• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA NEGERI 1 ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA NEGERI 1 ENREKANG"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA NEGERI 1 ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH JUHARNI 10538321015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR NOVEMBER 2019

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mugkar. Dan itulah orang-orang yang beruntung.

(Q.S Ali-Imran ayat 104) Jangan pernah mengeluh

Hanya lakukan apa yang bisa kau lakukan Itu saja…

Aku percaya janji Allah Walau sulit tetap kujalani

Karena tidak ada yang berharga didunia ini Selain senyum bangga dibibir orang tuaku Saat kupersembahkan karya ini…

Terimah kasih kepada Ayahanda Munir. S dan Ibunda tercinta Jumani tetesan keringatmu, jerih payahmu, do’amu selalu menyertai langkaku. Dukungan Ayahanda dan Ibunda adalah kekuatan terdahsyat ananda dalam menyelesaikan karya ini. Penghormatan dan terimahkasih juga kepada saudaraku, keluarga

besarku, sahabat-sahabatku atas semangat yang tak surut kalian berikan,canda tawa dan kesan saat bersama kalin tentuh tidak mudah untuk dilupakan.

(5)

ABSTRAK

Juharni, 2019. Bimbingan Pribadi-Sosial terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Enrekang, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Nursalam dan Tasrif Akib.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi karakter siswa, untuk mengetahui bagaimana peran guru BK dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial dan untuk mengetahui bagaimana faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti melakukan penelitian di lokasi SMA Negeri 1 Enrekang, kabupaten Enrekang. Dalam peneitian ini informan dipilih langsung oleh peneliti yang disebut sasaran penelitian berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu guru BK, siswa dan orang tua siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui berbagai tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teknik.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, faktor yang mempengaruhi karakter siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti ketidakmampuan dalam penyesuaian diri. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya. Adapun peran guru BK dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial dengan melaksanakan konseling individu, sebagai agen preventif dan memfasilitasi siswa. Adapun yang menjadi hambatan pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial adalah ketidakterbukaan siswa terhadap masalah yang dihadapi, mainset siswa tentang BK sebagai polisi sekolah dan tempat pembinaan siswa nakal atau bermasalah, kurangnya kerjasama dari orang tua siswa, guru BK tidak mempunyai jadwal masuk ke dalam kelas.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang karena-Nya kita hidup dan karena-Nya kita kembali. Dari-Nya segala sumber kekuatan dan inspirasi terindah dalam menapaki jalan hidup ini, Dialah yang memberikan begitu banyak nikmat khususnya kesehatan dan kesempatan sehingga Skripsi yang berjudul “Bimbingan Pribadi-Sosial Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Enrekang” dapat penulis selesaikan. Shalawat dan taslim semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, yang merupakan uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik untuk ummat mansia sampai akhir zaman.

Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang teristimewa dengan segenap cinta dan hormat penulis haturkan kepada kedua orang tuaku Ayahanda terhormat Munir.S dan Ibunda Jumani yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan cintanya serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhaasilan penulis. Semoga apa yang berikan kepada penulis bernilai kebaikan dan dapat menjadi penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada; Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,M.M. sebagai Rektor Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta wakil staff Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Penddikan

(7)

Universitas Muhammadiyah Makassar, Drs. H. Nurdin, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi dan Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D., Sekertaris Jurusan Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar, selanjutnya Dr. H. Nursalam, M.Si sebagai pembimbing I dan Tasrif Akib, S.Pd.,M.Pd sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis. Terkhusus kepada narasumber atas segala informasi dan kerjasamanya yang baik selama penulis melaksanakan penelitian.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada seluruh saudaraku Murni Munir, Mukhlis Munir, Muliadi Munir, Musriadi Munir, Muslimin Munir, Mukmin Munir, Mursalim Munir, Muhajirin Munir, Muhasrah Munir yang selalu memberi semangat dan dorongan untuk bisa menyelesaikan studi ini. Seluruh keluarga yang selalu memberi motivasi untuk bisa menyelesaikan studi ini. Dan teman-teman seperjuangan Nur’ainun Hasni, Fitriani, S.Pd, dan SILUMAN FAM’S yang selalu membersamai selama penulisan dan pembelajaran.Dan teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 2015 terkhusus kelas B yang telah bersama-sama berjuang keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Kebersamaan ini akan menjadi sebuah kenangan yang terindah. Hanya Allah Subuhana Wata’ala yang dapat memberi imbalan yang setimpal. Semoga aktivitas kita senantiasa bernilai ibadah di sisi-Nya. Sebagai manusia biasa

(8)

yang taluput dari kesalahan, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga saran dan kritikan tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun lagi belajar. Amin.

Wassalamu „alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, November 2019

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8 E. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

(10)

1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 10

a)Pengertian bimbingan pribadi-sosial ... 10

b)Tujuan bimbingan pribadi-sosial ... 12

c)Fungsi bimbingan pribadi-sosial ... 14

d)Peran guru BK dalam pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial ... 15

2. Pembentukan Karakter ... 17

a) Pengertian karakter ... 17

b) Faktor yang memengaruhi karakter ... 18

c) Pengertian pembentukan karakter ... 24

d) Fungsi pembentukan karakter... 25

e) Prinsip Pembentukan Karakter ... 26

B. Kajian Teori ... 27

C. Kerangka Konsep ... 30

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Fokus Penelitian ... 37

D. Informan Penelitian ... 37

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

(11)

H. Teknik Analisis Data... 43

I. Teknik Keabsahan Data ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 46 A. Deskripsi Umum Kabupaten Enrekang Sebagai

Daerah Penelitian ... 46 B. Deskripsi Khusus Sekolah SMA Negeri 1 Enrekang sebagai

Latar Penelitian ... 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59 A. Hasil Penelitian ... 59

1. Faktor yang memengaruhi karakter siswa

di SMA Negeri 1 Enrekang ... 59 2. Peran Guru BK dalam Bimbingan Pribadi-Sosial

di SMA Negeri 1 Enrekang ... 68 3. Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial

di SMA Negeri 1 Enrekang ... 73 B. Pembahasan ... 77

1. Faktor yang memengaruhi karakter siswa

di SMA Negeri 1 Enrekang ... 77 2. Peran Guru BK dalam Bimbingan Pribadi-Sosial

di SMA Negeri 1 Enrekang ... 81 3. Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial

(12)

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 92 A. Simpulan ... 92 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Konsep ... 32

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Informan Penelitian ... 39

4.2 Pembagian Kecamatan Enrekang ... 49

4.3 Daftar Nama Guru SMA Negeri Enrekang ... 60

4.4 Daftar Staff Tata Usaha ... 65

(15)

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang

Pada hakikatnya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan individu, kelompok masyarakat, atau bangsa. Oleh karena itu pendidikan perlu secara terus menerus ditumbuhkembangkan secara sistematis, terpadu, dan terencana oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di bidang pendidikan, sehingga pendidikan sebagai salah sektor pembangunan yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia benar-benar dapat memberikan sumbangan yang riil, positif, dan signifikan dalam usaha turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan usaha sadar yang sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk mencapai kemajuan lebih baik dalam kehidupan manusia.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah proses pembelajaran berlangsung bagi peserta didik untuk dapat memahami dan mengerti serta membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan itu sendiri dianggap mampu dalam menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan serta mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri motivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Tujuan dari pendidikan harus bisa menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, profesional dan cerdas yang mencangkup

(16)

secara intelegency, emosional dan spiritual. Dari berbagai aspek yang telah disebutkan tersebut itu merupakan aspek yang mendorong seseorang untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Tanpa pendidikan manusia sama saja hidup tanpa ilmu karena pada dasarnya manusia diberikan akal dan otak untuk berpikir dan memilah-milih sesuatu hal yang akan dia lakukan yang mampu membawa mereka ke arah yang lebih baik yang sesuai dengan apa yang ingin mereka capai. Disitulah dapat dilihat bagaimana peran pendidikan dalam kehidupan manusia.

Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik melalui pendidikan (Ainiyah, 2013 ).

Lebih lanjut Yusuf & Nurihsan dalam Vivit & Fanny (2018), fungsi dan tujuan pendidikan harus menunjukkan karakter yang pribadi peserta didik yang diharapkan mampu terbentuk melalui pendidikan. Klausul undang-undang ini memberikan implikasi imperative terhadap semua penyelenggara pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal agar senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun karakter (character building) peserta didik yang mempunyai

(17)

ciri-ciri pribadi seperti tercantum dalam tujuan pendidikan. Tentunya pendidikan karakter akan tercapai dalam setiap pembelajaran apabila seluruh unsur-unsur dalam pembelajaran terpenuhi. Unsur pokok pembelajaran seperti guru, siswa, sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran hubungan sosial antara guru dan siswa dan lingkungan serta budaya harus saling mendukung. Hampir semua negara-negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan paling utama dalam hal pembangunan bangsa dan negara yang berkualitas.

Demikian pula dengan negara Indonesia yang sampai saat ini menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting dan utama. Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang penting untuk menjadi kajian dan mendesak. Gambaran situasi yang berada di masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan. Kondisi moral atau akhlak generasi muda yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai moral yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan maraknya peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, seks bebas di kalangan remaja , peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran antar pelajar, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh perkembangan teknologi baik dibidang informasi, komunikasi yang sangat pesat sehingga memudahkan para generasi muda untuk mengakses hal-hal demikian dan internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan masih kurang. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui penanaman moral yakni pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.

(18)

Pengembangan potensi menjadi kompetensi hidup memerlukan sistem pelayanan pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengandalkan pelayanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen saja, tetapi juga pelayanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-edukasi. Semua keperluan dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, urusan pendidikan yang fokus kajian utamanya mengenai masalah-masalah siswa adalah bimbingan dan konseling sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan usaha pembaharuan pendidikan nasional . Jika dilihat dari arti dan tujuan bimbingan dan konseling secara mendalam, maka jelas urgensi bimbingan dan konseling sangat besar bagi usaha pemantapan arah hidup generasi muda dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental dalam masyarakat terutama hal yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter.

Bimbingan dapat diartikan sebagai sesuatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Hal senada diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti dalam Hartinah (2016) , yang mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan

(19)

kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan proses seorang ahli dalam memberikan bantuan terhadap individu atau beberapa individu baik anak-anak, remaja atau orang dewasa agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri serta mandiri sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal dan mencapai kesejahteraan hidup.

Hal demikian sangat berkaitan dengan pendidikan serta bimbingan pribadi sosial yang paling mendukung terhadap pembentukan sikap siswa dalam rana pendidikan dan kehidupan sosialnya yaitu pembentukan karakter siswa yang didampingi oleh tenaga pendidik. Dalam proses pembentukan karakter siswa sangat dibutuhkan yang namanya peran serta tenaga pendidik yang didukung oleh pendidikan karakter sehingga demikian dimasukkan dalam setiap pelajaran diharapkan mampu menciptakan manusia-manusia yang mempunyai moralitas baik dan berwawasan kebangsaan serta mempunyai patriotisme yang tinggi terhadap negara. Tentunya pendidikan karakter akan tercapai dalam setiap pembelajaran apabila seluruh unsur-unsur dalam pembelajaran telah terpenuhi. Unsur pokok pembelajaran seperti guru, siswa, sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran dan lingkungan serta budaya harus saling mendukung satu sama lain, sehingga mampu mmendorong dan menghasilkan generasi yang berintelektual.

Menurut Mawangi (2011) pembentukan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar mengambil keputusan dengan bijak dan

(20)

mempraktekan dalam kehidupan seghari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi positif kepada lingkungan. Pembentukan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pembentukan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa melakukannya.

SMA Negeri 1 Enrekang adalah Sekolah Menengah Atas Negeri yang berlokasi di Kecamatan Anggeraja, Kab. Enrekang . Salah satu sekolah yang memiliki siswa yang mempunyai karakter yang beragam. Sama halnya persoalan yang terjadi pada peserta didik di sekolah pada umumya di sekolah ini juga juga mempunyai masalah berkaitan dengan masalah karakter siswa yang. Hal tersebut disebabkan oleh masalah masalah yang berkaitan dengan hubungan pribadi dan sosial yang ada pada diri siswa tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di sekolah SMA Negeri 1 Enrekang telah menyebutkan berbagai masalah yang dihadapi siswa antara lain: hubungan dengan sesama teman sebaya yakni kurang percaya diri dengan kondisi fisik, sulit berbaur dengan siswa lain, dan juga masalah pribadi seperti sering malas untuk berangkat ke sekolah dan masalah sulit menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Dari berbagai masalah yang dihadapi siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan penyesuaian diri pada siswa masih kurang. Dan salah satu program pendidikan yang disusun untuk mengatasi hal itu adalah program bimbingan pribadi-sosial.

(21)

Melalui pelaksanaan program tersebut diharapkan mampu menjadi solusi dalam membantu internalisasi nilai-nilai karakter pada siswa SMA Negeri 1 Enrekang.

Berangkat dari permasalahan diatas, maka penulis tertarik mengkaji secara empirik mengenai “Bimbingan Pribadi-Sosial terhadap Pembentukan Karakter Siswa SMA Negeri 1 Enrekang”.

G. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Faktor apakah mempengaruhi karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang?

2. Bagaimanakah peran guru BK dalam bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang?

3. Bagaimanakah faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang?

H. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang

2. Untuk mengetahui peran guru BK dalam bimbingan pribadi sosial di SMA Negeri 1 Enrekang

3. Untuk mengetahui faktor penghambat pelasanaan bimbingan pribadi-sosial di SMA Negeri 1 Enrekang

(22)

I. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara menyeluruh baik dari teoritis maupun secara praktis kepada pihak-pihak yang terkait bermanfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teorits

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi teoritis mengenai bimbingan pribadi-sosial terhadap pembentukan karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang

2. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar

b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua guru sebagai bahan pertimbangan dalam memahami bimbingan pribadi-sosial terhadap pembentukan karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang

2. Bagi sekolah diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta dapat menjadi bahan evaluasi oleh pihak sekolah terkait mengenai bimbingan pribadi-sosial terhadap pembentukan karakter siswa di SMA Negeri 1 Enrekang

3. Bagi masyarakat khususnya orang tua siswa, diharapkan dapat memberikan dukungan serta motivasi moril dan terhadap anaknya dalam menempuh pendidikan di sekolah.

4. Bagi penulis diharapkan dapat memberikan pengalaman serta menanamkan banyak ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang

(23)

J. Definisi Operasional

Defenisi operasional dari judul yang penulis konsepkan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran. Maka penulis memberikan batas beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan pribadi-sosial

Bimbingan pribadi-sosial adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan konselor atau dalam hali ini guru BK yang terkait kepada peserta didik yang memiliki persoalan masalah pribadi dan masalah sosial yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.

2. Pembentukan karakter

Pembentukan adalah sebagai usaha sungguh-sunguh dalam rangka membentuk atau mengubah sedangkan karakter adalah sifat, akhlak, watak dan juga keperibadian seseorang. Sehingga yang dimaksud dengan pembentukan karakter adalah usaha sungguh-sungguh untuk mengubah sifat, akhlak dan keperibadian mulia peserta didik.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bimbingan pribadi-sosial diharapkan dapat menjadi salah satu layanan untuk membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan yang dialami baik maslah pribadi maupun masalah sosial untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga membentuk kualitas pribadi yang baik.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep

1. Bimbingan Pribadi-Sosial

a. Pengertian bimbingan Pribadi-Sosial

Banyak pendapat ahli yang mendefenisikan tentang pengertian bimbingan. Secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu atau kelompok tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupannya. Senada dengan itu Leverer dalam Quraisy dan Suardi (2016:1) yang mengatakan bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematis guna membantu pertumbuhan anak atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya sendiri pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang berguna yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. Pendapat lain dikemukakan oleh Year’s Book of Education 1955 dalam Amin, 2015:4) , yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaat social.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk dapat mengetahui

(25)

kemampuan atau kekuatan yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan dirinya sendiri dan berguna di lingkungan masyarakat.

Pengembangan pribadi peserta didik disekolah dapat dilakukan dengan memberikan layanan bimbingan pribadi-sosial agar dapat membantu peserta didik dalam mengatasi berbagai masalah atau persoalan yang berkaitan dengan masalah pribadi. Pada hakikatnya masalah yang dihadapi setiap manusia bukan hanya masalah yang bersifat pribadi namun juga masalah yang bersifat sosial, hal ini terjadi karena individu biasa mengalami yang berkaitan dengan hubungan individu yang lain ataupun dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan tersebut membantu peserta didik menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang baik.

Menurut Bimo Walgito dalam Atifah (2015). bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah upaya dalam membantu murid dalam mengembangkan sikap, jiwa dan tingkah laku pribadi dalam kehidupan kemasyarakatan dari lingkungan yang besar (Negara dan masyarakat dunia), berdasarkan ketentuan landasan bimbingan dan penyuluhan yakni dasar Negara, haluan Negara, tujuan Negara dan tujuan pendidikan Nasional. Senada dengan itu menurut Abu Ahmadi dalam Octavi a (2013) bimbingan pribadi-sosial adalah seperangkat bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi, dan sosial yang dialaminya.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwasanya bimbingan pribadi-sosial adalah suatu proses bantuan yang

(26)

diberikan kepada individu yang bertujuan untuk memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi baik masalah pribadi maupun sosial, sehingga individu mampu untuk menyesuaikan diri secara baik di lingkungan masyarakat atau sosialnya.

b. Tujuan bimbingan Pribadi-sosial

Samsung Yusuf dalam Andriyani (2016) menyebutkan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan p ribadi-sosial antara lain :

1) Memilik komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuasi antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif atau resep terhadap diri sendiri maupun orang lain. 6) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

7) Bersikap resep kepada orang lain, menghormati dan menghargai perasaan orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya

(27)

8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi sesama manusia

10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun (eksternal) dengan orang lain

11)Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis berpendapat bahwa bimbingan pribadi social bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui berbagai pola-pola interaksi social yang dilakukan oleh individu dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.

Bowers & A. Hatch dalam Jannah dan Supriatna (2018) menetapkan tujuan bimbingan pribadi-sosial untuk pencapaian keterampilan siswa dalam membuat keputusan, menentukan tujuan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang dimaksud untuk memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan interpersonal untuk membantu memahami dan menghormati diri sendiri dan orang lain.

Dalam konteks ini, tujuan bimbingan pribadi-sosial sangat memperhatikan aspek-aspek perkembangan siswa secara pribadi dalam memecahkan atau mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapi dengan memperhatikan segala keunikan karakteristik dan pribadi serta beragamnya permasalahan yang dihadapi.

(28)

Adapun fungsi bimbingan pribadi-sosial sebagai berikut.

1) Berubah menuju pertumbuhan. pada bimbingan pribadi-sosial, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah;

2) Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang;

3) Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya;

4) Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat; 5) Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan

pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya; dan

(29)

6) Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.

Dari penjelasan di atas bahwa fungsi bimbingan pribadi-sosial adalah agar individu mampu memahami, menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, serta mampu mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu itu sendiri dan dapat menyelesaikan permasalahannya secara baik.

d. Peran Guru BK dalam Pelaksanaan Bimbingan Pribadi-Sosial

Peran Guru BK memiliki peran penting dalam membantu siswa di sekolah. Peran penting ini, berupa aktivitas membantu siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dialaminya dan membantu untuk menemukan segala potensi yang dimilikinya, agar potensi tersebut dapat berkembang seoptimal mungkin. Selain itu, guru BK juga berperan dalam membimbing para siswanya yang tengah berada dimasa peralihan ke arah yang lebih baik, agar para siswanya terhindar dari situasi yang dapat membingungkannya. Salah satu caranya ialah dengan membentuk pribadi siswanya menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, disiplin, dan percaya diri. Peran adalah apa yang diharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut.

1) Sebagai konselor

(a) Untuk mencapai sasaran interpersonal dan intrapersonal (b) Mengatasi divisit pribadi dan kesulitan perkembangan

(30)

(c) Membuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan untuk perubahan dan pertumbuhan

(d) Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan 2) Sebagai konsultan

Agar mampu bekerja sama dengan orang lain yang mempengaruhi kesehatan mental klien. Misalnya: Supervisor, orangtua, commanding office, eksekutif perusahaan (atau siapa saja yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan dari kelompok klien primer).

3) Sebagai agen pengubah

Mempunyai dampak/pengaruh atas lingkungan untuk meningkatkan berfungsinya klien (asumsi keseluruhan lingkungan dimana klien harus berfungsi mempunyai dampak pada kesehatan mental

4) Sebagai agen prevensi

Mencegah kesulitan dalam perkembangan dan coping sebelum terjadi (penekanan pada: strategi pendidikan dan pelatihan sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan coping yang meningkatkan fungsi interpersonal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru BK adalah membimbing para siswanya yang tengah berada dimasa peralihan ke arah yang lebih baik, serta mem bantu siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri serta pengendalian diri agar siswa terhindar dari berbagai permasalahan yang akan menghampirinya.

(31)

Hal senada juga diungkapkan oleh Quraisy dan Suardi (2016) menyebutkan, adapun tugas guru pembimbing ialah:

1) Memasyarakatkan kegiatan bimbingan 2) Merencanakan program bimbingan

3) Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan. 4) Melaksanakan layanan bimbingan

5) Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan

6) Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan 7) Menganalisis hasil penilaian

8) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisi penilaian 9) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, dan

10)Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya peran guru sebagai pembimbing adalah memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui program-program layanan yang ada di sekolah sehingga diharapkan mampu menciptakan siswa yang berkarakter.

2. Pembentukan Karakter a. Pengertian Karakter

Menurut Bambang dan Adang (2011) pembentukan berasal dari kata dasar “bentuk”, yang artinya proses, perbuatan atau cara membentuk. Sementara “karakter” berasal dari bahasa Latin, “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, yang berarti

(32)

membuat tajam, membuat dalam. Ada juga pendapat mengatakan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani, karasso, yaitu cetak biru, format dasar atau bisa juga dimaknaisebagai sesuatu yang tidak dapat dikusai oleh intervensi manusiawi.

Karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Karakter dalam pengertian ini menandai dan memfokuskan pengaplikasian nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah-laku. Orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan, misalnya tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek, tetapi orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

b. Faktor yang mempengaruhi karakter

Karakter tidak terbentuk saja, tetapi terbentuk melalui beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor biologis dan faktor lingkungan.

1) Faktor Biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini berasal dari keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari keduanya.

2) Faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar termasuk didalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang digerakkan. Keluarga adalah lingkungan pertama yang membina dan mengembangkan pribadi anak. Pembinaan karakter dapat dilakukan dengan melalui pembiasaan dan contoh yang nyata.

(33)

Senada dengan itu menurut Anis (2006) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter siswa yaitu:

1) Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang secara kontinyu mempengaruhi perilaku manusia yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. a. Insting

Insting atau maluri Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (insting). Oleh karenanya pengaruh naluri pada diri seseorang sangat besar, tergantung pada bagaimaa seseorang tersebut menyalurkannya. Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan (degradasi), sebaliknya naluri juga dapat mengangkat derajat manusia, jika naluri tersebut disalurkan kepada hal yang positif.

b. Keinginan

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam.32Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan, azam (kemauan keras).

Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat pandangan orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak

(34)

itulah menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya

c. Hati Nurani

Hati nurani bukan pula merupakan salah satu unsur akal sebagaimana yang dikatakan oleh kelompok rasionalis. Namun, nurani adalah suatu benih yang telah diciptakan oleh Allah dalam jiwa manusia. Nurani dapat tumbuh berkembang serta berbunga karena pengaruh pendidikan, dia akan statis bila tidak ditumbuh kembangkan.

Pada diri manusia terdapat suatu kegiatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience”adalah sistem nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku. Fungsi hati nurani adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang (menyesal), dan selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan, juga memberikan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hati nurani termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik langsung maupun tidak langsung.

(35)

a. Lingkungan Rumah Tangga atau Keluarga

Pendidikan pertama manusia adalah keluarga, bahkan tanggungjawab orangtua tidak terbatas pada pendidikan formal. Keluarga sebagai pendidikan awal memberikan dasar dasar karakter dan nilai nilai luhur yang mampu dibentuk sejak dini. Lingkungan keluarga itu sendiri terdiri atas orang tua (ayah dan ibu) dan anak. Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung Nasution jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu-bapak. Pola asuh dalam keluarga dilaksanakan oleh orangtua sebagai bentuk tanggung jawab dalam keluarga. Hal tersebut disampaikan. Tarmudji dalam Suparno (2018) bahwa pola asuh adalah interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, mendisiplin kan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Resolusi Majelis Umum PBB dalam Jito (2013), fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta, memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”. Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan,

(36)

pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

b. Sekolah

Sekolah,pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge” belaka. Sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.

Adapun Sulhan dalam Jito (2013) mengemukakan tentang beberapa langkah yang dapat dikembangkan oleh madrasah dalam melakukan proses pembentukan karakter pada siswa. Adapun langkahtersebut adalah sebagai berikut:

1) Memasukan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a) Menambahkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good)

(37)

(b) Menggunakan cara yang dapat membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good)

(c) Mengembangkan sikap mencintai untuk berbuat baik (loving the good) 3) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala

tingkah laku masyarakat sekolah

4) Pemantauan secara kontinu. Pemantauan secara kontinu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter.

c. Pergaulan Teman Sebaya dan Sahabat

Kiuru dalam Yusuf dan Ajat (2017) menyatakan bahwa pada saat anak-anak beranjak ke masa remaja, waktu yang dihabiskan dengan orang tua relative menurun dibandingkan dengan teman sebaya, dan hubungan teman sebaya menjadi lebih diprioritaskan atau lebih dijadikan acuan daripada bimbingan dan manajemen orang yang lebih tua. Selama masa remaja, remaja menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dalam kelompok sebaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan teman sebaya sangat penting bagi remaja. Interaksi teman sebaya sangat penting dalam membentuk perilaku remaja.

Teman sebaya mengajarkan kemampuan untuk mengontrol diri siswa, sesuai dengan peran baru yang diperoleh dalam kelompoknya. Lingkungan teman sebaya berperan memberikan kesempatan pada remaja untuk belajar berinteraksi dan mengontrol tingkah laku sosial mereka. Tingkah laku sosial diperolah dari peran sosial baru yang didapatkan remaja dalam kelompok pergaulannya. Ahmadi dalam Yusuf dan Ajat (2017) mengatakan bahwa teman sebaya menjadi sarana untuk

(38)

mempelajari peranan sosial yang baru. Siswa menyatakan bahwa selama bergaul dengan teman sebaya, mereka belajar untuk mengontrol diri, tidak mudah marah, dan tidak mementingkan diri sendiri. Siswa juga belajar untuk memainkan peranan baru sebagai seorang sahabat, pemimpin, bahkan musuh bagi siswa lain. Dengan berbagai peran baru tersebut maka siswa akan belajar untuk mengontrol diri dan memerankan peran baru yang didapatkan dalam kelompoknya.

Dari uraian di atas , penulis dapat menyimpukan bahwasanya karakter seseorang tumbuh dan berkembang tidak terbentuk begitu saja akan tetapi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa itu (faktor internal) dan yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal).

c. Pengertian Pembentukan Karakter

Menurut Agung Wibowo (2012) pembentukan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (congtive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Senada dengan itu Asmani (2011) pembentukan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengarui karakter siswa. Hal serupa juga dikemukakan oleh Mulyasa (2011) bahwa pembentukan karakter merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan amanat dari Pancasila dan UUD 1945, karena pada saat ini sangat banyak sekali permasalahan yang dialami oleh bangsa kita yang menyebabkan degradasi moral.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter adalah upaya yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik untuk

(39)

membentuk karakter yang telah disebabkan oleh pengurangan moral yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan positif guna menciptakan siswa yang berperilaku sesuai dengan nilai Pancasila dan UUD 1945.

Pembentukan karakter siswa atau peserta didik adalah faktor utama terhadap keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. Guru atau pendidik perlu memahami bahwa semua siswa memiliki kebutuhan meskipun intensitas kebutuhan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Kebutuhan siswa juga bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial dan intelektual. Pembentukan karakter dimulai dari keinginan untuk mengetahui serta melakukan hal yang baik agar tercipta kebiasaan, baik di hati, pikiran, maupun perilaku. Dalam membentuk karakter positif, peserta didik perlu mengetahui alasan mengapa berbuat baik, merasakan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Perlunya lingkungan belajar yang positif dan peduli yang ditandai dengan penuh kasih sayang, penuh dengan kepedulian, kompetensi guru dan staf sekolah yang memberikan inspirasi dan bebas dari berbagai bentuk tindak kekerasan, serta pendidikan yang inklusif.

d. Fungsi Pembentukan Karakter

Menurut Nurwati (2011) adapun fungsi pembentukan karakter sebagai berikut:

(40)

1) Pengembangan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia dan warga negara Indonesia agar berfikir baik, berperilaku baik sesuai pancasila

2) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berprilaku baik.

3) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.

4) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya fungsi pembentukan karakter adalah diharapkan mampu membentuk dan membangun perilaku yang baik bagi warga negara Indonesia sehingga bisa bersaing membangun peradaban bangsa agar mampu kompetitif dalam pergaulan dunia.

e. Prinsip Pembentukan karakter

Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas dalam Vivit & Fanny (2018) memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut;

1) Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter

2) Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

(41)

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik;

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10)Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11)Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembentukan karakter pada dasarnya untuk memperbaiki moral peserta didik misalnya dalam hal menumbuhkan motivasi peserta didik serta memfungsikan seluruh elemen sekolah untuk manifestasi karakter positif.

B. Kajian Teori (Teori Belajar Behavioristik)

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang menyatakan tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada

(42)

terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika iya dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah imput yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang sudah diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan berupa rekasi atau tanggagapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi anatara stimulus dan respon tidak dapat di amati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karna itu apa diberikan guru (stimulus) dan apa yang diterimah pembelajar (respon) harus dapat di amati dan di ukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatau hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

B.F. Skinner pada tahun 1953 menulis buku Science and Human Behavior, dalam Sanyata (2012) menjelaskan tentang peranan dari teori operant conditioning di dalam perilaku manusia. Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Operant conditioning merupakan tipe perilaku belajar yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-penguatan (reinforcer) positif dan atau negatif. Model dari Skinner merupakan dari dari prinsip penguatan terhadap identifikasi

(43)

tujuan dengan mengontrol faktor lingkungan yang berperan penting dalam perubahan perilaku. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan . Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Konsep-konsep dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak sesederhana demikian, karena stimulusstimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut yang mempengaruhi respons yang dihasilkan. Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.

(44)

Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. ( Novi, 2016). Oleh karena itu,dalam memahami tingkah laku seseorang secara harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang timbul akibat respons tersebut. Skinner juga mengemukakan dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat menjelaskan tingkah laku yang hanya menambah rumitnya masalah, sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan.

C. Kerangka Konsep

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu layanan bimbingan konseling yang ada disekolah. Bimbingan pribadi-sosial itu sendiri adalah upaya atau proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan maslah pribadi dan sosial sehingga peserta didik tersebut mampu memantapkan kepribadiannya dakam mengembangkan kemampuan atau kekuatan yang dimilki dalam mengatasi persoalan hidup yang dihadapi sehingga mampu menyesuaikan diri secara baik dilingkungan masyarakat atau sosialnya. Dengan adanya bimbingan pribadi-sosial diharapkan mampu membantu peserta didik untuk memberikan jalan dalam berperilaku yang positif sesuai dengan tuntunan yang ada dimasyarakat. Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter siswa yakni faktor internal dan eksternal. Hubungan keluarga yang harmonis tentu akan mempengaruhi karakter seorang anak. Karena di lingkungan keluargalah sosialisasi pertama seorang anak akan didapatkan.

(45)

Selain itu, untuk mengubah pola pikir siswa dalam berperilaku tidak terlepas dari peran seorang guru dalam mendidik dan membimbing. Keberhasilan bimbingan pribadi sosial dilihat dari kualitas seorang guru BK. Guru yang berwibawa akan menciptakan siswa yang berkarakter. Maka diharapkan seorang guru mampu menjadi teladan bagi siswanya agar tercipta siswa yang berkarakter baik atau positif. Akan tetapi dalam proses pembentukan karakter pada siswa seorang guru pasti akan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan menghambat pelaksanaan bimbingan pribadi sosial, misal pada kepala sekolah, guru BK bahkan siswa itu sendiri. Akan tetapi dalam pelaksanaan bimbingan ini tidak akan berjalan dengan lancar jika ada komponen-komponen yang tidak berjalan dengan semestinya. Kiranya kerja sama orang tua tentu akan menghambat guru untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Pada setiap penelitian, selalu menggunakan kerangka konsep sebagai alur dalam menentukan arah penelitian. Hubungan kedua variable diatas dapat dilihat pada diagram berikut:

(46)

Bagan 2.1 Gambar Skema Kerangka Konsep Bimbingan Pribadi-Sosial

Karakter Siswa

Peran Guru B K dalam pelaksanaan bimbingan bribadi-Sosial Faktor yang berpengaruh terbentuknya karakter siswa Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial SMA Negeri 1 Enrekang

a. Faktor internal b. Faktor eksternal a. Faktor internal Ketidakmampuan menyesuaikan diri denagn lingkungan sosial b. Faktor eksternal 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan teman sebaya a. Melaksanakan konseling individu b. Sebagai agen preventif c. Memfasilitasi siswa a. Ketidakterbukaan siswa terhadap masalah yang dihadapi b. Mainset BK sebagai polisi sekolah dan tempat pembinaan siswa nakal atau bermasalah

c. Kurangnya kerja sama dari orang tua d. Guru BK tidak

mempunyai jadwal masuk ke dalam kelas

(47)

D. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Nuri Andriyani (2016). Bimbingan Pribadi dan sosial dalam menanamkan kedisiplinan siswa kelas XI di SMA N 1 Jenis Bantul. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif. Sedangkan metode penelitian yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa kelas XI yang melanggar tata tertib sekolah melalui 5 tahapan bimbingan pribadi-sosial yaitu tahap identifikasi masalah, tahap diagnosa, tahap prognosa, tahap terapi, dan tahap evaluasi dan follow up.

Letak persamaan penelitian milik Nuri dan penelitian ini adalah layanan bimbingan pribadi-sosial yang diterapkan. Bimbingan pribadi-sosial adalah suatu layanan yang diberikan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah pribadi dan masalah sosial.

Perbedaannya jika dalam penelitian yang dilakukan Nuri terkhusus merujuk pada penanaman karakter disiplin pada siswa yang melanggar, dalam penelitian ini peneliti melihat dari aspek masalah pribadi siswa dan masalah sosial siswa.

2. Candra Ratnasari (2013). Layanan Bimbingan Konseling dalam Membentuk Karakter Siswa (Studi Penerapan bimbingan Konseling di MAN Yogyakarta II). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif sedangkan metode pengumpulan data yang diguna kan adalah observasi, wawancara dan dokumnetasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru dalam membentuk karakter siswa adalah tahapan pertama melalui proses perencanaan, tahapan kedua adalah

(48)

layanan yang diberikan terdiri dari layanan orientasi, layann informasi, layananbimbingan dan konseling kelompok dan layanan individu. Tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi dan tindak lanjut yang terdiri atas proses peneraoan dari seluruh pelaksanaan yang mencakup penilaian hasil layanan dan evaluasi pengembangan layanan.

Letak persamaan pada penelitian milik Candra dan penelitian ini adalah dalam pembentukan karakter siswa melalui bimbingan yang ada di sekolah. Bagaimana terbentuknya suatu karakter yang positif dalam diri siswa dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitarnya sehingga menjadi pribadi yang baik bagi kehidupan.

Perbedaannya adalah jika penelitian milik Candra merujuk pada layanan bimbingan konseling secara umum maka dalam penelitian ini menggunakan salah satu bidang bimbingan konseling yaitu bidang pribadi-sosial yang secara khusus membantu peserta didik dalam pelayanan masalah pribadi dan masalah sosial peserta didik.

3. Raodhatul Jannah dan Mamat Supratna (2018). Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Moral Siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif denagn metode kuasi eksperimen dan desain non-equivalent control group design terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui gambaran efektivitas bimbingan pribadi-sosial dalam mengembangkan perilaku moral siswa di SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2017/2018. Meliputi 1) uji normalitas; 2) uji homogenitas; dan

(49)

3) uji independent test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum bimbingan pribadi-sosial tidak efektif dalam mengembangkan perilaku sosial. Namun secara khusus terdapat 5 indikator yang signifikan, yakni: 1) menerapkan kewajiban sebagai seorang anak; 2) membantu orang lain dengan tulus; 3) membagi/berbagi informasi; 4) menunjukkan kepedulian pada orang lain; 5) membimbing orang lain mengerjakan tugas, dan dua indikator yang tidak signifikan, yakni; 1) memahami peraturan sekolah; 2) mempertimbangkan dampak berbohong

Letak persamaan penelitian milik Raodhatul dan Mamat dan penelitian ini adalah layanan bimbingan pribadi-sosial yang digunakan dimana layanan ini bertujuan untuk mabantu siswa dalam memecahkan masalah pribadi atau sosialnya.

Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan pada penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif. Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas bimbingan pribadi-sosial dalam mengembangkan perilaku moral siswa di SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2017/2018.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN J. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif mengenai ”Bimbingan Pribadi-Sosial terhadap Pembentukan Karakter Siswa SMA Negeri 1 Enrekang”. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Meleong (2009:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisansi dari narasumber atau pelaku yang diamati. Adapun alasan peneliti untu menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait bagaimana pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial terhadap pembentukan karakter yang ada di SMA Negeri 1 Enrekang.

Adapun jenis pendekatan yang digunakan adalah studi kasus (case study). Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi.

K. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini, secara geografis terletak di SMA Negeri 1 Enrekang, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini berkaitan dengan Bimbingan Pribadi-Sosial terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Enrekang).

(51)

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin peneliti dalam kurung waktu kurang lebih 2 (bulan) dengan pelaksanaan pada tgl 14 Oktober s/d 23 Oktober 2019. L. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada intisari penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut harus dilakukan dengan cara eksplisit agar kedepannya dapat meringankan peneliti sebelum turun dan melakukan observasi/pengamatan. Fokus penelitian merupakan garis terbesar dalam jantungnya penelitian mahasiswa, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian akan menjadi lebih terarah.

Adapun fokus penelitian ini adalah berfokus pada Bimbingan Pribadi-Sosial terhadap Pembentukan Karakter Siswa SMA Negeri 1 Enrekang).

M. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan berbagai sumber informasi yang dapat memberikan data yang diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa orang yang dianggap dapat memberikan data atau informasi yang benar dan akurat terhadap yang diteliti. Penentuan sampel menurut Jamaluddin dkk (2018) tersebut diantaranya:

1. Purposive Sampling atau Judgmental Sampling, yaitu penarikan informal secara purposive merupakan cara penarikan informan yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti.

(52)

2. Snow-Ball Sampling (penarikan sampel secara bola salju), yaitu penarikan informan yang dilakukan dengan menentukan informan pertama

3. Quota Sampling (penarikan sampel secara jatah), yaitu teknik sampling yang dilakukan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan.

Penjelasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pemilihan informan penelitian adalah agar peneliti mendapatkan informasi yang akurat mengenai masalah yang akan diteliti. Untuk pemilihan informan ditetapkan dengan cara purposive sampling. Teknik pemilihan sample bertujuan (purposive) yakni pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

Adapun klasifikasi dari Informan penelitian purposive sampling diantaranya: 1. Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok. Dengan ini 2 Guru BK yang ada di SMA Negeri 1 Enrekang. 2. Informan ahli yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti. Hal ini 3 orang siswa di SMA Negeri 1 Enrekang.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan berbagai jenis informasi yang peneliti butuhkan terkait apa yang diteliti walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Hal ini orang tua siswa.

Adapun kriteria yang dijadikan sebagai infroman dalam penelitian ini sebagai berikut :

(53)

No Nama Pekerjaan Umur

1 Rusdin Guru Bimbingan

Konseling

45 tahun 2 Fitrah Zainuddin Guru Bimbingan

Konseling

32 tahun 3 Hasruddin Basir Siswa sekolah SMA

Negeri 1 Enrekang

17 tahun

4 Muhasrah Siswa sekolah SMA

Negeri 1 Enrekang

17 tahun

5 Astrid Siswa sekolah SMA

Negeri 1 Enrekang

17 tahun

6 Jumani Orang tua siswa 45 tahun

N. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah sumber dari mana data diperoleh. Sugiyono (2010: 15) data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh secara langsung dari narasumber melalui hasil wawancara, observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung/ melalui pihak kedua (instansi terkait), dengan melakukan studi dokumentasi atau literatur.

Penjelasan tersebut diatas apabila dijabarkan pengertian data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Dalam hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh langsung dari setiap informan yang diwawancara secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, hasil rapat perkumpulan, sampai dokumentasi-dokumentasi resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat

(54)

berupa majalah, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementerian-kementerian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung.

Peneliti menggunakan data primer sekaligus data sekunder ini untuk memperkuat berbagai penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan). Senada dengan itu Martono (2016) mengungkapkan bahwa instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key instrument atau peneliti itu sendiri dibantu dengan alat instrument lain yaitu:

1. Kamera, suatu alat yang digunakan untuk mengabadikan atau merekam sebuah kejadian atau gambar.

2. Perekam suara, alat yang digunakan untuk merekam suara secara analog dari informan penelitian pada saat pengambilan informasi.

3. Lembar observasi, alat yang berfungsi sebagai lembaran daftar kegiatan-kegiatan yang akan diamati.

Gambar

Gambar                             Halaman
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Enrekang
Tabel 4.2 Pembagian Kecamatan di Kabupaten Enrekang  1  Kecamatan Alla  7  Kecamatan Cendana  2  Kecamatan Anggeraja  8  Kecamatan Curio  3  Kecamatan Enrekang  9  Kecamatan Malua  4  Kecamatan Masalle  10  Kecamatan Baraka  5  Kecamatan Buntu Batu  11  Ke
Tabel 4.3 Daftar Nama Guru SMA 1 Enrekang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Tarigan, Henry Guntur (2008), Berbicara Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa, Angkasa, bandung... Teaching Reading, Thinking, Study Skills in Content

[r]

Ada pengaruh antara motivasi dengan kepuasan kerja rekam medik dan bidang pelayanan RSUD Banjarbaru, kemudian diketahui bahwa responden yang menilai motivasi kurang baik tujuh

• Efek yang ditimbulkan dari panduan tersebut adalah akan banyak tampilan dengan bentuk serupa pada banyak aplikasi dengan source yang berbeda yang menggunakan toolbar,. status

Sahabat MQ/ sebanyak 20 orang dari 366 calon pegawai negeri sipil (CPNS)/ hasil seleksi penerimaan CPNS 2009/ Pemerintah Kabupaten Sleman/ Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)/

terhadap jurusan IPA dan IPS, yang mana IPA memiliki julukan positif.. yaitu siswanya dijuluki dengan “pintar” dan IPS memiliki julukan negatif yaitu siswanya

USAHA KERAJINAN AKSESORIS PENGANTIN TERNYATA TETAP EKSIS HINGGA SAAT INI //. BU TINA / SALAH SATU PEMILIK USAHA ASESORIS PENGANTIN MENGUNGKAPKAN