• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL

6.3 Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan

6.3.6 Hubungan antara Kelainan Refraksi Mata dengan Keluhan

Kelainan refraksi merupakan penyebab utama dari gangguan penglihatan (Fajar, 2011). Kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada akomodasi visual, entah sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa (Pearce, 1979). Kesalahan pemfokusan (refraktif) disebut juga ametropia, sedangkan tidak adanya kesalahan refraksi disebut emetrop. Ametropia dapat berupa miopia, hipermetropia, astigmatisma, maupun presbiopia (Cameron, dkk, 2006).

Hasil penelitian dengan menggunakan Snellen Chart, menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja yang memiliki kelainan refraksi mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis yang dilakukan, menunjukkan bahwa dari 54,7% yang mengalami kelainan refraksi mata, hanya 2,2% pekerja yang tidak mengalami keluhan

kelelahan mata. Berdasarkan hasil analisis multivariat, pada penelitian ini, kelainan refraksi mata diketahui memiliki nilai OR = 7,883 (1,609-38,637), artinya pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata mempunyai peluang 7,883 kali untuk mengalami kejadian keluhan kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kelainan refraksi mata.

Hasil dari penelitian ini selaras dengan teori yang menyebutkan bahwa kelainan refraksi mata, seperti miopia, hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia dapat menyebabkan kelelahan mata karena terus menerus berakomodasi untuk dapat melihat subjek yang lebih jelas (Roestjawati, 2007). Penelitian ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Lograj, dkk (2014) serta Rahman dan Sanip (2011) yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara keluhan kelelahan pada pada pengguna dan bukan pengguna kacamata / lensa kontak.

Terdapat beberapa pekerja yang belum pernah memeriksakan matanya, dan tidak tahu jika dirinya memiliki kelainan refraksi mata sehingga pekerja tersebut visus matanya tidak terkoreksi. Padahal apabila penderita menggunakan alat koreksi penglihatan, seperti kacamata atau lensa kontak maka mata akan menjadi lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu kuat sehingga otot-otot mata tidak bekerja terlalu keras terutama ketika bekerja menggunakan komputer (Roestjawati, 2007).

Berdasarkan hasil analisis kuesioner, pada penelitian ini diketahui dari 93 pekerja yang mengalami kelainan refraksi, 85 pekerja diantaranya sudah mengoreksi kelainan refraksi yang dimilikinya dengan menggunakan kacamata. Sebanyak 57 pekerja menggunakan kacamata minus, 3 pekerja menggunakan kacamata plus, 4 pekerja menggunakan kacamata silinder, dan 21 pekerja menggunakan kacamata minus dan silinder. Seperti yang sudah diketahui, kacamata minus diperuntukkan bagi penderita miopia (rabun jauh), kacamata plus diperuntukkan bagi penderita hipermetropia (rabun dekat), dan kacamata silinder diperuntukkan bagi penderita astigmatisme. Dari 57 pekerja penderita miopia (rabun jauh), sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata, sedangkan pekerja penderita hipermetropia (rabun dekat) dan astigmatisme seluruhnya mengalami keluhan kelelahan mata.

Hal ini berkaitan dengan teori yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkatan minus yang tinggi akan mengalami mata lelah secara berkesinambungan jika tidak segera mengistirahatkan matanya (Anugerah, 2016). Hal tersebut dikarenakan mata harus terus menerus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang semula terletak di belakang retina agar terletak pas di retina. Keadaan tersebut disebut juga astenopia akomodatif. Akomodasi terus-menerus dapat menyebabkan esotropia (Hawarij dan Afifah, 2017).

Begitu pula dengan penderita rabun dekat (hipermetropia) dan sering dikatakan sebagai masalah pembiasan. Mata akan mudah lelah

jika mengalami rabun dekat, tertutama usai fokus melihat objek dekat, seperti menggunakan komputer atau membaca. Namun, kelelahan mata lebih cepat terjadi pada penderita astigmatisme. Penderita penyakit mata silinder atau astigmatisme yang belum diobati akan sering mengeluh penglihatan kabur, penglihatan yang menyempit, sakit kepala, kelelahan pada mata (astenopia) lebih cepat terjadi, dan kabur saat melihat benda berjarak dekat maupun jauh. Bahkan penderita kelainan mata silider yang kecil sudah dapat mengakibatkan keluhan-keluhan tersebut terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganjurkan untuk menghindari penggunaan lensa kontak atau kacamata saat bekerja di depan komputer. Namun, jika harus menggunakannya sebagai alat koreksi mata, penggunaan kacamata lebih direkomendasikan dibandingkan penggunaan lensa kontak. Jika operator komputer menggunakaan lensa kontak, kelelahan mata akan lebih cepat terasa.

Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan layar monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata menjadi cepat kering. Bola mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata. Namun, kini sudah terdapat lensa kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon ini memungkinkan daya transmisi oksigen lebih tinggi dibandingkan jenis lain sehingga dapat mengurangi sindrom mata kering (Ningrum, 2007).

Bagi pengguna kacamata, gunakan kacamata khusus yang lensa bagian

atasnya dirancang untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca serta dilengkapi dengan anti radiasi sehingga lebih nyaman dan mengurangi terjadinya keluhan kelelahan mata.

Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan pengaturan waktu istirahat bagi pekerja dan pemeriksaan mata pekerja secara berkala.

Pengaturan waktu istirahat diperuntukkan bagi seluruh pekerja terutama bagi pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata sehingga terhindar dari keluhan kelelahan mata dan bertambahnya tingkat keparahan kelainan refraksi mata yang diderita. Pemeriksaan mata pekerja secara berkala juga akan sangat berguna bagi penderita kelainan refraksi mata atau penyakit mata sehingga dapat segera diatasi dan terhindar dari keparahan. Setelah diketahuinya kondisi mata pekerja, perusahaan menindaklanjuti dengan cara memfasilitasi pekerja untuk menangani masalah mata tersebut khususnya masalah mata yang berhubungan atau bahkan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Dengan adanya pengaturan waktu istirahat, pemeriksaan mata, dan tindak lanjut, diharapkan terjadinya keluhan kelelahan mata akan berkurang.

121 BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Sebanyak 92,4% pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016 mengalami keluhan kelelahan mata.

2. Jenis keluhan kelelahan mata yang paling banyak dikeluhkan oleh pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016 adalah sakit pada leher dan bahu, yaitu sebesar 74,1%.

3. Gambaran faktor perangkat kerja pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu:

a. Sebagian besar pekerja (94,7%) menggunakan komputer dengan jarak yang ideal (≥ 50 cm).

b. 80,6% pekerja tidak menggunakan alat pelindung mata saat melakukan pekerjaannya dengan komputer.

4. Gambaran faktor karakteristik pekerjaan pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu sebagian besar pekerja sudah cukup mengistirahatkan matanya, yaitu sebanyak 67,1%.

5. Gambaran faktor lingkungan kerja pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu 87,6% meja kerja tidak memiliki tingkat pencahayaan yang standar (<315 atau >385 lux).

6. Gambaran faktor karakteristik pekerjaan pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu:

a. Seluruh pekerja pengguna komputer masuk ke dalam kelompok usia tidak berisiko, yaitu < 45 tahun.

b. Sebagian besar pekerja pengguna komputer, yaitu 88,2% berjenis kelamin perempuan.

c. Sebanyak 54,7% pekerja memiliki kelainan refraksi mata.

7. Hubungan faktor perangkat kerja pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu:

a. Tidak ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

b. Tidak ada hubungan antara alat pelindung mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.

AM tahun 2016.

8. Tidak ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

9. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016. Pencahayaan yang sesuai dapat mencegah terjadinya kelelahan mata, sedangkan pencahayaan yang kurang baik dapat menimbulkan kelelahan mata.

10. Hubungan faktor karakteristik pekerjaan pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016, yaitu:

a. Tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

b. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016.

c. Ada hubungan antara kelainan refraksi mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT.

AM tahun 2016. Pekerja dengan kelainan refraksi mata akan lebih cepat mengalami keluhan kelelahan mata karena mata terus menerus berakomodasi untuk dapat melihat subjek yang lebih jelas.

11. Faktor yang paling dominan berpengaruh dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Call Center PT. AM tahun 2016 adalah tingkat pencahayaan.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang ditunjukkan kepada pihak perusahaan dan pekerja untuk mengurangi terjadinya keluhan kelelahan mata akibat penggunaan komputer di tempat kerja. Terdapat pula saran untuk peneliti selanjutnya yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Saran yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Bagi Perusahaan

1. Memperbaiki tingkat pencahayaan yang masih di bawah standar agar pekerja tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Upaya yang dilakukan dapat berupa:

a. Menaikan watt dan merawat lampu jika padam dan kusam hingga mencapai standar minimal yang telah ditetapkan, yaitu 350 lux.

b. Menata letak meja kerja dan lampu agar menghasilkan pencahayaan yang optimal.

c. Memanfaatkan pencahayaan alami dan dimaksimalkan dengan pencahayaan buatan.

2. Memasang filter screen pada setiap komputer untuk meminimalisir radiasi dan kesilauan yang ditimbulkan oleh layar monitor sehingga dapat mengurangi dampak keluhan kelelahan mata.

3. Mengatur posisi meja kerja sedemikian rupa agar pekerja dapat bekerja dengan jarak ideal terhadap layar monitor, yaitu ≥ 50 cm.

4. Melakukan pengaturan waktu istirahat bagi pekerja atau menggunakan program sebagai bantuan untuk mengingatkan waktu istirahat mata bagi para pekerja saat menggunakan komputer sehingga pekerja terhindar dari terjadinya keluhan kelelahan mata dan bertambahnya tingkat kelainan refraksi mata yang diderita.

5. Memberikan pengetahuan dan pengarahan kepada para pekerja tentang cara bekerja yang baik dan cara melakukan istirahat mata serta tubuh yang efektif tertutama saat bekerja menggunakan komputer.

6. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala terhadap pekerja agar dapat mengetahui kesehatan mata terutama kelainan refraksi mata dan memberikan fasilitas bagi pekerja untuk menanggulangi masalah mata yang diderita sehingga jika terjadi kelainan dapat segera diatasi dan terhindar dari keparahan.

Bagi Pekerja

1. Menambahkan lapisan anti radiasi komputer pada kacamata yang digunakan terutama bagi pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata agar mata terlindung dari radiasi dan kesilauan yang ditimbulkan oleh layar monitor sehingga dapat mengurangi dampak keluhan kelelahan mata.

2. Tidak bekerja dengan jarak monitor < 50 cm karena jarak yang dekat antara monitor dan mata dapat mempercepat terjadinya keluhan kelelahan mata.

3. Mengistirahatkan mata dan tubuh secara teratur sehingga keluhan kelelahan mata dapat terminimalisir.

4. Tidak menggunakan lensa kontak bagi pekerja yang memiliki kelainan refraksi mata karena lensa kontak dapat menyebabkan mata cepat kering dan memperbesar risiko terjadinya keluhan kelelahan mata.

Bagi Peneliti Lain

1. Melakukan pengukuran keluhan kelelahan mata dengan metode lain sehingga lebih objektif, seperti Photostress Recovery Test, Flicker Fusion Eye Test, Tes Uji Waktu Reaksi atau pemeriksaan mata oleh ahlinya.

2. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk simpel random sampling.

126

Affandi, Edi S. 2005. Sindrom penglihatan Komputer (Computer Vision Syndrome). Majalah Kedokteran Indonesia, 55(3), 297-300.

Agarwal, Smita, dkk. 2013. Evaluation of the Factors which Contribute to the Ocular Complaints in Computer Users. Journal of Clinical and Diagnostic Research : JCDR, 7(2), 331-335.

Agus. 2013. Cara Relaksasi Sejenak di Depan Komputer. Tersedia di

http://www.agusrianto.info/2013/08/cara-relaksasi-sejenak-di-depan-komputer.html diakses pada 5 Mei 2016.

Akbar, Reni dan Hawadi. 2011. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo.

American Optometric Association (AOA). 2017. Computer Vision Syndrome.

Tersedia di http://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-vision/protecting-your-vision/computer-vision-syndrome?sso=y diakses pada 28 Februari 2017.

Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.

Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anggraini, Yeni. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Operator Komputer Pt. Bank Kalbar Kantor Pusat Tahun 2012. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1).

Anshel, Jeffrey. 2005. Visual Ergonomic Handbook. Boca Raton: CRC Press.

Taylor & Francis Group.

Anugerah, Henny. 2016. 8 Bahaya Mata Minus Tinggi Pria dan Wanita. Tersedia di http://halosehat.com/penyakit/mata-minus/bahaya-mata-minus-tinggi diakses pada 16 Januari 2017.

Arumugam, Seshadhri, dkk. 2014. Prevalence of Computer Vision Syndrome among Information Technology Professionals Working in Chennai. World Journal of Medical Sciences, 11(3), 312-314.

Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 03-2396-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung. Jakarta: Dewan Standarisasi Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 03-6575-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung. Jakarta: Dewan Standarisasi Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 16-7062-2004. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta:

Dewan Standarisasi Indonesia.

Bhanderi, Dinesh, dkk. 2008. A Community-Based Study of Asthenopia in Computer Operators. Indian Journal of Ophthalmology, 56(1), 51-55.

Bharathi dan Reddy K, Pothi. 2015. Measuring Critical Flicker Fusion Frequency in Human Eye by Utilizing Sound Card of the Computer as DAC. International

Journal for Research in Applied Science & Engineering Technology (IJRASET), 3(1), 48-50.

Bidakara Medical Center (BiMC). 2017. Kesehatan MATA. Tersedia di

http://bidakaramedical.co.id/berita/?u=berita&q=23&page=kesehatan-mata.html diakses pada 29 Maret 2017.

Cameron, John R., dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Edisi 2. Alih bahasa, Brahm U. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pencahayaan Salah Perburuk Penglihatan.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dewi, Yulyana Kusuma, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada Operator Komputer di Kantor Samsat Palembang Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Dhiman, Kartar Singh, dkk. 2012. Clinical Efficacy of Ayurvedic Management in Computer Vision Syndrome: A Pilot Study. AYU (An International Quarterly Journal of Research in Ayurveda), 33(3), 391-395.

Fadhillah, Selisca Luthfiana. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT.

Bank X, Jakarta Tahun 2013. Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Fajar, Jum’atil. 2011. Informasi Kapuas (Jilid 5): 1 Juli 2011 - 1 Oktober 2011.

Fizari, Steofandi, dkk. 2010. Media Komputer Variasi LCD.

Frick, Heinz. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Edisi 2. Jakarta:

EGC.

Grandjean, E. 1988. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational Ergonomics 4th Edition. London: Taylor and Francis.

Guyton, Arthur C dan Hall, John E.. 2006. Medical Physiology. Eleventh Edition.

Pennsylvania: Elsevier Saunders.

Hanum, Iis Faizah. 2008. Efektivitas Pengguna Screen pada Monitor Komputer untuk Menguragi Kelelahan Mata Pekrja Cell Center di PT Indosat NSR.

Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Harian TI. 2014. Survei BPS: Jumlah Pengguna Internet Indonesia Tahun 2013 Tembus 71 Juta Orang. Tersedia di http://harianti.com/survei-bps-jumlah-pengguna-internet-indonesia-tahun-2013-tembus-71-juta-orang/ diakses pada 24 Mei 2016.

Hasibuan, Nova Dwi Putri. 2011. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal pada Pegawai yang Menggunakan Personal Computer di PLN (Persero)Wilayah

Sumatera Utara Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis. 2011. Statistik Kesehatan. Depok:

RajaGrafindo Persada.

Hawarij, Salik dan Afifah, Hasna. 2017. Refraksi Cahaya pada Mata. Tersedia di https://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/penginderaan-kedokteran-dasar/refraksi-cahaya-pada-mata/ diakses pada 20 Maret 2017.

Heiting, Gary. 2014. How Your Vision Changes as You Age. Tersedia di http://www.allaboutvision.com/over60/vision-changes.htm diakses pada 5 Mei 2016.

Hendra. 2009. Tekanan Panas dan Metode Pengukurannya di Tempat Kerja.

Disampaikan pada Semiloka Keterampilan Pengukuran Bahaya Fisik dan Kimia di Tempat Kerja. Ruang Promosi Doktor. Gedung G Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Hendra dan Octaviani, Devie Fitri. 2007. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Laptop pada Mahasiswa FKM UI. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.

Hirsch, Robert. 2011. Exploring Color Photography Fifth Edition: From Film to Pixels. Oxford: Focal Press.

Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Indayudha, Fery. 2008. Jagp Merakit dan Memperbaiki Komputer. Yogyakarta:

Mediakom.

James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes: Oftamologi. Edisi Kesembilan. Alih Bahasa: Asri Dwi Rachmawati. Jakarta: EMS (Erlangga Medical Series).

Karlen, Mark dan Benya, James. 2007. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Alih Bahasa: Diana Rumagit. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Koto, Rahmad Agus. 2012. Waspadai Computer Vision Syndrome (CVS). Tersedia di http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/20/waspadai-computer-vision-syndrome-cvs-494843.html diakses pada 5 Mei 2016.

Kristo, Fino Yurio. 2007. Tahun 2015, Jumlah Komputer Dunia Capai 2 Miliar.

Tersedia di http://inet.detik.com/read/2007/06/12/121942/792580/317/tahun-2015-jumlah-komputer-dunia-capai-2-miliar diakses pada 24 Mei 2016.

Kurmasela, Grace P, dkk. 2013. Hubungan Waktu Penggunaan Laptop dengan Keluhan Penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, 1(1).

Logaraj, M., dkk. 2014. Computer Vision Syndrome and Associated Factors among Medical and Engineering Students in Chennai. Annals of Medical and Health Sciences Research, 4(2), 179-185.

MADCOM. 2010. Panduan Lengkap Microsoft Windows. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Mario, Rossy. 2015. Sering Sakit Kepala? Bisa Jadi Karena Mata Terlalu Lelah.

Tersedia di http://mencegahpenyakit.com/sering-sakit-kepala-bisa-jadi-karena-mata-terlalu-lelah/ diakses pada 30 Maret 2017.

Maryamah, Siti. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Bagian Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Tahun 2011.

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Miller, Neil R., dkk. 2005. Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro-Ophthalmology, 6th Edition. Philadelphia dan Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Murtopo, Ichwan. 2005. Pengaruh Radiasi Layar Komputer Terhadap Kemampuan Daya Akomodasi Mata Mahasiswa Pengguna Komputer di Universitas Muhamadiyah Surakarta. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 6(2), 153-163.

NIOSH. 1999. NIOSH Publications on Video Display Terminals – Third Edition.

Ohio: U.S. Department of Health and Human Services.

Ningrum, Dewi Widya. 2007. Lindungi Mata dari Radiasi Komputer!. Tersedia di http://inet.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/03/tgl/15/time /151850/idnews/754764/idkanal/398 diakses pada 10 Agustus 2016.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.

Nourmayanti, Dian. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di Coporate Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Nugroho, Hengki Ditya Eko. 2009. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja di Laboratorium PT. Polypet Karyapersada Cilegon. Program Diploma IV Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U.S. Department of Labor.

Pangemanan, Jurisna Maria, dkk. 2014. Hubungan Lamanya Waktu Penggunaantablet Computerdengan Keluhan Penglihatanpada Anak Sekolah di SMP Kr. Eben Heazer 2 Manado. e-CliniC, 2(2).

Pardianto, Gede. 2015. Sakit Kepala, Mata pegal, Tidak Nyaman, Pedih, dan Berair

oleh Dr. Gede Pardianto, SpM. Tersedia di

http://www.kompasiana.com/smec-group/sakit-kepala-mata-pegal-tidak-

nyaman-pedih-dan-berair-oleh-dr-gede-pardianto-spm_5529e96ef17e61c839d62444 diakses pada 13 Desember 2016.

Parsons, June Jamrich dan Oja, Dan. 2010. Computer Concepts. Illustrated Introductory. Seventh Edition, Enhanced. Boston: Course Technology.

Patel, Dhaval. 2014. I Notes (Ophthalmology PG Exam Notes) 1st Edition. India:

AIIMS.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja.

Permana, Melati Aisyah, dkk. 2015. Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pekerja Rental Komputer di Wilayah UNNES. Unnes Journal of Public Health, 4(3).

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomic, Work, and Health. USA: Aspen Publisher Inc.

Putra, Rahmat. 2008. Jago Komputer dalam Sehari. Jakarta: Tangga Pustaka.

Rahman, Zairina A, dan Sanip, S. 2011. Computer User: Demographic and Computer Related Factors That Predispose User To Get Computer Vision Syndrome. International Journal of Business, Humanities and Technology, 1(2), 84-91.

Roestijawati, Nendyah. 2007. Syndrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display Terminal (VTD). Cermin Kedokteran, No. 154.

Santoso, Fery Firman dan Widajati, Noeroel. 2011. Hubungan Pencahayaan dan Karakteristik Pekerja dengan Keluhan Subyektif Kelelahan Mata pada Operator Komputer Tele Account Management Di PT. Telkom Regional 2 Surabaya.

Setiabudi, Tony, dan Hardywinoto. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Shantakumari, N., dkk. 2014. Computer Use and Vision-Related Problems Among University Students In Ajman, United Arab Emirate. Annals of Medical and Health Sciences Research, 4(2), 258-263.

Sheedy, James E., dan Shaw-McMinn, Peter G. 2003. Chapter 1 - Computer Vision Syndrome. In Shaw-McMinn, J. E. S. G. (Ed.), Diagnosing and Treating Computer-Related Vision Problems (pp. 1-5). Burlington: Butterworth-Heinemann.

Sherman, Mark D. dan Henkind, Paul. 1988. Photostress Recovery in Chronic Open

Sherman, Mark D. dan Henkind, Paul. 1988. Photostress Recovery in Chronic Open