• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.4 Film Animasi Nussa dan Rara

Film yang digemari anak-anak adalah film animasi. Kata animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan (dalam Anggara, 2020) mendefinisikan animasi adalah film yang berasal dari rangkaian gambar-gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambar-gambar bergerak dan bercerita. Djalle dkk dalam Mariana (2019) mendefinisikan

15

animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi dalam beberapa waktu. Menurut Binanto dalam Mariana (2019) mendefinisikan animasi adalah hasil dari proses menampilkan objek-objek gambar sehinggaa gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi juga memberikan karakter kepada objek-objek tersebut.

Bustaman (dalam Nasir, 2016) menambahkan animasi merupakan sebuah proses menciptakan efek gerakan ataupun perubahan bentuk dari suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu. Prakosa(dalam Anggara, 2020) menyatakan secara luas animasi berbicara masalah bentuk suatu benda yang berubah-ubah menciptakan gerak dan kehidupan Sedangkan menurut Zembry (dalam Nasir, 2016) berpendapat bahwa animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda-beda pada setiap frame, kemudian rangkaian frame tersebut dijalankan menjadi sebuah gerakan sehingga terllihat seperti sebuah film.

Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan suatu teknik pembuatan karya dalam bentuk audio visual berdasarkan pengaturan waktu dalam gambar yang dirangkai menjadi gambar bergerak dan terlihat nyata.

2.1.4.2 Film animasi Nussa dan Rara

Salah satu film animasi yang memiliki nilai pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam film ini memiliki tema islami dapat memberi edukasi dan pemahaman tentang Islam dan juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari tulisan di akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga akan tontonan anak yang jarang sekali menawarkan kebaikan, terutama yang sarat akan nilai-nilai Islami.

Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan nilai moral dan pelajaran yang seharusnya didapatkan anak-anak terutama nilai-nilai Islami. Penggambaran karakter Nussa dan Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas dengan cara berpakaian yang baik dan sopan serta mencerminkan nilai ajaran Islam.Tidak hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat diperoleh di

16

setiap episodenya, ditambah dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan mengandung unsur ajaran Islam yang di tampilkan di setiap bagian akhir film.

Episode dalam film animasi Nussa dan Rara menayangkan kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan berdasarkan ajaran Islam dengan cara penyampaian dari karakter yang mudah dipahami oleh penonton (Demillah, 2019).

Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari anak laki-laki bernama Nussa dan adik perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan Rara tinggal bersama ibunya yang biasa mereka panggil dengan sebutan Umma serta Anta sebagai seekor kucing.

Karakter Nussa dan Rara dibuat dengan lucu dan menggemaskan. Nussa merupakan penyandang disabilitas, menggunakan kaki palsu yang memiliki sifat ceria dan penyayang. Nussa biasanya tampil dengan menggunakan baju koko berwarna hijau dan celana panjang berwarna coklat, serta memakai peci berwarna putih.Sedangkan adiknya Rara diceritakan sebagai anak kecil berusia lima tahun yang senang bermain karakter suka bermain. Rara biasanya tampil dengan menggunakan gamis berwarna kuning dan memakai kerudung berwarna merah. Karakter umma digambarkan sebagai ibu yang selalu membimbing dan memberikan pengajaran yang baik pada Nussa dan Rara berdasarkan ajaran Islam. Umma biasanya tampil dengan gamis berwarna ungu dan kerudung berwarna biru.

2.1.4.3 Sinopsis film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai Pada episode ini bercerita tentang hari minggu dimana Nussa dan Rara tengah asyik menonton televisi sambil memakan cemilan. Hingga akhirnya adzan berkumandang. Umma mengingatkan agar Nussa dan Rara segera melaksanakan sholat namun tak segera melaksanakannya karena keasyikan menonton tv. Kemudian Umma mengingatkan Kembali hingga akhirnya Nussa dan Rara melaksanakan ibadah sholat. Setelah selesai, Nussa dan Rara kembali menonton televisi. Umma mengingatkan agar Nussa tidak melupakan untuk mengerjakan PR dan juga mengingatkan Rara agar tidak lupa menyiapkan sepatu sekolahnya, namun Nussa dan Rara tidak langsung

17

melaksanakan perintah Umma dengan beralasan bahwa hari itu merupakan hari libur. Hingga selesai menonton televisi Nussa berada dikamar tapi sibuk membaca komik dan mendengarkan musik hingga tertidur, sedangkan Rara sedang bermain masak-masakan. Keesokan harinya Nussa tersadar bahwa ia belum mengerjakan PR dan juga Rara belum menyiapkan sepatunya sehingga sepatunya dalam keadaan basah. Nussa dan Rara menyesal karena telah lalai dihari libur dan meminta maaf kepada Umma serta meminta bantuan Umma untuk mengerjakan PR dan mengeringkan sepatu.

18 2.2 Penelitian Relevan

Peneliti telah melakukan eksplorasi terhadap sumber untuk membandingkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian pertama ditulis Aslamiah, S., & Aruan, R. V. (2021) mendapatkan hasil bahwa Persepsi anak tentang film Upin & Ipin ini yaitu baik,sangat baik dan bagus karna mereka banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan yang banyak setelah menonton tayangan film kartun Upin &

Ipin tersebut

Fais, F., Sudaryanto, E., & Andayani, S. (2019) mendapatkan hasil bahwa penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Terdapat banyak adegan romantis pada film tersebut sehingga setiap penonton mampu menceritakan adegan romantis yang berbeda

Suryani, Sulthoni, & Susilaningsih (2019) mendapatkan hasil bahwa persepsi anak usia sekolah dasar terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yaitu anak memahami sebagian pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yang ditonton dan serial animasi sedikit banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan karakter anak.

Fatriyah, Prasetyo & Ardiyanto (2020) mendapatkan hasil bahwa film animasi Moana siswa sekolah dasar dapat menangkap 9 nilai karakter yaitu nilai karakter jujur, nilai karakter disiplin, nilai karakter tanggung jawab, nilai karakter, demokarasi, nilai karakter, kerja keras, nilai karakter mandiri, nilai karakter bersahabat, nilai karakter cinta dalam, nilai karakter peduli terhadap lingkungan.

Nilai karakter tersebut disampaikan melalui adegan-adegan serta tokoh yang berperan dalam film animasi Moana. Berdasarkan hasil analisis serta wawancara dengan siswa dan guru sekolah dasar maka film animasi moana dapat dijadikan sebagai contoh penanaman nilai-nilai karakter pada siswa sekolah dasar dan dapat dijadikan sebagai media dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dengan tetap memerlukan pendampingan dari guru dan orang tua. Beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain dapat dilihat pada tabel 2.2

19

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan Judul Nama peneliti Tahun Persamaan Perbedaan Persepsi anak

20 2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang menjadi dasar penelitian.

Kerangka berpikir dapat digunakan untuk memahami alur pemikiran dan memberikan arahan dalam terlaksananya penelitian.

Berkembangnya teknologi yang semakin mudah untuk menerima informasi secara cepat dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Media hiburan baik yang berasal dari tontonan televisi maupun film yang berasal dari Youtube dapat membawa dampak positif atau negatif. Anak memiliki ketertarikan terhadap film animasi. Salah satu jenis film yang memiliki pesan yang baik yakni film animasi Nussa dan Rara. Dalam film animasi tersebut terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Audiens sebagai penonton film ini dapat memberikan persepsi pada film. Anak-anak usia 12 sudah dapat berpikir secara logis dan dapat melihat dari perspektif berbeda hingga memberikan penilaian atas tayangan film.

Proses pemberian persepsi dimulai dari penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu, pengertian atau pemahaman, penilaian atau evaluasi. Individu dalam memberikan persepsi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Alur berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai berikut.

21

Anak suka menonton film animasi

Film animasi nussa dan rara sebagai salah satu jenis film yang disukai anak dan mengandung nilai edukasi

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi nussa dan rara episode libur jangan lalai

Faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu

2. Pengertian atau pemahaman 3. Penilaian atau evaluasi

Faktor internal : informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman,suasana hati

Faktor ekternal : penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai di desa klecoregpnang kecamatan winong

kabupaten Pati

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

22 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Klecoregonang, Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Desa ini terdiri dari 3 dukuh dengan luas wilayah 117,220 km2 dan jumlah penduduk mencapai 1347 jiwa. (Sumber: Arsip Desa Klecoregonang, 2020). Observasi sudah dilaksanakan pada Agustus 2020 dan penelitian dilaksanakan pada September 2021.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2017:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong (2017:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individua tau sekelompok orang. Sedangkan menurut Yusuf(2014: 239) penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik, menggunakan bebrapa cara, serta disajikan secara naratif.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena yang memanfaatkan wawancara terbuka dan menghasilkan data secara deskriptif. Ciri utama pada penelitian kualitatif terletak pada fokus penelitian mengenai suatu keadaan tertentu atau fenomena. Penelitian dilakukan langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan, sehingga data yang didapat sesuai yang ada di lapangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan sebuah fenomena yang ada. Arief (2020:83) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk

23

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield (dalam Nazir, 1988) studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek peneltian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, dan lembaga masyarakat. Pada penelitian ini subjek berupa individu yaitu anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana persepsi anak usia 12 tahun dan juga orang tua setelah menonton film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai. Penggalian informasi kepada narasumber agar memperoleh data yang diperlukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah terakhir adalah menyajikan data dari hasil penelitian.

3.3 Peranan Peneliti

Secara operasional peranana peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi dilapangan 2. Melakukan pemilihan naasumber

3. Melakukan wawancara dengan anak usia 12 tahun

4. Mengolah atau menganalisis data yang telah didapatkan dari penelitian dan pengumpulan data

5. Menyajikan data.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil persepsi pada film animasi Nussa dan Rara. pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara kepada narasumber terpilih yaitu anak berusia 12 tahun. Peneliti melaksanakan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar film animasi Nussa dan Rara yang telah ditonton. Selain itu juga memerlukan data pendukung seperti dokumentasi penelitian.

24 3.4.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan sumber data sekuder.

1. Sumber data primer, Sumber data berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan observasi

2. Sumber data sekunder, yang berasal dari jurnal dan studi literatur lainnya, dokumentasi yang digunakan sebagai pendukung penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut adalah pemaparan mengenai teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti:

1.5.1 Observasi

Observasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperoleh informasi melalui pengamatan. Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain karena observasi tidak terbatas pada orang melainkan dapat berupa objek-objek alam yang lain. Mamik (2015:104) mendefinisikan observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Sedangkan menurut Hadi dalam Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan kegiatan mengamati menggunaan penginderaan secara langsung terhadap suatu objek penelitian.

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari anak-anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang dan melakukan observasi pada film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai.

25 1.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang penting dalam suatu penelitian. Dokumentasi diperlukan dalam memperkuat data.

Marwadani (2020: 59) mendefinisikan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dikumpulkan mencakup dokumentasi saat pelaksanaan penelitian di lapangan.

1.5.3 Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan langsung yang direncanakan oleh pewawancara dengan yang orang yang ingin diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi tertentu. Marwadani (2020: 57) mendefinisikan wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi antara pewawancara dan narasumber untuk bertukar informasi dan ide melalui interaksi tanya jawab. Menurut Moleong dalam Marwadani (2020: 57) menyatakan bahwa wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi detail dan mendalam tentang subjek.

Esterberg (dalam Sugiyono 2015:319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disediakan. Wawancara semiterstruktur dilaksanakan lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, pihak yang diwawancara diminta pendapat, dan ide-idenya sehingga peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

26

dikemukakan informan. Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian ini melakukan wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini yang menjadi informan dalam wawancara terstruktur adalah anak usia 12 tahun.

3.6 Keabsahan Data

Dalam penelitian faktor keabsahan data juga diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Untuk memeriksa keabsahan data maka menggunakan triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengeahui bagaimana persepsi atau sudut pandang anak mengenai film Nussa dan Rara, maka peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam keabsahan data. Meloeng (2010: 330) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infromasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Satori (2011:170) mendefinisikan triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan pada sumber data.

Triangulasi sumber menggunakan sumber yang berbeda diantaranya anak usia 12 tahun dengan jumlah 6 orang, 3 anak berjenis kelamin perempuan dan 3 anak berjenis kelamin laki-laki. Triangulasi teknik peneliti menggunakan wawancara dengan narasumber yaitu anak usia 12 tahun dan peneliti menguji fokus penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teknik tersebut maka peneliti mengetahui keabsahan data yang dimiliki.

3.7 Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses pengumpulan data secara sistematis untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data dilakukan sebelum memasuki, selama, dan selesai di lapangan. Hal ini sesuai

27

dengan pendapat Nasution (dalam Sugiyono 2015:336) yang menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2015: 338) menyatakan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data memiliki arti merangkum, memilih hal-hal pokok, memilih hal-hal penting dan membuang yang tidak perlu. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan hal penting dan dicari tema dan pola (Sugiyono, 2012). Proses analisis data dimulai dengan seluruh data yang telah terkumpul. Proses persepsi terdapat 3 tahapan. Data yang didapat kemudian dibaca dan ditelaah. Penelitian ini memfokuskan pada persepsi anak terhadap film Nussa dan Rara. Persepsi yang diungkapkan anak dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu penerimaan rangsang membahas judul, episode, seputar tokoh.

Pemahaman membahas mengenai film secara lebih mendalam dengan mendeskripsikan film, dan penilaian berupa penilaian terhadap tokoh maupun film secara keseluruhan. Pada saat memberikan persepsi di setiap anak terdapat kesamaan dan perbedaan.

2. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data..

Dengan adanya penyajian data ini, maka data terorganisasikan, tersusun sehingga akan memudahkan dalam memahami. Dalam penyajian data ini berupa data yang terdapat dilapangan seperti hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya sehingga dapat memunculkan persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara.

Penyajian data disesuaikan dengan hasil data yang telah direduksi. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan pemahaman (Sugiyono, 2012: 249).

3. Penarikan kesimpulan

28

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Berdasarkan data yang telah di reduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan dengan didukung bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data. Penarikan kesimpulan dilakukan ketika mendapatkan bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yaitu menganalisis persepsi anak dan juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memberikan persepsi.

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi geografi

Desa Klecoregonang adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Desa Klecoregonang memiliki luas wilayah 117,220 km2. Desa Klecoregonang terdapat pada dataran rendah. Desa ini memiliki tiga nama dukuh, yakni Kleco, Nggonang, dan Klethak. Berbatasan dengan Desa Bumiharjo disebelah utara, sebelah timur dengan Desa Winong, sebelah selatan dengan Desa Kebowan, sebelah barat dengan Desa Tawangrejo. (Sumber:

Monografi Desa Klecoregonang, Agustus 2020) 4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Klecoregonang sebanyak 1347 jiwa. Di desa ini ada 666 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki, dan 681 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pada usia 0-5 tahun terdapat 362 jiwa, usia 15-65 terdapat 861 jiwa dan usia 65 keatas terdapat 124 jiwa. Mayoritas masyarakat Desa Klecoregonang bekerja sebagai petani. Berikut tabel jumlah penduduk Desa Klecoregonang.

(Sumber : Laporan Kependudukan Desa Klecoregonang, Agustus 2020) 4.1.3 Profil Narasumber

Penelitian ini untuk mengetahui persepsi anak terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengambilan data dengan narasumber sejumlah 6 anak yang berusia 12 tahun yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki, yaitu Miftakhun Nikmah, Hesti Astika Ramadhani, Shafara Saydatul Fatimaroh Hanim, Muhammad Miftahul Jamil, Wahyu Tri Mulya, Muhammad Rehan Alfarezky.

Wawancara dilakukan dengan cara diberikan pertanyaan yang sama untuk dijawab. Pertanyaan ini ditujukan untuk narasumber supaya mengetahui jawaban anak dalam menanggapi topik persepsi terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai.

30

4.1.4 Gambaran umum film animasi Nussa dan Rara 4.1.4.1 Sejarah film animasi Nussa dan Rara

Film animasi adalah film yang berdasarkan hasil pengolahan gambar sehingga menjadi gambar yang dapat bergerak. Sayekti (2019) mengungkapkan

Film animasi adalah film yang berdasarkan hasil pengolahan gambar sehingga menjadi gambar yang dapat bergerak. Sayekti (2019) mengungkapkan

Dokumen terkait