• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ANAK USIA 12 TAHUN TERHADAP FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA EPISODE LIBUR JANGAN LALAI DI DESA KLECOREGONANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI ANAK USIA 12 TAHUN TERHADAP FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA EPISODE LIBUR JANGAN LALAI DI DESA KLECOREGONANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERSEPSI ANAK USIA 12 TAHUN TERHADAP FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA EPISODE LIBUR JANGAN LALAI DI DESA

KLECOREGONANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

Oleh

AMILIYA NURUL JANNAH NIM 201733153

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)

ii

(3)

iii

PERSEPSI ANAK USIA 12 TAHUN TERHADAP FILM ANIMASI NUSSA DAN RARA EPISODE LIBUR JANGAN LALAI DI DESA

KLECOREGONANG KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

AMILIYA NURUL JANNAH 201733153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Selesaikan apa yang sudah dimulai. Jangan berhenti (Peneliti)

PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan sehingga skripsi ini terselesaikan. Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta.

Bapak Jauhari dan Ibu Rusmini yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, dan do’a yang tiada henti.

2. Keluarga besar yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan do’a.

3. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD Universitas Muria Kudus terutama dosen pembimbing saya yang telah sabar membimbing, memberikan arahan, serta masukan dengan sepenuh hati

4. Sahabat yang selalu memberikan bantuan serta dukungan dengan tulus.

5. Almamater Universitas Muria Kudus.

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhananhu wa ta’ala yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai di Desa Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati ”. Skripsi ini disususn guna memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi pada jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

Keberhasilan penyusun skripsi ini bukan hanya kerja keras penulis semata melainkan juga dukungan dan bantuan dari segenap pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Drs. Sucipto, M.Pd., Kons selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

2. Siti Masfuah, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus yang telah memberi layanan akademik sehingga penulis mampu menyelesaikan masa belajarnya.

3. Dr. Erik Aditia Ismaya, S.Pd, M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sampai terselesainya skripsi ini.

4. Deka Setiawan, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sampai terselesainya skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

(8)

viii

6. Kepala Desa Klecoregonang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah membantu dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Kudus, Februari 2022 Peneliti

Amiliya Nurul Jannah NIM. 201733153

(9)

ix ABSTRACT

Jannah, Amiliya Nurul. 2022. Perception of 12 year old children on the Nussa and Rara animated film don’t neglect holiday episodes in Klecoregonang village, Winong District, Pati Regency. Essay.

Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University. Supervisor (1) Dr. Erik Aditia Ismaya, M.A. (2) Deka Setiawan, M.Pd.

Keywords: Perception, Nussa and Rara animated film, Influencing factors

With the development of increasingly rapid technology, various media can be used to convey messages. One of the most popular media is film. Watching movies has become a habit of individuals, including children. Through the shows you watch, you can influence the audience. Of course not just any movie. A good film to watch is a film that contains a moral message, values that can educate. One type of animated film that has a positive moral message is the animated film Nussa and Rara.

This animated film tells the daily life of a brother and sister, Nussa and Rara. This film tells about daily activities in the world of children with the delivery of language that is easily understood by children. Not only as an entertainment but also has educational value.

This research is a qualitative descriptive research conducted in Klecoregonang Village, Winong District, Pati Regency. The informants in this study were 6 children aged 12 years. Data collection was carried out in September 2021. The method of data collection was through observation, interviews, and documentation. The data analysis used includes data reduction, data presentation, verification or conclusion.

From this study, children aged 12 years gave their perceptions of the episodes of don't neglect holidays that they had seen. The process of perception through the reception of stimuli or objects, understanding and judgment. In the process of receiving objects, children can mention the characters in the film. In understanding the child can describe his perception of the content of the film, the physical depiction of the character, the character of the character. Next, the child gives an assessment of the film that has been seen. Children like the animated film Nussa and Rara and give a positive assessment of this film. In the film Nussa and Rara there are character values that can be used as media in the socialization process. The results of this perception indicate that children in giving perceptions there are similarities and differences. There are two factors that can influence a person in giving perceptions, namely internal and external factors.

In this research, children and parents should be more selective in choosing films on television and on YouTube. When watching a film, we should not passively accept what is presented in the film and be more critical and assess the actual message that the film wants to convey.

(10)

x ABSTRAK

Jannah, Amiliya Nurul. 2022. Persepsi Anak Usia 12 Tahun Terhadap Flm Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan Lalai di Desa Klecoregonang Kecamatan Wnong Kabupaten Pati. Skripsi.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Dr. Erik Aditia Ismaya, M.A. (2) Deka Setiawan, M.Pd.

Kata kunci : Persepsi, Film animasi Nussa dan Rara, Faktor yang mempengaruhi Dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat dapat menghadirkan berbagai media yang digunakan menyampaikan pesan. Salah satu media yang paling popular adalah film. Menonton film sudah menjadi kebiasaan individu, termasuk anak-anak. Melalui tayangan yang ditonton dapat mempengaruhi penontonnya. Tentu saja bukan sembarang film. Film yang bagus ditonton yaitu film yang memuat pesan moral, nilai-nilai yang dapat mendidik.

Salah satu jenis film animasi yang memiliki pesan moral positif yaitu pada film animasi Nussa dan Rara.

Film animasi ini menceritakan kehidupan sehari-hari kakak beradik yaitu Nussa dan Rara. Film ini menceritakan kegiatan harian pada dunia anak-anak dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Tidak hanya sebagai sebuah hiburan namun juga terdapat nilai edukasi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Desa Klecoregonang, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Informan dalam penelitian ini yaitu anak usia 12 tahun sebanyak 6 anak. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2021. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi atau kesimpulan.

Dari penelitian ini anak usia 12 tahun memberikan persepsinya dari episode libur jangan lalai yang telah dilihat. Proses persepsi melalui penerimaan rangsang atau objek, pemahaman dan penilaian. Dalam proses penerimaan objek anak dapat menyebutkan tokoh yang terdapat pada film. Dalam pemahaman anak dapat mendeskripsikan persepsinya mengenai isi film, pengambaran fisik tokoh, watak tokoh. Selanjutnya anak memberikan penilaian terhadap film yang telah dilihat. Anak menyukai film animasi Nussa dan Rara dan memberikan penilaian yang positif terhadap film ini Pada film Nussa dan Rara terdapat nilai karakter yang dapat digunakan sebagai media dalam proses sosialisasi. Hasil persepsi ini menunjukkan bahwa anak dalam memberikan persepsi terdapat persamaan dan perbedaan. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan persepsi yaitu factor internal dan eksternal.

Penelitian ini hendaknya anak dan orang tua lebih selektif dalam memilih tayangan film baik di televisi maupun di youtube. Saat menonton sebuah film, sebaiknya kita tidak pasif menerima apa saja yang disuguhkan di film dan bersikap lebih kritis dan menilai pesan yang sebenarnya yang ingin disampaikan film tersebut.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO ... ii

JUDUL ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PRAKATA ... vii

ABSTRACT ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Teori ... 6

2.1.1 Persepsi ... 6

2.1.2 Karakteristik anak usia 12 tahun ... 10

2.1.3 Film ... 12

2.1.4 Film Animasi Nussa dan Rara ... 14

2.2 Penelitian Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 20

BAB III ... 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

(12)

xii

3.2 Rancangan Penelitian ... 22

3.3 Peranan Peneliti ... 23

3.4 Data dan Sumber Data ... 23

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.6 Keabsahan Data ... 26

3.7 Analisis Data ... 26

BAB IV ... 29

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.2 Pembahasan ... 40

4.2.1 Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai ... 40

4.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam persepsi ... 50

BAB V ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

Daftar Pustaka ... 57

Lampiran ... 61

PERNYATAAN ... 98

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 102

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ... 19 Table 4.1 Penghargaan film animasi Nussa dan Rara ... 31

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 21 Gambar 4.1 Proses penerimaan objek ... 41 Gambar 4.2 Pemberian persepsi ... 45

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 62

Lampiran 2 Data narasumber ... 64

Lampiran 3 Pedoman wawancara pra penelitian ... 65

Lampiran 4 Hasil wawancara pra penelitian ... 66

Lampiran 5 Dokumentasi wawancara pra penelitian ... 67

Lampiran 6 Kisi-kisi pedoman observasi ... 68

Lampiran 7 Pedoman observasi ... 69

Lampiran 8 Hasil observasi ... 71

Lampiran 9 Kisi-kisi pedoman wawancara ... 77

Lampiran 10 Pedoman wawancara ... 78

Lampiran 11 Hasil wawancara ... 81

Lampiran 12 Dokumentasi penelitian ... 95

Lampiran 13 SK Pembimbing skripsi ... 97

Lampiran 14 Pernyataan ... 98

Lampiran 15 Keterangan selesai bimbingan skripsi ... 99

Lampiran 16 Permohonan ujian skripsi ... 100

Lampiran 17 Bukti publikasi artikel ... 101

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Film bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat, terlebih di zaman modern seperti sekarang ini. Kita dapat menyaksikan film setiap saat melalui televisi, bioskop, VCD dan DVD, bahkan dapat mengakses melalui internet dengan berbagai platform yang tersedia seperti pada Youtube. Youtube termasuk ke dalam media internet yang populer di masyarakat. Demillah (2019) berpendapat bahwa Youtube merupakan sebuah media yang menfasilitasi penggunanya untuk berbagi video atau menonton video. Selain itu, Youtube memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mengupload video yang dapat diakses orang lain secara gratis. Youtube telah menjadi berbagai macam kebutuhan dari penggunanya dilihat dari fitur-fitur yang ditawarkan sangat membantu sang pengguna dari berbagai aspek kebutuhan. Oleh karena itu bisa dikatakan Youtube adalah data base video yang paling populer di dunia internet, atau bahkan mungkin yang paling lengkap dan variatif (Faiqah, 2016).

Adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih, membuat kemudahan dalam menonton film.

Film termasuk dalam audio visual dimana terdapat suara dan gambar.

Effendi (dalam Zaidah, 2022) mendefinisikan bahwa film merupakan hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film merupakan gabungan dari berbagai teknologi yang terdiri dari fotografi dan beberapa kesenian seperti seni rupa, teater, arsitektur, dan seni musik. Menurut Guritno (dalam Mariana, 2017: 18) film adalah hasil peradaban manusia yang diciptakan melalui proses kreatif dengan melahirkan impian (imajinasi) melalui teknologi yang hasilnya bisa disaksikan semua orang. Oleh karena itu film memiliki daya tarik dan memiliki kemampuan mengantar pesan dengan baik.

Menonton film telah menjadi kebiasaan beberapa orang. Biasanya menonton film digunakan untuk menikmati hiburan di waktu luang ataupun digunakan untuk melepas kepenatan setelah sehaian beraktivitas. Selain sebagai hiburan film dapat digunakan sebagai proses sosialisasi individu dimana film

(17)

2

digunakan sebagai media dalam mengenal nilai dan norma yang terdapat pada kehidupan nyata. Berdasarkan hal tersebut film memiliki tujuan yang berbeda- beda, sehingga hal yang utama bagi isi film dapat diterima secara luas oleh penonton.

Berbagai macam jenis tayangan film tersedia baik di televisi maupun platform lainnya. Salah satu jenis film yang menjadi pilihan untuk ditayangkan yaitu film animasi atau kartun. Jenis film ini mampu menarik perhatian audiencenya, khususnya anak-anak. Menurut Binanto, (dalam Mariana, 2017: 18) animasi adalah hasil dari proses menampilkan obyek-obyek gambar sehingga gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Jadi dalam film animasi objek gambar divisualisasikan bergerak seperti terlihat nyata/hidup.

Nussa dan Rara merupakan salah satu kartun animasi karya anak Indonesia yang bernuansa islami. Film ini mengandung unsur edukasi pada setiap tayangannya, membuat tayangan animasi ini cocok untuk ditonton oleh semua kalangan dimulai dari anak hingga usia dewasa. Film animasi Nussa dan Rara merupakan produksi The little Giants yang digagas oleh Mario Irwinsyah berkolaborasi dengan 4 Stripe Production. Pada awalnya film animasi Nusa dan Rara ditayangkan di Youtube dengan nama channel Nussa Official. Sampai saat ini channel Nussa Official telah memiliki jutaan subsciber. Episode pertama kali dirilis pada tanggal 20 November 2018. Film ini berdurasi sekitar 3-8 menit.

Film yang menceritakan kehidupan sehari-hari kakak beradik yang bernama Nussa dan Rara. Film ini menceritakan kegiatan harian pada dunia anak- anak dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Karakter Nussa digambarkan sebagai anak laki-laki berpakaian gamis dengan peci berwarna putih, namun memiliki keterbatasan yaitu pada kaki kiri Nussa yang menggunakan kaki palsu. Sedangkan karakter Rara digambarkan sebagai adik Nussa berpakaian gamis dan jilbab. Selain itu terdapat tokoh Anta yang merupakan seekor kucing dan Umma yang merupakan ibu dari Nussa dan Rara.

Umma juga berpenampilan seperti Rara menggunakan gamis dan jilbab. Umma digambarkan sebagai karakter ibu yang baik, agamis, sabar, penyayang. Meskipun

(18)

3

termasuk animasi baru akan tetapi animasi ini sudah memenangkan beberapa penghargaan.

Berbagai penelitian mengenai film animasi Nussa dan Rara seperti yang dilakukan oleh Sayekti (2019) yang menyatakan bahwa film animasi Nussa dan Rara yang berjudul “Baik itu Mudah” merupakan salah satu alternatif tontonan untuk anak karena di dalam film terdapat nilai-nilai karakter, antara lain: religius, peduli sosial, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kerja keras dan menghargai prestasi. Demikian pula yang dilakukan oleh Fardani&Lismanda (2019) yang menyatakan bahwa film Nussa sangat kental dengan nilai - nilai karakter baik yang sifatnya Islami ataupun karakter secara umum. Dengan asupan informasi yang syarat akan nilai nilai karakter diharapkan anak mampu berkembang dengan baik sesuai dengan fitrahnya serta memiliki karakter yang kuat. Berdasarkan beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa film animasi Nussa dan Rara berisi tayangan yang memiliki nilai edukasi dan menghibur.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilaksanakan peneliti pada bulan Agustus di Desa Klecoregonang, dapat diketahui bahwa anak suka menonton film animasi. Salah satu film animasi yang ditonton adalah Nussa dan Rara. Film Nussa dan Rara menurut anak memiliki perbedaan dengan film animasi yang lainnya yaitu dalam setiap episode terdapat nilai-nilai keagamaan.

Peneliti memilih anak berusia 12 tahun sebagai subjek penelitian dikarenakan anak-anak pada tingkatan usia ini sudah dapat berpikir secara logis dan memahami sesuatu yang dilihat. Hal ini sesuai dengan perkembangan bahasa anak usia dasar yang diungkapkan oleh Allen & Marotz (dalam Malik, 2021) yang mengemukakan bahwa pada usia 11 hingga 12 tahun anak senang berargumentasi untuk mendukung pernyataannya, mampu menggunakan struktur bahasa dengan kompleks, dan mampu memahami makna tersirat. Selain itu, menurut (Bajuri, 2018) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pada usia 12 tahun ke atas memasuki ranah kognitif C5 (mengevaluasi/menilai) dan C6 (mencipta) yang lebih baik. Pada tahapan usia ini anak memiliki daya ingat yang samikin kuat dan mampu berpikir secara kritis.

(19)

4

Pemilihan episode libur jangan lalai dikarenakan dalam episode ini menceritakan untuk pemanfaatan waktu agar tidak lalai diwaktu senggang sehingga dapat menjadi contoh yang baik untuk anak agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dari uraian diatas peneliti beranggapan film animasi Nussa dan Rara tidak hanya menghibur namun juga terdapat pesan yang baik di dalamnya.

Selain itu film yang disajikan dapat menimbulkan berbagai macam persepsi oleh orang yang menyaksikannya. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk menggali dan meneliti lebih dalam lagi mengenai isi film animasi Nussa dan Rara yang peneliti tuangkan dalam judul “Persepsi anak usia 12 tahun Desa Klecoregonang terhadap film Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan Lalai”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana persepsi anak usia 12 tahun Desa Klecoregonang mengenai film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai?

1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 tahun Desa Klecoregonang terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Menganalisis persepsi anak usia 12 Desa Klecoregonang pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

1.3.2 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 tahun Desa Klecoregonang pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

(20)

5 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan referensi pada penelitian selanjutnya, mampu memberikan pengatahuan menganai media film yang selain digunakan untuk hiburan namun juga sebagai media edukasi untuk anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian dijadikan wadah untuk memperluas ilmu pengathuan melalui media massa pada tayanagn film animasi Nussa dan Rara, mengenai bagaimana anak-anak mempersepsikan pada film animasi Nussa dan Rara b. Bagi anak, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada anak tentang

pesan-pesan yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara

c. Bagi orang tua, dapat selektif memilih tayangan yang sesuai dengan usia anak

(21)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, peneliti menguraikan mengenai (1) Persepsi (2) karakteristik anak usia 12 tahun (3) Film (4) Film animasi Nussa dan Rara 2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Definisi persepsi

Persepsi berkaitan mengenai pendapat individu. Pesepsi setiap orang tidaklah sama. Persepsi berawal dari proses penginderaan tentang suatu objek.

Melalui persepsi tersebut dapat mengolah informasi tentang suatu objek.

Robbins (dalam Aslamiah, 2021) mendefinisikan persepsi sebagai stimulus yang di indera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Hal serupa diungkapkan oleh Slameto (2010:102) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan hubungan dengan lingkungannya menyangkut masuknya informasi kedalam otak manusia. Hubungan ini dilakukan melalui indera.

Sedangkan Rahkamat (dalam Sugianto, 2017) menmberikan definisi persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan memberikan penafsiran pesan dan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi melibatkan proses penginderaan, kemudian hasil penginderaan diinterpretasikan sehingga individu memahami stimulus yang diterimanya.

2.1.1.2 Syarat terjadinya persepsi

Menurut Davidoff (dalam Lybertha & Desiningrum, 2017) mengungkapkan bahwa persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama.

Oleh karena itu mungkin dalam mempersepsikan sesuatu antar setiap individu dapat berbeda. Walgito (2004) menyatakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya persepsi antara lain.

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera. Stimulus datang dari

(22)

7

luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dayang dari individu yang bersangkutan. Objek yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera merupakan alat utama untuk menerima stimulus. Selain itu juga terdapat syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus sehingga dapat diterima pusat susunan syaraf yakni otak sebagai pusat kesadaran yang akan terjadi proses sehingga individu dapat mempersepsikan apa yang diterima.

3. Perhatian

Perhatian terjadi ketika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Anderson (dalam Abdurrahman & Sahuri, 2016 ) mengemukakan beberapa hal untuk dapat menyebabkan terjadinya persepsi yaitu:

1. Adanya suatu objek yang akan dipersepsi 2. Adanya perhatian (attention)

3. Adanya alat indera (reseptor).

2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Proses persepsi akan mempengaruhi apa yang terdapat pada diri individu sehingga menyebabkan berbagai faktor persepsi seseorang saat memberikan pemahaman yang berbeda.

Menurut Gibson (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup antara lain:

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda.

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan bentuk fisik pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda- beda sehingga perhatian terhadap objek berbeda sehingga mempengaruhi persepsi.

c. Minat

(23)

8

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi yang digunakan untuk mempersepsi. Dari banyaknya energi membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan stimulus.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dan bagaimana kuatnya individu mencari objek- objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam artian sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang.

f. Suasana hati

Keadaan emosi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Keadaan emosi menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi, dan mengingat.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya mencakup antara lain:

a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari objek-objek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dan luar akan membeni makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.

Kekuatan dan stimulus menupakan daya dan suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Mulyana, (2004: 108-184) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

(24)

9

Faktor internal terdiri dari informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman, suasana hati.

2. Faktor eksternal

Faktor ekternal terdiri dari penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Menurut Krech&Richard (dalam Rakhmat, Jalaludin 2005: 51) menyebutkan faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut.

1. Faktor struktural, sistem syaraf individu yang berasal dari stimulus fisik dan efek-efek syaraf.

2. Faktor situsional, beberapa dari faktor situsional yang mempengaruhi adalah petunjuk paranglinguistik dimana faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non vebal.

3. Faktor fungsional, berasal dari pengalaman masa lalu dan hal-hal lain dai kebutuhan yang disebut sebagai faktor personal

4. Faktor personal, terdiri atas kepribadian, pengalaman, dan motivasi.

2.1.1.4 Indikator persepsi

Persepsi diperoleh invidu berasal dari panca indera kemudian dianalsis, diinterpretasi, dievaluasi hingga individu memperoleh makna.

Robbins (dalam Akbar, 2015)menetapkan indikator-indikator persepsi menjadi dua macam, yaitu:

1. Penerimaan Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar.

2. Evaluasi Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan. Tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.

Menurut Walgito (dalam Nuraini, 2021) indikator-indikator persepsi ada tiga yaitu:

1. Penerimaan rangsang atau objek yang diserap dari luar oleh individu (penerimaan). Rangsang serta objek tersebut diserap dan diterima oleh panca indra. Baik penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pengecap secara tersendiri maupun bersama. Hasil penerimaan dari alat-

(25)

10

alat indera tersebut didapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan pada otak.

2. Pemahaman Setelah terjadi gambaran serta kesan oleh otak, maka gambaran tersebut diproses sehingga terbentuk pemahaman. Proses terjadinya pemahaman tersebut tergantung pada gambaran sebelumnya yang telah dimiliki oleh individu.

3. Penilaian Penilaian terjadi setelah terbentuk pemahaman oleh individu.

Pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dibandingkan dengan kriteria serta norma yang dimiliki individu. Meskipun objeknya sama penilaian setiap individu berbeda-beda, oleh karena itu persepsi bersifat individual.

Menurut Miftah Thoha (dalam Abdurrahman, 2016), proses terbentuknya persepsi didasari pada tahapan indikator sebagai berikut.

1. Stimulus

Subproses pertama yang dianggap penting adalah stimulus. terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau suatu stimulus. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik menyeluruh.

2. Register

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya.

Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

4. Umpan balik (feedback)

Subproses terakhir adalah umpan balik (feedback). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

2.1.2 Karakteristik anak usia 12 tahun

Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Anak SD dalam perkembangannya mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Usia anak SD berkisar antar 6-12 tahun. Menurut Seifert dan Haffung (dalam Lazuardi, 2017) terdapat tiga jenis perkembangan, yaitu:

(26)

11 1. Perkembangan fisik.

Perkembangan fisik anak usia SD dapat dilihat dari gambaran umum menyangkut pertambahan proporsi tinggi dan berat badan serta ciri-ciri fisik lain yang tampak. Anak SD umumnya berada di fase tenang dimana perkembangan fisik terbilang lambat namun konsisten (Budiyartati, 2014:

72). Ciri-ciri perkembangan fisik mendasar di usia 7 hingga 9 tahun, lazimnya anak perempuan lebih pendek dan ringan daripada anak laki- laki. Di usia 9 hingga 10 tahun, lazimnya anak perempuan memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan anak laki-laki. Pada usia sekitar 11 tahun anak perempuan lebih tinggi dan berat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia ini anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki.

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir dan bernalar. Kemampuan anak usia dasar berbeda-beda disetiap tingkatannya. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan tiga pendekatan perkembangan, yaitu: tahapan pra operasional, tahapan operasional konkrit, tahapan operasional formal.

Berdasarkan teori kognitif Piaget, terdapat dua fase yaitu fase pertama merupakan fase operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun) dimana di fase ini anak dapat berpikir logis, rasional, ilmiah, objektif terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata.

Kedua fase operasional formal (11 hingga 12 tahun keatas) yaitu fase dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi dan sesuatu bersifat abstrak. Pada fase ini anak dapat berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi.

3. Perkembangan psikososial

Perkembanagn psikososial berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. Perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti diantaranya, aspek psikis, moral, dan sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 109-121) memiliki enam jenis perkembangan:

1. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang, anak menjadi lebih tinggi , lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan.

2. Perkembanagan kognitif

Piaget (dalam Sugihartono, 2007: 109) mengungkapkan bahwa tahap perkembangan berpikir individu ialah melalui empat stadium:

a. sensomotorik (0-2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah reflek bawaan mendorong mengeksplorasi dunianya.

b. praoperasional (2-7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

c. operasional konkret (7-11 tahun), penggunaan logika yang memadai.

Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.

(27)

12

d. operasional formal (12-15 tahun), kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informassi yang tersedia.

3. Perkembangan bahasa

Pada perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak kelas satu merespon pertanyaan dengan jawaban yang lebih sederhana dan pendek. Perkembanagan bahasa menurut Allen

& Marotz, 2010) menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia 9 hingga 10 tahun anak mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui kata-kata, mengenali peribahasa, dan menunjukkan pemahaman level tinggi dalam tata bahasa. Pada usia 11 hingga 12 tahun anak senang berargumentasi untuk mendukung pernyataannya, mampu menggunakan struktur bahasa yang Panjang dan kompleks, mampu menggunakan bahasa dengan terampil untuk mengembangkan cerita, pendengar yang suka berpikir dan mampu memahami makna tersirat.

4. Perkembangan moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya.

5. Perkembangan emosi

Emosi melakukan peran yang penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Pergaulan yang semakin luas membawa anak belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman- temannya.

6. Perkembangan sosial

Perkembangan emosi pada masa anak-anak akhir tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan sosial. Orang-orang di sekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

2.1.3 Film

2.1.3.1 Definisi film

Film menurut Effendy (dalam Santoso, 2019) didefinisikan sebagai media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaiakan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.

Ibrahim (dalam Normuliati, 2016) menyebutkan bahwa sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film

(28)

13

merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).

Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan dikerjakan. Sedangkan proses teknis berupa ketrampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.

Oleh karena itu suatu film terutama film cerita dapat dikatakan sebagai wahana penyebaran nilai – nilai (Effendy dalam Normuliati, 2016). Sobur (dalam Normuliati, 2016 ) menyatakan bahwa film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa film adalah cerita gambar hidup berbentuk audio visual yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui jalannya cerita dan diharapkan mampu menyampaikan pesan dengan baik.

2.1.3.2 Unsur-unsur Film

Boggs dan Petrie (dalam Ariotejo, 2019) menjelaskan bahwa film merupakan karya seni visual dan verbal yang me madukan unsur-unsur naratif dan unsur-unsur sinematografis. Berikut adalah tiga komponen dalam film:

1. Alur

alur biasa disebut juga dengan jalan cerita. Dalam sebuah film terdapat alur cerita yang menggambarkan runtutan kejadian yang dialami tokoh.

Alur mengandung unsur jalan cerita yang menekankan hubungan kasualitas, kelogisan hubungan antar peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat, tidak hanya sekadar berurutan secara kronologis, yang dikisahkan dalam karya naratif (Boggs and Petrie dalam Riotejo, 2019).

2. Latar

Latar berhubungan dengan tempat dan waktu kejadian cerita. Latar merupakan unsur dasar di dalam seluruh cerita dan memberikan - kontribusi yang penting kepada tema dan juga memberikan keseluruhan efek pada film.

3. Penokohan

(29)

14

Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Tokoh tersebut dalam cerita memiliki sikpa, sifat, tingkah laku atau watak-watak terntentu.

2.1.3.3 Jenis-jenis film

Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik yang semakin canggih maupun tuntutan massa penonton, pembuat film semakin bervariasi. Danesi (2010: 134) menuliskan tiga jenis film sebagai berikut.

1. Film Fitur

Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga tahap. Tahap praproduksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berasal dari adaptasi novel, cerita pendek, cerita fiktif, kisah nyata yang dimodifikasi, karya cetakan lainnya, atau bisa dari hasil tulis khusus untuk dibuat filmnya. Tahap produksi merupakan masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario. Tahap terakhir yakni post-produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu.

2. Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya kedalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Proses seperti merekontruksi kejadian nyata pada karya dokumenter ini selanjutnya akan menggunakan isntilah film dokumenter berdasarkan sejarahnya. Isu- isu menarik yang berkembang di masyarakat dapat diperhatikan sebagai sumber mengembangkan ide membuat dokumenter.

3. Film animasi

Animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi Gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hamper bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.

2.1.4 Film Animasi Nussa dan Rara 2.1.4.1 Definisi film animasi

Film yang digemari anak-anak adalah film animasi. Kata animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan (dalam Anggara, 2020) mendefinisikan animasi adalah film yang berasal dari rangkaian gambar- gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambar bergerak dan bercerita. Djalle dkk dalam Mariana (2019) mendefinisikan

(30)

15

animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi dalam beberapa waktu. Menurut Binanto dalam Mariana (2019) mendefinisikan animasi adalah hasil dari proses menampilkan objek-objek gambar sehinggaa gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi juga memberikan karakter kepada objek-objek tersebut.

Bustaman (dalam Nasir, 2016) menambahkan animasi merupakan sebuah proses menciptakan efek gerakan ataupun perubahan bentuk dari suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu. Prakosa(dalam Anggara, 2020) menyatakan secara luas animasi berbicara masalah bentuk suatu benda yang berubah-ubah menciptakan gerak dan kehidupan Sedangkan menurut Zembry (dalam Nasir, 2016) berpendapat bahwa animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda-beda pada setiap frame, kemudian rangkaian frame tersebut dijalankan menjadi sebuah gerakan sehingga terllihat seperti sebuah film.

Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan suatu teknik pembuatan karya dalam bentuk audio visual berdasarkan pengaturan waktu dalam gambar yang dirangkai menjadi gambar bergerak dan terlihat nyata.

2.1.4.2 Film animasi Nussa dan Rara

Salah satu film animasi yang memiliki nilai pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam film ini memiliki tema islami dapat memberi edukasi dan pemahaman tentang Islam dan juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari tulisan di akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga akan tontonan anak yang jarang sekali menawarkan kebaikan, terutama yang sarat akan nilai-nilai Islami.

Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan nilai moral dan pelajaran yang seharusnya didapatkan anak- anak terutama nilai-nilai Islami. Penggambaran karakter Nussa dan Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas dengan cara berpakaian yang baik dan sopan serta mencerminkan nilai ajaran Islam.Tidak hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat diperoleh di

(31)

16

setiap episodenya, ditambah dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan mengandung unsur ajaran Islam yang di tampilkan di setiap bagian akhir film.

Episode dalam film animasi Nussa dan Rara menayangkan kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan berdasarkan ajaran Islam dengan cara penyampaian dari karakter yang mudah dipahami oleh penonton (Demillah, 2019).

Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari anak laki-laki bernama Nussa dan adik perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan Rara tinggal bersama ibunya yang biasa mereka panggil dengan sebutan Umma serta Anta sebagai seekor kucing.

Karakter Nussa dan Rara dibuat dengan lucu dan menggemaskan. Nussa merupakan penyandang disabilitas, menggunakan kaki palsu yang memiliki sifat ceria dan penyayang. Nussa biasanya tampil dengan menggunakan baju koko berwarna hijau dan celana panjang berwarna coklat, serta memakai peci berwarna putih.Sedangkan adiknya Rara diceritakan sebagai anak kecil berusia lima tahun yang senang bermain karakter suka bermain. Rara biasanya tampil dengan menggunakan gamis berwarna kuning dan memakai kerudung berwarna merah. Karakter umma digambarkan sebagai ibu yang selalu membimbing dan memberikan pengajaran yang baik pada Nussa dan Rara berdasarkan ajaran Islam. Umma biasanya tampil dengan gamis berwarna ungu dan kerudung berwarna biru.

2.1.4.3 Sinopsis film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai Pada episode ini bercerita tentang hari minggu dimana Nussa dan Rara tengah asyik menonton televisi sambil memakan cemilan. Hingga akhirnya adzan berkumandang. Umma mengingatkan agar Nussa dan Rara segera melaksanakan sholat namun tak segera melaksanakannya karena keasyikan menonton tv. Kemudian Umma mengingatkan Kembali hingga akhirnya Nussa dan Rara melaksanakan ibadah sholat. Setelah selesai, Nussa dan Rara kembali menonton televisi. Umma mengingatkan agar Nussa tidak melupakan untuk mengerjakan PR dan juga mengingatkan Rara agar tidak lupa menyiapkan sepatu sekolahnya, namun Nussa dan Rara tidak langsung

(32)

17

melaksanakan perintah Umma dengan beralasan bahwa hari itu merupakan hari libur. Hingga selesai menonton televisi Nussa berada dikamar tapi sibuk membaca komik dan mendengarkan musik hingga tertidur, sedangkan Rara sedang bermain masak-masakan. Keesokan harinya Nussa tersadar bahwa ia belum mengerjakan PR dan juga Rara belum menyiapkan sepatunya sehingga sepatunya dalam keadaan basah. Nussa dan Rara menyesal karena telah lalai dihari libur dan meminta maaf kepada Umma serta meminta bantuan Umma untuk mengerjakan PR dan mengeringkan sepatu.

(33)

18 2.2 Penelitian Relevan

Peneliti telah melakukan eksplorasi terhadap sumber untuk membandingkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian pertama ditulis Aslamiah, S., & Aruan, R. V. (2021) mendapatkan hasil bahwa Persepsi anak tentang film Upin & Ipin ini yaitu baik,sangat baik dan bagus karna mereka banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan yang banyak setelah menonton tayangan film kartun Upin &

Ipin tersebut

Fais, F., Sudaryanto, E., & Andayani, S. (2019) mendapatkan hasil bahwa penelitian bahwa film Dilan 1990 memang berhasil membius para penonton sebagai film romantis. Terdapat banyak adegan romantis pada film tersebut sehingga setiap penonton mampu menceritakan adegan romantis yang berbeda

Suryani, Sulthoni, & Susilaningsih (2019) mendapatkan hasil bahwa persepsi anak usia sekolah dasar terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yaitu anak memahami sebagian pesan-pesan yang terkandung dalam serial animasi yang ditonton dan serial animasi sedikit banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan karakter anak.

Fatriyah, Prasetyo & Ardiyanto (2020) mendapatkan hasil bahwa film animasi Moana siswa sekolah dasar dapat menangkap 9 nilai karakter yaitu nilai karakter jujur, nilai karakter disiplin, nilai karakter tanggung jawab, nilai karakter, demokarasi, nilai karakter, kerja keras, nilai karakter mandiri, nilai karakter bersahabat, nilai karakter cinta dalam, nilai karakter peduli terhadap lingkungan.

Nilai karakter tersebut disampaikan melalui adegan-adegan serta tokoh yang berperan dalam film animasi Moana. Berdasarkan hasil analisis serta wawancara dengan siswa dan guru sekolah dasar maka film animasi moana dapat dijadikan sebagai contoh penanaman nilai-nilai karakter pada siswa sekolah dasar dan dapat dijadikan sebagai media dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dengan tetap memerlukan pendampingan dari guru dan orang tua. Beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain dapat dilihat pada tabel 2.2

(34)

19

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan Judul Nama peneliti Tahun Persamaan Perbedaan Persepsi anak

terhadap pesan dalam film kartun Upin &

ipin di

kalangan anak SD Negeri 040 Huta godang muda, Kecamatan siabu, Kabupaten Mandailing Natal

Aslamiah, S.,

& Aruan, R.

V.

2021 Mengungkapkan persepsi anak terhadap film

Fokus

penelitian pada persepsi

terhadap pesan film

Film yang digunakan dalam

penelitian yaitu Upin Ipin

Persepsi Remaja Pada Romantisisme Film Dilan 1990

Fais, F., Sudaryanto, E., &

Andayani, S.

2019 Mengungkapkan persepsi

terhadap film

Film yang digunakan yaitu Dilan 1990

Persepsi anak usia sekolah dasar terhadap serial animasi dalam

mempengaruhi perkembangan karakter

Suryani, D.

P., Sulthoni, S., &

Susilaningsih, S.

2019 Mengungkapkan persepsi anak terhadap film

Menggunakan beberapa serial animasi

Daya tangkap siswa terhadap pesan moral dan nilai karakter pada film animasi Moana

Fatriyah, F., Prasetyo, S.A., &

Ardiyanto, A.

2020 Penelitian sama- sama

menggunakan film

Fokus

penelitian pada analisis isi film Moana

Mendekripsikan pesan moral dan nilai karakter pada film.

(35)

20 2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang menjadi dasar penelitian.

Kerangka berpikir dapat digunakan untuk memahami alur pemikiran dan memberikan arahan dalam terlaksananya penelitian.

Berkembangnya teknologi yang semakin mudah untuk menerima informasi secara cepat dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Media hiburan baik yang berasal dari tontonan televisi maupun film yang berasal dari Youtube dapat membawa dampak positif atau negatif. Anak memiliki ketertarikan terhadap film animasi. Salah satu jenis film yang memiliki pesan yang baik yakni film animasi Nussa dan Rara. Dalam film animasi tersebut terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Audiens sebagai penonton film ini dapat memberikan persepsi pada film. Anak-anak usia 12 sudah dapat berpikir secara logis dan dapat melihat dari perspektif berbeda hingga memberikan penilaian atas tayangan film.

Proses pemberian persepsi dimulai dari penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu, pengertian atau pemahaman, penilaian atau evaluasi. Individu dalam memberikan persepsi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Alur berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai berikut.

(36)

21

Anak suka menonton film animasi

Film animasi nussa dan rara sebagai salah satu jenis film yang disukai anak dan mengandung nilai edukasi

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi nussa dan rara episode libur jangan lalai

Faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu

2. Pengertian atau pemahaman 3. Penilaian atau evaluasi

Faktor internal : informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman,suasana hati

Faktor ekternal : penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai di desa klecoregpnang kecamatan winong

kabupaten Pati

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(37)

22 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Klecoregonang, Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Desa ini terdiri dari 3 dukuh dengan luas wilayah 117,220 km2 dan jumlah penduduk mencapai 1347 jiwa. (Sumber: Arsip Desa Klecoregonang, 2020). Observasi sudah dilaksanakan pada Agustus 2020 dan penelitian dilaksanakan pada September 2021.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2017:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong (2017:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individua tau sekelompok orang. Sedangkan menurut Yusuf(2014: 239) penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik, menggunakan bebrapa cara, serta disajikan secara naratif.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena yang memanfaatkan wawancara terbuka dan menghasilkan data secara deskriptif. Ciri utama pada penelitian kualitatif terletak pada fokus penelitian mengenai suatu keadaan tertentu atau fenomena. Penelitian dilakukan langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan, sehingga data yang didapat sesuai yang ada di lapangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan sebuah fenomena yang ada. Arief (2020:83) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk

(38)

23

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield (dalam Nazir, 1988) studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek peneltian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, dan lembaga masyarakat. Pada penelitian ini subjek berupa individu yaitu anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana persepsi anak usia 12 tahun dan juga orang tua setelah menonton film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai. Penggalian informasi kepada narasumber agar memperoleh data yang diperlukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah terakhir adalah menyajikan data dari hasil penelitian.

3.3 Peranan Peneliti

Secara operasional peranana peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi dilapangan 2. Melakukan pemilihan naasumber

3. Melakukan wawancara dengan anak usia 12 tahun

4. Mengolah atau menganalisis data yang telah didapatkan dari penelitian dan pengumpulan data

5. Menyajikan data.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil persepsi pada film animasi Nussa dan Rara. pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara kepada narasumber terpilih yaitu anak berusia 12 tahun. Peneliti melaksanakan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar film animasi Nussa dan Rara yang telah ditonton. Selain itu juga memerlukan data pendukung seperti dokumentasi penelitian.

(39)

24 3.4.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan sumber data sekuder.

1. Sumber data primer, Sumber data berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan observasi

2. Sumber data sekunder, yang berasal dari jurnal dan studi literatur lainnya, dokumentasi yang digunakan sebagai pendukung penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut adalah pemaparan mengenai teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti:

1.5.1 Observasi

Observasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperoleh informasi melalui pengamatan. Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain karena observasi tidak terbatas pada orang melainkan dapat berupa objek-objek alam yang lain. Mamik (2015:104) mendefinisikan observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Sedangkan menurut Hadi dalam Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan kegiatan mengamati menggunaan penginderaan secara langsung terhadap suatu objek penelitian.

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari anak-anak usia 12 tahun di Desa Klecoregonang dan melakukan observasi pada film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai.

(40)

25 1.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang penting dalam suatu penelitian. Dokumentasi diperlukan dalam memperkuat data.

Marwadani (2020: 59) mendefinisikan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dikumpulkan mencakup dokumentasi saat pelaksanaan penelitian di lapangan.

1.5.3 Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan langsung yang direncanakan oleh pewawancara dengan yang orang yang ingin diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi tertentu. Marwadani (2020: 57) mendefinisikan wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi antara pewawancara dan narasumber untuk bertukar informasi dan ide melalui interaksi tanya jawab. Menurut Moleong dalam Marwadani (2020: 57) menyatakan bahwa wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi detail dan mendalam tentang subjek.

Esterberg (dalam Sugiyono 2015:319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disediakan. Wawancara semiterstruktur dilaksanakan lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, pihak yang diwawancara diminta pendapat, dan ide-idenya sehingga peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

(41)

26

dikemukakan informan. Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian ini melakukan wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini yang menjadi informan dalam wawancara terstruktur adalah anak usia 12 tahun.

3.6 Keabsahan Data

Dalam penelitian faktor keabsahan data juga diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Untuk memeriksa keabsahan data maka menggunakan triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengeahui bagaimana persepsi atau sudut pandang anak mengenai film Nussa dan Rara, maka peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam keabsahan data. Meloeng (2010: 330) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infromasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Satori (2011:170) mendefinisikan triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan pada sumber data.

Triangulasi sumber menggunakan sumber yang berbeda diantaranya anak usia 12 tahun dengan jumlah 6 orang, 3 anak berjenis kelamin perempuan dan 3 anak berjenis kelamin laki-laki. Triangulasi teknik peneliti menggunakan wawancara dengan narasumber yaitu anak usia 12 tahun dan peneliti menguji fokus penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teknik tersebut maka peneliti mengetahui keabsahan data yang dimiliki.

3.7 Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses pengumpulan data secara sistematis untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data dilakukan sebelum memasuki, selama, dan selesai di lapangan. Hal ini sesuai

(42)

27

dengan pendapat Nasution (dalam Sugiyono 2015:336) yang menyatakan bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2015: 338) menyatakan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data memiliki arti merangkum, memilih hal-hal pokok, memilih hal-hal penting dan membuang yang tidak perlu. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan hal penting dan dicari tema dan pola (Sugiyono, 2012). Proses analisis data dimulai dengan seluruh data yang telah terkumpul. Proses persepsi terdapat 3 tahapan. Data yang didapat kemudian dibaca dan ditelaah. Penelitian ini memfokuskan pada persepsi anak terhadap film Nussa dan Rara. Persepsi yang diungkapkan anak dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu penerimaan rangsang membahas judul, episode, seputar tokoh.

Pemahaman membahas mengenai film secara lebih mendalam dengan mendeskripsikan film, dan penilaian berupa penilaian terhadap tokoh maupun film secara keseluruhan. Pada saat memberikan persepsi di setiap anak terdapat kesamaan dan perbedaan.

2. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data..

Dengan adanya penyajian data ini, maka data terorganisasikan, tersusun sehingga akan memudahkan dalam memahami. Dalam penyajian data ini berupa data yang terdapat dilapangan seperti hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya sehingga dapat memunculkan persepsi anak usia 12 tahun terhadap film animasi Nussa dan Rara.

Penyajian data disesuaikan dengan hasil data yang telah direduksi. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan pemahaman (Sugiyono, 2012: 249).

3. Penarikan kesimpulan

(43)

28

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Berdasarkan data yang telah di reduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan dengan didukung bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data. Penarikan kesimpulan dilakukan ketika mendapatkan bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yaitu menganalisis persepsi anak dan juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memberikan persepsi.

(44)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi geografi

Desa Klecoregonang adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Desa Klecoregonang memiliki luas wilayah 117,220 km2. Desa Klecoregonang terdapat pada dataran rendah. Desa ini memiliki tiga nama dukuh, yakni Kleco, Nggonang, dan Klethak. Berbatasan dengan Desa Bumiharjo disebelah utara, sebelah timur dengan Desa Winong, sebelah selatan dengan Desa Kebowan, sebelah barat dengan Desa Tawangrejo. (Sumber:

Monografi Desa Klecoregonang, Agustus 2020) 4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Klecoregonang sebanyak 1347 jiwa. Di desa ini ada 666 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki, dan 681 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pada usia 0-5 tahun terdapat 362 jiwa, usia 15-65 terdapat 861 jiwa dan usia 65 keatas terdapat 124 jiwa. Mayoritas masyarakat Desa Klecoregonang bekerja sebagai petani. Berikut tabel jumlah penduduk Desa Klecoregonang.

(Sumber : Laporan Kependudukan Desa Klecoregonang, Agustus 2020) 4.1.3 Profil Narasumber

Penelitian ini untuk mengetahui persepsi anak terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengambilan data dengan narasumber sejumlah 6 anak yang berusia 12 tahun yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki, yaitu Miftakhun Nikmah, Hesti Astika Ramadhani, Shafara Saydatul Fatimaroh Hanim, Muhammad Miftahul Jamil, Wahyu Tri Mulya, Muhammad Rehan Alfarezky.

Wawancara dilakukan dengan cara diberikan pertanyaan yang sama untuk dijawab. Pertanyaan ini ditujukan untuk narasumber supaya mengetahui jawaban anak dalam menanggapi topik persepsi terhadap film animasi Nussa dan Rara pada episode libur jangan lalai.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai dakwah dalam film animasi Nussa dan Rara dengan menggunakan analisis semiotika yang dikemukakan

Isi ayat yang diangkat dengan pesan film animasi Nussa dan Rara yang ditayangkan terdapat kesesuaian dengan tafsiran Mufassir, dalam film animasi Nussa dan Rara

Objek yang dipilih yang nantinya akan dipilih untuk diteliti adalah film-film animasi utama Nussa, yakni film pada akun Youtube Nussa Official yang berciri-ciri memiliki

Berbagai tanda yang terdapat pada Serial Kartun Nussa dan Rara mulai dari ikon, indeks, dan simbol baik secara verbal maupun non verbal merupakan rangkaian

Gambar di atas menunjukkan tentang implementasi pesan akhlak terhadap masyarakat dengan indikator sedekah dalam film animasi Nussa dan Rara episode “Lomba Traktir” dan

9 Medina Nur Asyifah Purnama “Nilai-nilai Pendidikan Moral (Santun dan Hormat Pada Orang lain) Dalam Film Animasi Nussa dan Rara.. Jika diperhatikan lebih jauh dan

Dimana sang creator menciptakan film animasi dengan tokoh Nussa dan Rara menceritakan tentang dua kakak beradik dengan sangat lucu dan unik, dalam film animasi

(HR. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori al-Ju‟fi). Hadis tersebut menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar