuran pencahayaan dengan Lux Meter adalah sebagai berikut:

ο‚· Hidupkan alat dan pastikan alat berada dalam posisi ON.

ο‚· Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan

mengarah pada sumber cahaya, yaitu diletakkan sejajar meja atau tempat monitor komputer berada (SNI 16-7062-2004).

ο‚· Baca intensitas cahaya pada layar level meter.

ο‚· Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing titik

sampel lalu diambil rata-ratanya untuk kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku.

ο‚· Pada saat pengukuran berlangsung, operator harus berhati-hati agar

tidak menimbulkan bayangan dan pantulan cahaya yang dapat disebabkan oleh pakaian operator.

3. Snellen Chart

Snellen Chart digunakan untuk pemeriksaan mata agar diketahui apakah terdapat kelainan refraksi mata pada pekerja. Snellen Chart adalah kartu yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan ukuran berjenjang

sesuai ukuran Snellen dan dipakai untuk menguji ketajaman penglihatan.

Pemeriksaan dilakukan dengan meletakan Snellen Chart pada jarak enam meter di depan pekerja. Pekerja dengan kondisi mata normal akan mampu membaca dengan jelas baris ketujuh dari urutan baris huruf Snellen Chart pada jarak enam meter, baris keenam pada jarak sembilan meter, dan akhirnya baris pertama pada jarak 60 meter. Mata normal diharapkan mempunyai ketajaman penglihatan 6/6, yaitu baris Snellen Chart yang ketujuh dapat dilihat dengan jelas pada jarak enam meter (Gibson, 2002).

Sumber: Gibson (2002)

Gambar 4.2

Pengukuran dengan Snellen Chart 4. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui keluhan kelelahan mata, perangkat kerja, karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan karakteristik pekerja dengan cara pengisian kuesioner langsung oleh para responden, yaitu pekerja pengguna komputer.

4.6. Manajemen Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah dengan proses sebagai berikut:

1. Data Coding

Kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data agar memudahkan dalam proses entry. Koding pada penelitian ini sudah dilakukan saat pembuatan dan pengisian kuesioner.

Kode pada penelitian ini antara lain:

Tabel 4.2

Daftar Kode dan Skoring Variabel

No Variabel Kode dan Skoring

1 Keluhan Kelelahan Mata 1 = Ada keluhan, jika mengalami β‰₯ 2 gejala 2 = Tidak ada keluhan, jika mengalami < 2 gejala 2 Jarak Monitor 1 = Jarak tidak ideal, jika jarak monitor dengan

mata < 50 cm

2 = Jarak ideal, jika jarak monitor dengan mata β‰₯ 50 cm

3 Alat Pelindung Mata 1 = Tidak menggunakan 2 = Menggunakan 4 Istirahat Mata 1 = Tidak cukup

(jika berpaling dari layar komputer dan melihat jauh, diikuti dengan mengedipkan mata cepat selama beberapa detik setiap >10-20 menit dan/atau berdiri, bergerak, dan melakukan sesuatu yang lain selain menggunakan komputer setiap >30-60 menit dan/atau latihan cepat peregangan otot setiap

>1-2 jam) 2 = Cukup

(jika berpaling dari layar komputer dan melihat jauh, diikuti dengan mengedipkan mata cepat selama beberapa detik setiap 10-20 menit dan/atau berdiri, bergerak, dan melakukan sesuatu yang lain selain menggunakan komputer setiap 30-60 menit dan/atau latihan cepat peregangan otot setiap 1-2 jam)

No Variabel Kode dan Skoring

5 Tingkat Pencahayaan 1 = Tidak standar, jika pencahayaan < 315 atau >

385 lux

2 = Standar, jika pencahayaan 315-385 lux 6 Usia 1 = Berisiko, jika usia β‰₯ 45 tahun

2 = Tidak berisiko, jika usia < 45 tahun 7 Jenis Kelamin 1 = Perempuan

2 = Laki-laki

8 Kelainan Refraksi Mata 1 = Ada kelainan, jika hasil pemeriksaan Snellen Chart positif ada kelainan, yaitu tidak 6/6 dengan/tidak menggunakan alat koreksi apa pun.

2 = Tidak ada kelainan, jika hasil pemeriksaan Snellen Chart negatif ada kelainan, yaitu 6/6, dengan/tidak menggunakan alat koreksi apa pun.

2. Data Editing

Kegiatan penyuntingan data yang dilakukan sebelum proses entry data dengan cara mengecek isian kuesioner, apakah jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

3. Data Entry

Setelah penyuntingan data dilakukan, langkah selanjutnya adalah proses memasukkan data ke dalam komputer dengan menggunakan perangkat lunak (software) pada komputer agar data dapat dianalisis.

4. Data Cleaning

Kegiatan pengecekan data setelah data di entry yang bertujuan untuk mengecek kembali apakah ada data yang belum di entry atau sudah di entry tetapi salah. Proses cleaning terdiri dari mengetahui missing data, variasi data, dan konsistensi data.

4.7. Analisis Data

a. Analisis Uniavariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel, yaitu keluhan kelelahan mata, perangkat kerja, karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan karakteristik pekerja.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini terdiri dari jarak monitor, alat pelindung mata, istirahat mata, tingkat pencahayaan, usia, jenis kelamin, dan kelainan refraksi mata, serta variabel dependen, yaitu keluhan kelelahan mata. Analisis menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan Ξ± = 0,05. Jika PValue ≀ 0,05 artinya secara statistik terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan jika PValue > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Rumus Chi-Square yang digunakan adalah:

X2 = (O βˆ’ E)2 E Keterangan:

X2 = Chi-Square O = efek yang diamati E = efek yang diharapkan

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisis yang menghubungkan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen dalam waktu bersamaan. Pada penelitian ini, analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel dependen berupa data kategorik. Uji regresi logistik berganda yang digunakan adalah uji logistik berganda dengan pemodelan prediksi.

Model prediksi ini merupakan proses yang bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap tepat untuk memprediksi variasi yang terjadi pada variabel dependen (Amran, 2012).

Langkah awal untuk melakukan analisis multivariat adalah dengan melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Apabila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <

0,25, maka variabel tersebut dapat masuk analisis multivariat. Langkah selanjutnya adalah pembuatan model untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh dengan variabel dependen.

Pembuatan model faktor penentu ini dilakukan menggunakan analisis regresi logistik berganda. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat variabel yang memiliki nilai PValue > 0,05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Uji logistik berganda dilakukan secara bertahap hingga tidak terdapat variabel yang memiliki PValue > 0,05.

Setelah itu, dilakukan uji interaksi yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antar variabel independen. Apabila nilai PValue

< 0,05 berarti terdapat interaksi antar variabel independen tersebut, begitupun sebaliknya. Apabila terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi. Apabila tidak terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat tanpa interaksi.

75 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. AM didirikan pada tahun 2002. AM melayani jutaan anggota dengan berbagai layanan yang komprehensif yang mencakup layanan manajemen Klaim Kesehatan, Manajemen Risiko Kesehatan (Health Risk Management), Sistem Informasi Kesehatan dan layanan Bantuan Darurat.

Sebagai perusahaan berbasis teknologi, layanan di AM selalu didukung dengan teknologi terkini. Infrastruktur jaringan EDC AM mencakup ribuan penyedia layanan kesehatan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga.

Klien AM terdiri dari perusahaan asuransi di Indonesia, perusahaan dengan pengelolaan kesehatan karyawan mandiri (self-healthcare-managed), perusahaan TPA dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sejak berdiri pada tahun 2002 hingga sekarang, layanan inti dari AM adalah Business Process Outsourcing di industri kesehatan yang biasa disebut Third Party Administrator (TPA) yang mengelola klaim jaminan kesehatan.

TPA adalah perusahaan atau pihak yang menyediakan layanan atas nama perusahaan lain untuk mengelola fungsi-fungsi tertentu yang tidak menjadi bisnis inti mereka. Di sektor Asuransi Kesehatan, TPA memberikan pelayanan kepada pemegang polis dari Perusahaan Asuransi dengan menyediakan layanan yang meliputi penerbitan identitas keanggotaan, memfasilitasi pengobatan rawat jalan, memfasilitasi rawat inap dan administrasi klaim yang disesuaikan dengan kontrak polis yang bersangkutan.

AM menggunakan terminal EDC untuk menangkap informasi klaim di provider. Jaringan provider AM yang dimaksud adalah rumah sakit atau klinik yang memiliki kontrak dengan AM untuk memberikan pelayanan kesehatan cashless. Proses administrasi jaminan kesehatan AM didukung oleh sebuah sistem terpadu untuk mengelola, memantau dan melakukan proses klaim secara online dan realtime.

PT. AM memiliki visi menjadi penyedia layanan administrasi jaminan kesehatan terbesar di regional. Misi yang dimiliki oleh PT. AM, yaitu menjadi mitra jaminan kesehatan terbaik yang memberikan nilai yang maksimum kepada para stakeholder. Obyektif PT. AM adalah Menjadi pemimpin pasar dengan menyediakan layanan administrasi kesehatan terpadu untuk sektor swasta dan publik.

Untuk mencapai visi, misi, dan obyektif perusahaan, Call Center berperan penting di perusahaan ini. Call Center bertugas mengidentifikasi dan mengambil semua informasi yang relevan tentang peserta dari database perusahaan dari setiap panggilan telepon. Dalam melakukan layanan ini, pekerja sangat bergantung pada komputer dengan pemakaian waktu yang lama dan terus menerus, yaitu selama 8 jam kerja/hari. Setiap ruangan di Call Center PT. AM sudah menggunakan Air Conditioner (AC) yang diatur secara sentral sehingga temperatur di setiap ruangan relatif sama, yaitu 21ΒΊC.

5.2. Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

Keluhan kelelahan mata merupakan keluhan gangguan kesehatan mata akibat penggunaan otot mata secara berlebihan yang dirasakan pekerja yang sebelumnya telah dilakukan screening, dinyatakan sehat, dan bebas dari gejala oleh peneliti. Seseorang dapat dikatakan mengalami keluhan kelelahan mata apabila orang tersebut mengalami minimal 2 gejala atau lebih. Gejala-gejala keluhan tersebut dapat berupa mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan, pandangan kabur saat melihat jauh setelah melakukan pekerjaan dengan jarak dekat, sensitif terhadap cahaya, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), lensa kontak tidak nyaman, sakit pada leher dan bahu, dan sakit pada punggung.

Untuk mengetahui gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dilakukan penyebaran kuesioner pada pekerja. Analisis univariat gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

Variabel Kategori Jumlah

(N) (%)

Berdasarkan Tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa sebagian besar pekerja mengalami keluhan kelelehan mata. Jenis keluhan yang dirasakan bervariasi.

Dari 170 pekerja, yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah sebanyak 157 orang (92,4%), sedangkan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelalahan mata adalah sebanyak 13 orang (7,6%).

Distribusi jenis keluhan kelelahan mata yang dikeluhkan oleh pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1

Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang paling banyak dikeluhkan oleh pekerja adalah berupa sakit pada leher dan bahu, yaitu sebesar 74,1%, sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling sedikit dikeluhkan oleh pekerja adalah lensa kontak tidak nyaman, yaitu sebesar 15,3%. Jenis keluhan lainnya yang paling banyak dikeluhkan adalah sakit pada punggung sebesar 71,2% dan mata tegang (mata sakit atau mata lelah) sebesar 70%. Dari data yang ada, diketahui bahwa keluhan bukan

70

Mata Tegang (Mata Sakit atau Mata Lelah) Sakit Kepala Pandangan Kabur Saat Melihat Dekat Fokus Mata Berubah Perlahan Pandangan Kabur Saat Melihat Jauh Sensitif Terhadap Cahaya Iritasi Mata (Mata Perih, Mata Kering, Mata Merah) Kontak Lensa Tidak Nyaman Sakit pada Leher dan Bahu Sakit pada Punggung

Persentase (%)

hanya terletak pada bagian mata saja. Keluhan justru paling banyak terjadi pada bagian leher, bahu, dan punggung. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kontraksi otot yang tidak beraturan, disertai dengan berkurangnya aliran darah, menimbulkan kekurangan oksigen, merangsang saraf sekitar untuk mengirimkan sinyal rasa sakit.

5.3. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Call Center PT.

AM Tahun 2016

Berdasakan hasil yang diperoleh dari jawaban pada instrumen kuesioner dan pengukuran langsung, didapatkan bahwa gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2

Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna

Komputer di Call Center PT. AM Tahun 2016

No Varibel Kategori Jumlah

No Varibel Kategori Jumlah

1. Variabel Jarak Monitor

Jarak pandang mata dengan monitor yang salah dapat mengakibatkan mata cepat lelah dan sakit. Pada penelitian ini, distribusi frekuensi berdasarkan variabel jarak monitor diperoleh dengan pengukuran langsung pada sampel menggunakan instrumen mistar dengan kategori pekerja yang bekerja dengan jarak monitor tidak ideal (< 50 cm) dan jarak monitor ideal (β‰₯ 50 cm). Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.2, diketahui bahwa pekerja dengan jarak monitor yang tidak ideal (< 50 cm) adalah sebanyak 9 orang (5,3%), sedangkan pekerja dengan jarak monitor ideal (β‰₯ 50 cm) adalah sebanyak 161 orang (94,7%).

2. Variabel Alat Pelindung Mata

Seiring dengan meningkatnya aktivitas di depan komputer membuat mata semakin lelah dan kering, sehingga alat pelindung mata dibutuhkan untuk mengurangi kejadian keluhan kelelahan mata tersebut. Pada penelitian ini, distribusi frekuensi berdasarkan variabel alat pelindung mata diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada para pekerja dengan

kategori pekerja yang bekerja dengan menggunakan dan tidak menggunakan alat pelindung mata. Alat pelindung mata yang dimaksud dapat berupa kacamata khusus anti radiasi ataupun kontak lensa berbahan silikon hydrogel. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.2, diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung mata, yaitu sebanyak 137 orang (80,6%), sedangkan pekerja yang menggunakan alat pelindung mata, yaitu sebanyak 33 orang (19,4%).

3. Istirahat Mata

Istirahat mata harus dilakukan salah satunya dikarenakan keluhan

Istirahat mata harus dilakukan salah satunya dikarenakan keluhan