• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang mempengaruhi karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang Menurut Alwisol (2006) bahwa karakter merupakan pemggambaran tingkah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Faktor yang mempengaruhi karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang Menurut Alwisol (2006) bahwa karakter merupakan pemggambaran tingkah

laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilau ( benar, salah), (baik,buruk) secara implisit maupun ekplisit. Karakter merupakan suatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam diri seseorang yang mempengaruhi sikap, tindakan dan cara berfikir sehari-hari. Dilihat dari sudut pandang pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefenisiskan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran dan dengan kata lain keduanya dapat disebut kebiasan.

Pembentukan karakter tidak bisa berhentu begitu saja, karena merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Orang tua dan lingkungan keluargalah yang yang berperan penting dalam peletakan pondasi terbentuknya karakter seorang siswa. Hal yang diakui sebagai faktor yang mempengaruhi karakter adalah keturunan/gen. Dampak dari keluarga yang harmonis dan pengaruh teman sebaya yang buruk atau negative juga mempengaruhi terbentuknya karakter seorang siswa. Pada penelitian ini penulis memfokuskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi karakter siswa. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi karakter siswa seperti yang di ungkapkan oleh beberapa informan dilapangan adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang atau individu itu sendiri. Faktor ini berasal dari ketidakmampuan dalam penyesuaian diri.

Ali dan Asrori (2011) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

Akan tetapi tidak semua individu berhasil dalam menyesuaiakn diri dan banyak rintangannya, baik dari dalam maupun luar. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, menutup diri, kesepian, agresif, dan sebagainya.

Seperti hasil wawancara dengan responden HB disimpulkan bahwa ketidakmampuan siswa dalam meyesuaikan dirinya dengan teman-teman dan lingkungannya mengakibatkan siswa tersebut tidak mampu untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan temannya sehingga lebih memilih menutup diri dan menjauh dari lingkungan teman-temannya.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam pembentukan karakter. Proses mulai lahir hingga dewasa kita memperoleh didikan dari keluarga. Pentingnya pengaruh keluarga akan menjadi dasar bagaimana kita kelak berperilaku setelah terjun di masyarakat.

Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama dalam kehidupan seorang siswa karena dari kelurgalah seorang siswa mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan membentuk kepribadian anak yang baik, perkembangan kepribadian anak dapat dikendalikan dan dibentuk dengan bimbingan dan bantuan, terutama keluarga karena keluarga tempat pendidikan pertama kali bagi anak. Apabila anak yang mendapat kesan baik dalam interaksinya di lingkugan keluaga maka konsep diri anak akan menjadi baik pula begitu juga sebaliknya.

Senada dengan Ainur dan Isma (2018) bahwa kondisi dan suasana dalam keluarga ikut berpengaruh terhadap pendidikan karakter seorang anak, suasana

keluarga tanpa kekerasan menjadi salah satu solusi yang sangat efektif untuk membuat seorang anak merasa nyaman, damai dan tenreram apabila berada di rumahnya, akhirnya anak memiki emosi yang stabil sehingga karakter yang baik akan terbentuk.

2) Lingkungan teman sebaya

Blazevic (2016) mengatakan bahwa teman sebaya didefinisikan sebagai kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang dengan usia, pendidikan atau status sosial yang serupa. Lingkungan teman sebaya tentunya memiliki peran bagi remaja di mana pun berada, tak terkecuali di sekolah. Lingkungan teman di sekolah juga memiliki peran tersendiri bagi siswa di sekolah tersebut. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Hal tersebut berarti keberadaan kelompok teman sebaya akan memberikan dukungan kepada siswa untuk berperilaku dan bersosialisasi dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Hasil wawancara dengan informan bahwa teman sebaya mempengaruhi karakter siswa di dalam lingkungan pergaulannya, yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, tergantung kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya. Perilaku tersebut terjadi karena adanya rasa solidaritas antar teman sehingga mereka ikut-ikutan dalam melakukan apa yang teman mereka lakukan.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Yusuf dan Ajat (2018) bahwa Kebiasaan yang dilakukan dalam kelompok, akan mempengaruhi kepribadian anggotanya, dan akan menjadi acuan berperilaku anggotanya, sehingga secara tidak langsung, karakter masing-masing anggota akan terbentuk sesuai dengan karakter

sosial yang dibangun di dalam kelompok pergaulannya. Kebiasaan itu tentunya beraneka ragam, kebiasaan yang positif, atau negatif, tergantung kelompok teman sebaya yang seperti apa yang diikutinya.

Secara teoritis keterkaitan teori denagn faktor yang mempengaruhi karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang dapat dikatakan mendukung teori behaviorisme pada paradigma perilaku sosial. Dimana menurut paradigma ini perilaku sosial memusatkan perhatian kepada hubungan antara individu dengaan lingkungannya. Pendekatan ini menjelaskan perilaku seseorang dipengaruhi dari lingkungan dan sesuai apa yang mereka lakukan di masa sekarang maka akan menggambarkan perilaku dimasa yang akan datang. Sehingga demikian siswa akan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma memungkinkan bahwa lingkunganlah yang menjadi akar permasalahan, bahwa tingkah laku siswa yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan (keluarga dan teman sebaya) akan menghasilkan perubaha-perubahan dalam lingkungan juga menimbulkan perubaha-perubahan tingkah laku siswa.

2. Peran guru BK dalam bimbingan pribadi-sosial yang ada di SMA Negeri 1 Enrekang

Peran pendidikan peserta didik mencerdaskan untuk memiliki pengetahuann dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan juga kepribadian yang mandiri, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak. Disinilah pendidikan tidak hanya berperan untuk intelek saja, namun pendidikan juga harus mampu membuat dirinya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Berbagai macam persoalan yang dialami oleh para siswa yang perlu di bombing guru BK seperti masalah bakat dan belajar, ataupun masalah yang membuta para siswa tersebut butuh seorang pembimbing untuk bisa menjadi menemukan solusi yang tepat. Sehingga masalah yang dihadapi bisa terselesaikan.

a. Melaksanakan konseling individu

Konseling individu adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan guru BK kepada individu secara perseorangan dan secara langsung yang sedang mengalami sesuatu masalah baik masalah pribadi, sosial, belajar, maupun masalah karir yang bertujuan untuk pemecahan masalah peserta didik.Sebagaimana pendapatMarini (2012) bahwa layanan konseling individual yaitu layananbimbingan dan peserta didi yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan secara (tatap muka) dengan guru pembimbing dalam rangka dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya yang bertujuan untuk adanya interaksi langsung antara guru BK dan individu. Hal ini memungkinkan menciptakan komunikasi yang baik antara guru BK dengan peserta didik sehingga tidak enggan untuk mengungkapkan pikiran dan masalahnya sehingga perubahan pada tingkah laku peserta didik terwujud.

Sehubungan dengan ini, guru BK SMA Negeri 1 Enrekang kepada siswa yang bermasalah terkait masalah sosial menerapkan layanan ini dengan tujuan bahwa pelaksanaan layanan ini memungkinkan peserta didik untuk terbuka tidak ragu-ragu dalam membicarakan masalahnya sehingga masalah tersebut bisa teratasi dengan tujuan adanya perubahan tingkah laku posistif peserta didik.

Fungsi preventif berkaitan dengan peran guru BK untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, guru BK memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Sehubungan dengan ini, langkah pencegahan yang dilakukan guru BK kepada siswa yang bermasalah dengan menjadi teladan atau contoh yang baik. Langkah ini sebagai awal untuk mencegah siswa sebelum bermasalah. Sebagai contoh dengan memberikan pemahaman tentang cara sosialisasi yang baik, bagaimana cara bergaul yang baik. Selain itu langkah yang dilakukan guru BK yakni pemberian nasihat untuk tetap melakukan perbuatan yang baik.

c. Memfasilitasi siswa

Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan berbagai media dan sumber pelaksanaan bimbingan-pribadi-sosial. Dari ungkapan ini bahwa guru harus mampu mewujudkan dirinya sebagai fasilitator yang menyediakan sumber dan media yang beragam dalam setiap kegiatan. Dalam hal ini, guru dengan memfasilitasi siswa dengan cara memberikan arahan kepada siswa yang aktif untuk berdiskusi dengan siswa yang pendiam sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan lingkungan teman-temannya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru BK terhadap pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang berkaitan dengan teori behaviorisme. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang sudah diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Sekolah menjadi salah satu tempat perubahan perilaku karena sebagian waktu dari siswa dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial setiap guru telah memilki cara dan teknik tersendiri. Pelaksanaan konseling individu dilakukan untuk memberikan bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalahnya yang ditandai dengan memungkinkan terciptanya interkasi dan komunikasi yang baik terjalin antara peserta didik dan guru. Selain itu, dengan cara memberikan nasihat dan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana untuk tetap melakukan perbuatan yang baik. Dengan cara-cara yang dilakukan guru BK akan terwujud peserta didik berkarakter posisitf yang sesuai dengan nilai dan norma.

3. Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1