• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

3. Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang

Dalam upaya mensukseskan tujuan atau visi misi daripada bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Enrekang tentu selalu ada saja hambatan sehingga pelaksanaan bimbingan konseling dalam pribadi-sosial siswa tidak bisa berjalan mulus atau terganggu. Gangguan-gangguan itu datang tidak hanya dari pihak guru

bimbingan konseling saja, Tetapi bisa juga dari siswa itu sendiri, bahkan orang tua mereka. Akan tetapi hal itu tidak mengurangi semangat para konselor dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang konselor. Bahkan konselor sangat aktif dalam menangani setiap kasus yang dihadapi para siswa guna membantu siswa menyelesaikan masalahnya. Namun, pemberian pelayanan bimbingan konseling itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, terkadang ada saja hambatan yang menghambat pelaksanaan program bimbingan konseling tersebut, diantaranya hambatan-hambatan tersebut adalah

:

a. Ketidakterbukaan siswa terhadap masalah yang dialami

Asas kejujuran yang belum terpenuhi dan budaya anak yang takut untuk mengakui kesalahannya. Kaitannya dengan pelayanan bimbingan konseling sifat jujur itu sangat mendukung, karena jika sifat jujur tidak bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan konseling, tentunya akan mempersulit dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut. Namun pada kenyataannya budaya untuk mengakui kesalahan diri sendiri itu masih kurang, karena anggapan mereka tentang perbuatannya yang selalu benar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa sifat tertutup siswa terhadap guru terkait masalah yang dihadapi menjadi hambatan dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial. Sepeti hasil wawancara dengan M bahwa ada ketakutan untuk menceritakan masaalahnya dan lebih memilih diam. Ini beralasan karena terkadang masalah-masalah yang dihadapi tersebut dianggap masalah sepele sehingga

tidak perlu diceritakan. Hal ini kemudian akan menjadi masalah bagi pihak BK yang kurang begitu memahami tentang masalah siswa tersebut karena siswa tidak mau bercerita tentang masalah yang dihadapi

b. Mainset BK sebagai polisi sekolah dan tempat pembinaan siswa yang nakal atau bermasalah

Kebanyakan siswa memandang bahwa bimbingan konseling itu sebagai polisi sekolah yang bertugas menangani siswa yang bermasalah. Padahal, pada dasarnya tidak demikian, bimbingan konseling di Sekolah untuk membantu kelancaran proses pembelajaran, karena bimbingan konseling ini tugasnya untuk membimbing, mengarahkan, membangun motivasi anak agar siswa bisa menjadi orang yang mandiri serta bertanggungjawab.

Hasil wawancara di SMA Negeri 1 Enrekang ditemukan masih banyak anggapan dari siswa bahwa BK adalah polisi sekolah yang gurunya galak, tempatnya anak nakal untuk dibina yang banyak memberi hukuman sehingga mereka enggan untuk menghadap ke guru BK. Hal ini kemudian menjadi pemicu terhambatnya pelaksanaan bimbingn pribadi-sosial.

c. Kurangnya kerjasama dari orang tua siswa

Orang tua memang merupakan faktor utama dalam mengarahkan perilaku atau kepribadian anak-anaknya ke jalan yang benar. Maka orang tua perlu diarahkan dalam menanggapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh anaknya. Selain itu adanya ketidakharmonisan dalam keluarga juga dapat memicu anak melakukan

penyimpangan, yang orang tua harus ketahui adalah bahwa anak itu memerlukan keadaan yang nyaman, terutama dalam keluarga untuk mendukung aktifitasnya.

d. Guru BK tidak mempunyai jadwal masuk ke dalam kelas dan tidak adanya dikungan dari orang tua.

Tidak adanya jadwal khusus untuk masuk ke dalam kelas menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial. Hal ini dikarenakan guru akan sulit untuk memantau aktivitas siswa karena tidak adanya saling tatap muka antara guru dan siswa.

Segala hambatan yang terjadi di atas mereka rasakan sebagai suatu hal yang maklum dan wajar saja terjadi. “Jalan itu tidak selalu mulus”, terkadang melewati hal-hal yang menyenangkan dan terkadang juga merasakan hal-hal yang sulit serta membutuhkan pemikiran yang ekstra.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang berkaitan dengan teori belajar behaviorisme. Menurut teori ini bahwa peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku. Perilaku individu terbentuk atau dipertahankan sangat ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya menyenangkan (memperoleh ganjaran atau reinforcement) maka perilaku cenderung diulang, atau dipertahankan, sebaliknya jika konsekuensinya tidak menyenangkan (memperoleh hukuman atau punishment) maka perilakunya akan dikurangi atau dihilangnya.

Sikap tertutup siswa terhadap masalah yang dihadapi akan membuat siswa memperoleh penguatan yang negative karena adanya rasa takut dan enggan untuk menceritakan masalahnya. Hal demikian tentunya akan mempersulit guru dalam mencari solusi dalam permasalahan tersebut. Selain itu anggapan bahwa BK adalah polisi sekolah, hanya untuk orang-orang yang bermasalah dan akan diberi hukuman oleh guru BK juga akan memberikan penguatan negativ bagi seorang siswa. Adanya pendekatan behavioristik ini diharapkan siswa yang mengalami masalah memiliki tingkah laku yang baru yang terbentuk melalui proses conditioning, bagaimana seorang siswa mampu merespon terhadap stimulus yang dihadapi tanpa menimbulkan masalah yang baru sehingga masalah belajar siswa yang dihadapi dapat teratasi. Setelah itu guru bimbingan dan konseling menjalin hubungan yang baik kepada siswa, agar siswa merasa nyaman untuk mengikuti proses konseling yang diberikan. Hal terpenting untuk mengawali konseling adalah mengembangkan kehangatan kepada klien dan berempati kepada klien agar klien tidak merasa sendirian untuk mengahadapi masalah yang sedang dihadapinya. Pendekatan dengan tujuan agar siswa dapat mengutarakan masalah yang sedang ia hadapi dan termasuk hambatan yang dialaminya. Guru bimbingan dan konseling mengakrabkan diri kepada siswa tersebut dan menciptakan suasana yang nyaman sehingga siswa dapat leluasa mengutarakan masalah yang dihadapinya.

3. Nilai Kebaharuam Hasil Penelitian

Pada penelitian ini memilki banyak hal yang berkaitan dengan penelitian terdahulu yang membahas tentang bimbingan pribadi-sosial di sekolah. Tetapi pada

setiap penelitian memiliki beberapa perbedaan atau nilai kebaharuan dari penelitian sebelumnya.

Hal yang menjadi perbedannya adalah pada fokus permasalahan yang ada. Dalam penelitian sebelumnya bimbingan pribadi-sosial dilakukan untuk mengembangkan perilaku moral anak akan tetapi dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan adalah melihat faktor yang mempengaruhi karakter siswa yang dimana tujuannya adalah untuk melihat apa yang harus dilakukan guru BK setelah melihat bagaimana karakter siswa dipengaruhi oleh lingkungan. Selain itu, terdapat pada jenis penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang sebelumnya, menggunakan jenis penelitian kuantitatif tapi pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sumber informasi yang didapatkan terkait karakter siswa ini juga menjadi nilai kebaharuan karena berasal pada sumber informan yang berbeda.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN