• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO

Dalam dokumen PT TOTALINDO EKA PERSADA Tbk. (Halaman 53-62)

Investasi dalam Saham Yang Ditawarkan mengandung sejumlah risiko. Para calon investor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan seluruh informasi yang terdapat dalam Prospektus ini, khususnya risiko-risiko usaha di bawah ini, dalam melakukan evaluasi sebelum membeli Saham Yang Ditawarkan. Risiko tambahan yang saat ini belum diketahui atau dianggap tidak material oleh Perseroan juga dapat berpengaruh material dan merugikan pada kegiatan usaha, arus kas, hasil operasi, kondisi keuangan dan prospek usaha Perseroan. Harga Saham yang Ditawarkan Perseroan dapat turun dikarenakan salah satu risiko ini, dan calon investor dapat kehilangan sebagian atau seluruh investasinya. Deskripsi pada bagian ini yang berhubungan dengan Pemerintah, data makroekonomi Indonesia atau informasi mengenai industri dimana Perseroan beroperasi, diperoleh dari publikasi resmi Pemerintah atau sumber pihak ketiga lainnya yang tidak diverifikasi secara independen oleh Perseroan.

Risiko-risiko yang akan diungkapkan dalam uraian berikut merupakan risiko-risiko material bagi Perseroan serta telah dilakukan pembobotan berdasarkan dampak dari masing-masing risiko terhadap kinerja keuangan Perseroan dimulai dari risiko utama.

6.1. Risiko utama yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelangsungan usaha Perseroan

Ketergantungan terhadap kondisi pasar properti di Indonesia

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi industri konstruksi, antara lain mencakup kondisi perekonomian Indonesia, kinerja pasar properti secara umum, tingkat pengangguran, ketersediaan dana, kenaikan harga bahan baku, fluktuasi tingkat suku bunga beserta faktor-faktor lain yang berada di luar kendali Perseroan. Industri konstruksi yang merupakan penunjang industri properti, pertumbuhan usahanya secara umum berbanding lurus dengan pertumbuhan industri properti.

Meskipun Perseroan telah menjalankan usahanya dengan seoptimal mungkin dan mungkin memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan para pesaingnya, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu untuk meningkatkan dan/atau menjaga pertumbuhan usahanya di saat industri properti di Indonesia sedang stagnan atau menurun.

Penurunan jumlah permintaan atas produk properti di Indonesia seperti apartemen kelas atas, menengah, atau bawah, gedung-gedung berskala besar serta rumah susun, dapat mempengaruhi secara negatif kegiatan usaha Perseroan, sehingga pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek pertumbuhan Perseroan.

6.2. Risiko usaha yang bersifat material

Persaingan usaha

Pertumbuhan ekonomi dan prospek pembangunan ekonomi di Indonesia, mendorong persaingan yang semakin ketat pada bidang usaha jasa konstruksi baik bagi perusahaan yang dimiliki oleh swasta maupun Pemerintah. Dengan jumlah pelaku usaha di sektor jasa konstruksi yang relatif cukup banyak, terdapat kemungkinan salah satu atau beberapa pelaku usaha akan memberikan harga yang kompetitif bahkan harga yang lebih rendah daripada harga yang ditawarkan oleh Perseroan, sehingga hal tersebut berpotensi untuk mengurangi permintaan terhadap jasa Perseroan. Selain dari segi harga, para pesaing Perseroan dapat meningkatkan nilai kompetitif mereka dengan memberikan kualitas layanan yang lebih baik dengan harga yang relatif sama dengan harga pasar.

Keterlambatan atau ketidakmampuan Perseroan dalam mengantisipasi dan/atau mencermati persaingan usaha di sektor jasa konstruksi, akan mengakibatkan beralihnya pelanggan ke pesaing yang lebih kompetitif baik dari segi harga maupun kualitas. Hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek usaha Perseroan.

Peningkatan biaya konstruksi (cost overrun)

Kinerja keuangan Perseroan dapat dipengaruhi secara negatif oleh biaya yang melebihi anggaran (cost overrun). Proyek-proyek yang dikerjakan oleh Perseroan dilaksanakan dalam jangka waktu yang tidak pendek, dan dapat memberikan dampak negatif melalui faktor-faktor yang berada di luar kendali Perseroan. Beberapa kontrak Perseroan dengan para pelanggannya, tidak menyediakan ruang bagi penyesuaian nilai kontrak apabila terdapat peningkatan beban kontrak. Oleh karena itu, setiap beban kontrak yang terjadi, yang jumlahnya lebih besar dari beban yang diestimasikan, dapat mempengaruhi secara negatif profitabilitas proyek, jika beban yang meningkat tersebut harus ditanggung oleh Perseroan, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan.

Untuk setiap proyek, Perseroan melakukan estimasi biaya yang telah memperhitungkan harga material/ bahan baku, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan upah tenaga kerja, berdasarkan biaya yang ditentukan oleh sub-kontraktor atau pemasok, serta pengalaman Perseroan di masa lalu. Tidak ada jaminan bahwa estimasi Perseroan atau informasi yang menjadi dasar dari estimasi tersebut telah tepat. Jika biaya aktual lebih besar daripada perkiraan Perseroan, pada umumnya Perseroan tidak dapat meneruskan kenaikan biaya tersebut kepada pelanggan, sehingga profitabilitas Perseroan dapat menurun bahkan berpotensi mengalami kerugian. Kenaikan harga bahan baku tersebut umumnya terjadi karena berbagai faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Perseroan seperti pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, faktor cuaca yang buruk dapat mengurangi jumlah pasokan bahan baku yang tersedia, atau pertumbuhan permintaan akan bahan baku yang lebih tinggi daripada pertumbuhan pasokan bahan baku.

Ketersediaan bahan baku

Dalam mengerjakan suatu proyek, Perseroan memerlukan bahan baku utama seperti besi dan beton yang cukup. Jika Perseroan tidak mampu untuk menjaga ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan, maka proyek tersebut dapat tertunda/terlambat penyelesaiannya. Keterlambatan dalam menyelesaikan suatu proyek berpotensi untuk menimbulkan kerugian bagi pelanggan Perseroan, sehingga pelanggan mungkin akan mengenakan denda kepada Perseroan sebagai kompensasinya. Selain itu, keterlambatan dalam menyelesaikan suatu proyek juga dapat menyebabkan arus kas yang diharapkan diterima oleh Perseroan menjadi tertunda, sehingga hal tersebut berdampak negatif bagi kondisi keuangan Perseroan.

Pembayaran oleh pelanggan

Dalam memberikan jasanya, Perseroan memberikan kemudahan kepada para pelanggannya untuk melakukan pembayaran secara bertahap yang diatur sesuai termin yang disepakati. Dengan adanya time lag antara periode pengeluaran yang dikeluarkan Perseroan dalam melakukan pengerjaan proyek dengan periode penagihan pembayaran dari para pelanggan, dan antara periode penagihan pembayaran dengan periode pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, hal tersebut menimbulkan risiko bagi Perseroan dalam memperoleh pembayaran yang diharapkan sehingga dapat mengganggu arus kas masuk yang sudah diproyeksikan oleh Perseroan. Selain tertunda, pembayaran piutang oleh pelanggan tersebut mungkin tidak dapat tertagih jika pelanggan sedang mengalami kesulitan keuangan atau dengan itikad tidak baik pelanggan tersebut tidak melunasinya. Sebagai contoh, pada saat krisis ekonomi di tahun 1999, salah satu pelanggan Perseroan pernah membayarkan piutangnya berupa properti. Piutang yang tidak tertagih, piutang yang dibayarkan dalam bentuk selain uang tunai, dan penundaan pembayaran oleh pelanggan dapat berdampak negatif bagi modal kerja, arus kas, dan profitabilitas Perseroan. Walaupun mekanisme pembayaran pekerjaan dalam kontrak antara Perseroan dengan pelanggan telah diatur dalam kontrak kerja konstruksi, tidak ada jaminan bahwa pelanggan akan melakukan pembayaran tepat waktu.

Selain itu, mendekati penyelesaian suatu proyek, pada umumnya sampai dengan 5% dari nilai kontrak akan ditahan oleh pemberi kerja dan pembayaran akhir akan bergantung pada persetujuan perhitungan

Proyek konstruksi di daerah baru

Adanya proyek-proyek di daerah baru dimana Perseroan belum pernah beroperasi sebelumnya, dapat memberikan risiko baru yang dapat menghambat kegiatan operasional Perseroan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan berkantor pusat di Jakarta, dan sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh Perseroan juga berlokasi di wilayah Jabodetabek. Namun dalam upaya mengembangkan usahanya, Perseroan juga berusaha memperbanyak pengerjaan proyek di berbagai daerah lain di luar Pulau Jawa. Perseroan tidak dapat menjamin pengerjaan proyek di daerah baru akan berjalan seperti yang telah direncanakan berdasarkan pengalaman Perseroan dalam mengerjakan berbagai proyek di Pulau Jawa, dikarenakan oleh adanya risiko hubungan dengan pemasok lokal yang baru, risiko tidak mendapatkan tenaga kerja yang memadai atau perhitungan akan tingkat profitabilitas yang dapat dihasilkan di daerah tersebut.

Perubahan teknologi

Sebagai perusahaan yang mengandalkan teknologi untuk melakukan pekerjaan konstruksi, Perseroan perlu mencermati perkembangan teknologi di bidang konstruksi dan menganalisis mengenai perlu atau tidaknya Perseroan untuk menggunakan teknologi yang lebih baru. Teknologi industri sangat mungkin untuk mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut dapat meningkatkan output dengan bahkan mungkin dapat mengurangi input.

Meskipun Perseroan berkeyakinan telah menggunakan teknologi yang dianggap teknologi terbaik saat ini untuk bidang usaha Perseroan, kelalaian dalam mencermati perkembangan teknologi di bidang konstruksi maupun dalam menganalisa kebutuhan akan teknologi baru yang lebih efisien dapat menyebabkan pertumbuhan usaha Perseroan menjadi stagnan atau bahkan menurun jika terlambat mengantisipasi perubahan teknologi baru.

Kegagalan Perseroan memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam industrinya

Dalam hal Perseroan lalai dalam memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam industrinya, akan berdampak negatif bagi kegiatan usaha dan operasional Perseroan. Akibat dari kelalaian tersebut dapat berupa teguran dari instansi terkait, pemberhentian sementara kegiatan pengerjaan proyek, maupun denda. Seluruh hal tersebut dapat berdampak negatif bagi Perseroan baik dari segi finansial maupun kredibilitas.

Kegagalan berkoordinasi dengan subkontraktor

Perusahaan yang bergerak dalam industri konstruksi di Indonesia pada umumnya melakukan kerja sama dengan subkontraktor untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan spesifik pada proyek yang berskala relatif cukup besar. Kesulitan yang dialami oleh subkontraktor atau perselisihan yang timbul antara subkontraktor dapat memberikan dampak negatif kepada kegiatan dan hasil operasi Perseroan. Setiap kesulitan seperti perolehan dan kualitas bahan baku, pengelolaan lokasi serta perselisihan yang timbul antara Perseroan dan para subkontraktornya, dapat menyebabkan penundaan dan peningkatan biaya konstruksi. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi secara negatif kegiatan dan hasil operasi Perseroan.

Denda

Penundaan terhadap penyelesaian dan penyerahan suatu proyek konstruksi oleh kesalahan pihak Perseroan dapat berakibat dikenakan denda. Kontrak-kontrak dengan pelanggan Perseroan pada umumnya mengatur tentang kewajiban pembayaran denda dalam hal terjadi penundaan penyelesaian proyek. Pembayaran denda tersebut akan menimbulkan biaya tambahan yang dapat mempengaruhi arus kas, kegiatan usaha, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek usaha Perseroan. Selain itu, denda dapat dikenakan pada perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang timbul karena terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi selama proyek berlangsung, dan kelalaian untuk menaati instruksi yang diberikan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pelanggan.

Kesehatan dan keselamatan kerja

Sektor konstruksi yang dipandang sebagai salah satu sektor yang memiliki risiko kecelakaan relatif besar, Perseroan sebagai pelaku usaha di bidang konstruksi, dalam melaksanakan pekerjaannya harus selalu mengutamakan faktor keselamatan dengan selalu menaati ketentuan-ketentuan Environment, Health, and Safety (EHS) yang berlaku agar para pekerja proyek dapat terhindar dari kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dalam frekuensi yang tinggi dan tingkat kecelakaan yang fatal, dapat berdampak pada

Kemampuan untuk mendapatkan pendanaan

Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya, memerlukan modal kerja yang relatif cukup besar untuk menyelesaikan proyeknya. Kemampuan Perseroan dalam mendapatkan pendanaan yang diperlukan, sangat penting bagi Perseroan untuk dapat mencapai rencana yang telah dibuat dalam menyelesaikan suatu proyek. Sumber pendanaan Perseroan dapat berasal dari modal yang ditempatkan oleh para pemegang saham Perseroan, kas internal Perseroan, dan pinjaman yang didapat baik dari pihak ketiga seperti bank dan perusahaan pembiayaan, maupun dari pihak yang terafiliasi dengan Perseroan. Perseroan tidak dapat menjamin akan selalu mendapatkan dana dengan jumlah yang cukup dan relatif murah untuk mengerjakan suatu proyek dalam rentang waktu yang relatif terbatas.

Investasi atau aksi korporasi

Perseroan saat ini dikendalikan dan dikelola oleh pihak-pihak sebagaimana tercantum pada bab Keterangan Tentang Perseroan. Di masa yang akan datang, dengan kondisi bisnis di Indonesia yang bersifat dinamis, baik sektor properti, konstruksi maupun secara umum, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti Perseroan akan mengadakan aksi korporasi yang dapat mengakibatkan perubahan pengendalian, perubahan pengurus dan pengawas, maupun perubahan fokus bisnis Perseroan. Dengan terjadinya hal tersebut, kinerja Perseroan secara historis akan sulit untuk digunakan sebagai landasan dalam membuat perkiraan/proyeksi di masa yang akan datang.

Selain itu, jika bisnis Perseroan semakin berkembang, terdapat kemungkinan bahwa Perseroan akan berinvestasi pada entitas lain, yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, berkaitan dengan jasa konstruksi maupun bidang usaha yang sama sekali berbeda. Hal tersebut berpotensi untuk membuat proses pengembangan bisnis Perseroan yang telah direncanakan saat ini menjadi tidak relevan lagi.

6.3. Risiko umum

Kondisi perekonomian secara makro atau global

Perseroan tunduk pada kondisi politik, ekonomi, hukum dan peraturan lingkungan hidup di Indonesia. Semua kegiatan usaha dan aset Perseroan berada di Indonesia. Perubahan kebijakan pemerintah, ketidakstabilan sosial, bencana alam atau perkembangan lain di bidang politik, ekonomi atau peraturan di Indonesia atau perkembangan di dunia internasional yang mempengaruhi Indonesia, seluruhnya berada di luar kontrol Perseroan, dapat berdampak merugikan terhadap bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek Perseroan.

Kondisi perekonomian secara makro atau global, mempunyai pengaruh bagi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk bagi Perseroan. Penguatan atau pelemahan ekonomi di suatu negara, akan berpengaruh secara langsung pada tingkat permintaan dan tingkat penawaran yang terjadi di negara tersebut. Selain itu, secara tidak langsung akan mempengaruhi setiap negara yang mempunyai hubungan dagang dengan negara yang sedang mengalami perubahan kondisi perekonomian tersebut. Begitu juga halnya jika terjadi perubahan kondisi perekonomian pada Indonesia maupun negara-negara yang mempunyai hubungan dagang dengan Indonesia, hal tersebut dapat memberikan dampak bagi kinerja keuangan Perseroan.

Perubahan kurs valuta asing

Perseroan tercatat memiliki sejumlah kas berdenominasi mata uang Dolar AS dalam jumlah yang tidak material (per 31 Desember 2016, saldo kas dalam Dolar AS adalah ekuivalen Rp11,88 miliar), selain itu, terdapat liabilitas keuangan jangka pendek lainnya dalam Dolar AS yang merupakan utang atas pembelian aset Aluma (per 31 Desember 2016, saldo ekuivalen sebesar Rp24,41 miliar).

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait bidang kontruksi

Sektor jasa konstruksi di Indonesia merupakan sektor yang diatur oleh berbagai peraturan dan kebijakan Pemerintah. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan/atau peraturan-peraturan baru atau mengubah atau menghapus kebijakan-kebijakan dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku saat ini. Industri konstruksi di Indonesia diatur terutama dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, di samping berbagai peraturan dan kebijakan Pemerintah lainnya termasuk ketentuan mengenai lingkungan hidup. Sebagai penyedia jasa konstruksi, Perseroan bertanggung jawab kepada pelanggan dan kepada publik, termasuk tanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pelanggan atau masyarakat sekitar (stakeholders).

Tuntutan atau gugatan hukum

Perseroan menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan instruksi dari pemberi kerja, dapat berupa kontrak, surat perintah kerja, atau dokumen lainnya yang dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur oleh hukum untuk mengatur hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat. Meskipun demikian, masih terdapat ruang terjadinya hal yang tidak diharapkan, seperti halnya salah satu pihak dapat melanggar kesepakatan dalam kontrak atau dokumen tersebut. Jika hal itu tidak dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan bagi setiap pihak yang terlibat dalam kontrak, maka dapat mengakibatkan salah satu pihak akan mengajukan tuntutan atau gugatan hukum kepada pihak lainnya. Setiap tuntutan atau gugatan hukum tentu saja berpotensi untuk menimbulkan kerugian bagi pihak yang terlibat, salah satunya adalah Perseroan. Selain itu, tuntutan atau gugatan hukum juga tidak hanya berpotensi datang dari pemberi kerja saja, melainkan dapat datang dari pihak yang mungkin telah mengadakan kontrak atau perjanjian dengan Perseroan seperti pemasok atau kreditur atau pemegang saham. Selain pihak-pihak tersebut, tuntutan atau gugatan hukum mungkin dapat diajukan oleh masyarakat sekitar lokasi proyek, instansi pemerintah, regulator, sebagai akibat kelalaian Perseroan dalam mematuhi kewajibannya sesuai ketentuan hukum yang berlaku sebagai penyedia jasa kontraktor, wajib pajak, perusahaan terbuka, atau peranan Perseroan lainnya dalam tata hukum di Indonesia atau negara lainnya tempat Perseroan melaksanakan pembangunan proyek.

Kebijakan pemerintah

Perubahan terhadap undang-undang ataupun kebijakan Pemerintah sehubungan dengan sektor konstruksi, termasuk peraturan apapun yang akan meningkatkan kewajiban dari perusahaan konstruksi dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha dan operasional Perseroan.

Ketentuan negara lain atau peraturan internasional

Sebagai penyedia jasa konstruksi yang memiliki track record, di masa mendatang, Perseroan mungkin saja akan mengerjakan proyek pembangunan gedung di negara lain sesuai dengan instruksi huruf kecil. Untuk pengerjakan proyek di negara lain, tentu membutuhkan pengetahuan yang berbeda dengan pengerjaan proyek di Indonesia, khususnya mengenai ketentuan hukum yang mengatur di negara tersebut. Jika Perseroan lalai dalam mengetahui atau menginterpretasikan hukum yang berlaku pada negara lain atau peraturan internasional yang mengikat, maka Perseroan dihadapkan pada risiko mendapatkan peringatan bahkan sanksi dari instansi yang berwenang di negara tersebut.

6.4. Risiko bagi investor

Harga Saham Perseroan mungkin mengalami fluktuasi yang signifikan di kemudian hari

Harga saham Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana dapat berfluktuasi secara tajam, dikarenakan berbagai faktor antara lain:

- persepsi atas prospek usaha Perseroan dan industri konstruksi secara umum; - perubahan kondisi ekonomi, politik atau kondisi pasar di Indonesia;

- perbedaan kinerja keuangan dan operasional Perseroan secara aktual dengan ekspektasi investor dan analis;

- perubahan rekomendasi atau persepsi para analis terhadap Perseroan atau Pasar Modal dan kondisi ekonomi Indonesia;

- pengumuman oleh Perseroan mengenai aksi korporasi seperti akuisisi, aliansi strategis, kerjasama atau divestasi yang signifikan;

- perubahan harga saham perusahaan-perusahaan (khususnya di Asia) dan di negara-negara berkembang;

- penambahan atau kehilangan karyawan kunci;

- putusan akhir atas suatu litigasi yang sedang berjalan atau yang akan terjadi di masa mendatang; - penjualan saham yang dilakukan oleh Pemegang Saham Utama dan/atau Pemegang Saham Pengendali

Perseroan;

- fluktuasi harga-harga saham di Pasar Modal Indonesia.

Likuiditas saham Perseroan

Tidak ada jaminan bahwa pasar untuk saham Perseroan akan berkembang atau, jika pasar untuk saham Perseroan berkembang, tidak ada jaminan bahwa saham Perseroan akan likuid. Jika dibandingkan dengan pasar modal di negara-negara maju, Pasar Modal Indonesia relatif kurang likuid, memiliki volatilitas yang lebih tinggi dan memiliki standar akuntansi yang berbeda. Harga-harga di Pasar Modal Indonesia juga relatif lebih tidak stabil dibandingkan dengan pasar modal lainnya. Oleh karena itu, Perseroan tidak bisa memprediksi bahwa likuiditas saham Perseroan akan terjaga.

Kemampuan untuk menjual dan menyelesaikan perdagangan di Bursa Efek dapat memiliki risiko keterlambatan. Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa pemegang saham Perseroan akan dapat menjual sahamnya pada harga atau waktu tertentu dimana pemegang saham tersebut akan mampu melakukannya di pasar saham yang lebih likuid atau sama sekali.

Per 16 April 2017, nilai kapitalisasi saham di Pasar Modal beberapa negara maju seperti Amerika Serikat senilai Rp337.676 triliun, Inggris senilai Rp42.804 triliun, Jepang senilai Rp68.445 triliun, Hong Kong senilai Rp57.926 triliun, memiliki nilai kapitalisasi saham yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Indonesia yang senilai Rp5.969 triliun (sumber: Bloomberg, 17 April 2017). Hal tersebut menunjukkan bahwa Pasar Modal di Indonesia, walaupun sedang berkembang pesat, memiliki nilai kapitalisasi pasar sahamnya relatif masih sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara maju, sehingga harga-harga saham yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia relatif lebih tidak stabil dibandingkan dengan di negara maju. Perbedaan besaran nilai kapitalisasi saham di Pasar Modal juga dapat menunjukkan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam Pasar Modal beberapa negara maju tersebut, memiliki pemahaman, kekuatan finansial, dan kemauan yang lebih tinggi untuk berinvestasi saham di Pasar Modal, sehingga jika saham suatu perusahaan tercatat di beberapa negara maju tersebut hendak diperdagangkan, maka pihak yang akan menjual saham perusahaan tersebut relatif akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pihak yang bersedia untuk membeli saham perusahaan tersebut.

Kemampuan Perseroan untuk membayar dividen di kemudian hari

Pembagian dividen akan dilakukan berdasarkan RUPS dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain saldo laba ditahan, kondisi keuangan, arus kas dan kebutuhan modal kerja, serta belanja modal, ikatan perjanjian dan biaya yang timbul terkait ekspansi Perseroan. Selain itu, kebutuhan pendanaan atas rencana pengembangan usaha di masa mendatang dan juga risiko akan kerugian yang dibukukan dalam laporan keuangan dapat menjadi alasan yang mempengaruhi keputusan Perseroan untuk tidak membagikan dividen.

Beberapa faktor tersebut dapat berdampak pada kemampuan Perseroan untuk membayar dividen kepada pemegang sahamnya, sehingga Perseroan tidak dapat memberikan jaminan bahwa Perseroan akan dapat membagikan dividen atau Direksi Perseroan akan mengumumkan pembagian dividen.

Kepentingan Pemegang Saham Pengendali dapat bertentangan dengan kepentingan pembeli Saham Yang Ditawarkan

saham minoritas, namun dengan mempertimbangkan bahwa Pemegang Saham Pengendali dapat memiliki kepentingan bisnis di luar Perseroan, Pemegang Saham Pengendali dapat mengambil tindakan yang lebih menguntungkan bagi kepentingan bisnis Pemegang Saham Pengendali tersebut dibandingkan

Dalam dokumen PT TOTALINDO EKA PERSADA Tbk. (Halaman 53-62)