• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Menganalisis persepsi anak usia 12 Desa Klecoregonang pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

1.3.2 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anak usia 12 tahun Desa Klecoregonang pada film animasi Nussa dan Rara pada episode Libur jangan lalai.

5 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan referensi pada penelitian selanjutnya, mampu memberikan pengatahuan menganai media film yang selain digunakan untuk hiburan namun juga sebagai media edukasi untuk anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian dijadikan wadah untuk memperluas ilmu pengathuan melalui media massa pada tayanagn film animasi Nussa dan Rara, mengenai bagaimana anak-anak mempersepsikan pada film animasi Nussa dan Rara b. Bagi anak, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada anak tentang

pesan-pesan yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara

c. Bagi orang tua, dapat selektif memilih tayangan yang sesuai dengan usia anak

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, peneliti menguraikan mengenai (1) Persepsi (2) karakteristik anak usia 12 tahun (3) Film (4) Film animasi Nussa dan Rara 2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Definisi persepsi

Persepsi berkaitan mengenai pendapat individu. Pesepsi setiap orang tidaklah sama. Persepsi berawal dari proses penginderaan tentang suatu objek.

Melalui persepsi tersebut dapat mengolah informasi tentang suatu objek.

Robbins (dalam Aslamiah, 2021) mendefinisikan persepsi sebagai stimulus yang di indera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Hal serupa diungkapkan oleh Slameto (2010:102) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan hubungan dengan lingkungannya menyangkut masuknya informasi kedalam otak manusia. Hubungan ini dilakukan melalui indera.

Sedangkan Rahkamat (dalam Sugianto, 2017) menmberikan definisi persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan memberikan penafsiran pesan dan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi melibatkan proses penginderaan, kemudian hasil penginderaan diinterpretasikan sehingga individu memahami stimulus yang diterimanya.

2.1.1.2 Syarat terjadinya persepsi

Menurut Davidoff (dalam Lybertha & Desiningrum, 2017) mengungkapkan bahwa persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama.

Oleh karena itu mungkin dalam mempersepsikan sesuatu antar setiap individu dapat berbeda. Walgito (2004) menyatakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya persepsi antara lain.

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera. Stimulus datang dari

7

luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dayang dari individu yang bersangkutan. Objek yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera merupakan alat utama untuk menerima stimulus. Selain itu juga terdapat syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus sehingga dapat diterima pusat susunan syaraf yakni otak sebagai pusat kesadaran yang akan terjadi proses sehingga individu dapat mempersepsikan apa yang diterima.

3. Perhatian

Perhatian terjadi ketika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Anderson (dalam Abdurrahman & Sahuri, 2016 ) mengemukakan beberapa hal untuk dapat menyebabkan terjadinya persepsi yaitu:

1. Adanya suatu objek yang akan dipersepsi 2. Adanya perhatian (attention)

3. Adanya alat indera (reseptor).

2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Proses persepsi akan mempengaruhi apa yang terdapat pada diri individu sehingga menyebabkan berbagai faktor persepsi seseorang saat memberikan pemahaman yang berbeda.

Menurut Gibson (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup antara lain:

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda.

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan bentuk fisik pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian terhadap objek berberbeda-beda sehingga mempengaruhi persepsi.

c. Minat

8

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi yang digunakan untuk mempersepsi. Dari banyaknya energi membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk memperhatikan stimulus.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dan bagaimana kuatnya individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam artian sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang.

f. Suasana hati

Keadaan emosi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Keadaan emosi menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi, dan mengingat.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya mencakup antara lain:

a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari objek-objek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dan luar akan membeni makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.

Kekuatan dan stimulus menupakan daya dan suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Mulyana, (2004: 108-184) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

9

Faktor internal terdiri dari informasi, perhatian, kebutuhan, pengalaman, suasana hati.

2. Faktor eksternal

Faktor ekternal terdiri dari penempatan objek, warna dari objek-objek, intensitas, gerakan

Menurut Krech&Richard (dalam Rakhmat, Jalaludin 2005: 51) menyebutkan faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut.

1. Faktor struktural, sistem syaraf individu yang berasal dari stimulus fisik dan efek-efek syaraf.

2. Faktor situsional, beberapa dari faktor situsional yang mempengaruhi adalah petunjuk paranglinguistik dimana faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non vebal.

3. Faktor fungsional, berasal dari pengalaman masa lalu dan hal-hal lain dai kebutuhan yang disebut sebagai faktor personal

4. Faktor personal, terdiri atas kepribadian, pengalaman, dan motivasi.

2.1.1.4 Indikator persepsi

Persepsi diperoleh invidu berasal dari panca indera kemudian dianalsis, diinterpretasi, dievaluasi hingga individu memperoleh makna.

Robbins (dalam Akbar, 2015)menetapkan indikator-indikator persepsi menjadi dua macam, yaitu:

1. Penerimaan Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar.

2. Evaluasi Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan. Tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.

Menurut Walgito (dalam Nuraini, 2021) indikator-indikator persepsi ada tiga yaitu:

1. Penerimaan rangsang atau objek yang diserap dari luar oleh individu (penerimaan). Rangsang serta objek tersebut diserap dan diterima oleh panca indra. Baik penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pengecap secara tersendiri maupun bersama. Hasil penerimaan dari

alat-10

alat indera tersebut didapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan pada otak.

2. Pemahaman Setelah terjadi gambaran serta kesan oleh otak, maka gambaran tersebut diproses sehingga terbentuk pemahaman. Proses terjadinya pemahaman tersebut tergantung pada gambaran sebelumnya yang telah dimiliki oleh individu.

3. Penilaian Penilaian terjadi setelah terbentuk pemahaman oleh individu.

Pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dibandingkan dengan kriteria serta norma yang dimiliki individu. Meskipun objeknya sama penilaian setiap individu berbeda-beda, oleh karena itu persepsi bersifat individual.

Menurut Miftah Thoha (dalam Abdurrahman, 2016), proses terbentuknya persepsi didasari pada tahapan indikator sebagai berikut.

1. Stimulus

Subproses pertama yang dianggap penting adalah stimulus. terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau suatu stimulus. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik menyeluruh.

2. Register

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya.

Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

4. Umpan balik (feedback)

Subproses terakhir adalah umpan balik (feedback). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

2.1.2 Karakteristik anak usia 12 tahun

Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Anak SD dalam perkembangannya mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Usia anak SD berkisar antar 6-12 tahun. Menurut Seifert dan Haffung (dalam Lazuardi, 2017) terdapat tiga jenis perkembangan, yaitu:

11 1. Perkembangan fisik.

Perkembangan fisik anak usia SD dapat dilihat dari gambaran umum menyangkut pertambahan proporsi tinggi dan berat badan serta ciri-ciri fisik lain yang tampak. Anak SD umumnya berada di fase tenang dimana perkembangan fisik terbilang lambat namun konsisten (Budiyartati, 2014:

72). Ciri-ciri perkembangan fisik mendasar di usia 7 hingga 9 tahun, lazimnya anak perempuan lebih pendek dan ringan daripada anak laki-laki. Di usia 9 hingga 10 tahun, lazimnya anak perempuan memiliki tinggi dan berat badan yang sama dengan anak laki-laki. Pada usia sekitar 11 tahun anak perempuan lebih tinggi dan berat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia ini anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki.

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir dan bernalar. Kemampuan anak usia dasar berbeda-beda disetiap tingkatannya. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan tiga pendekatan perkembangan, yaitu: tahapan pra operasional, tahapan operasional konkrit, tahapan operasional formal.

Berdasarkan teori kognitif Piaget, terdapat dua fase yaitu fase pertama merupakan fase operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun) dimana di fase ini anak dapat berpikir logis, rasional, ilmiah, objektif terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata.

Kedua fase operasional formal (11 hingga 12 tahun keatas) yaitu fase dimana anak sudah dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi dan sesuatu bersifat abstrak. Pada fase ini anak dapat berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi.

3. Perkembangan psikososial

Perkembanagn psikososial berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. Perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti diantaranya, aspek psikis, moral, dan sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 109-121) memiliki enam jenis perkembangan:

1. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang, anak menjadi lebih tinggi , lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan.

2. Perkembanagan kognitif

Piaget (dalam Sugihartono, 2007: 109) mengungkapkan bahwa tahap perkembangan berpikir individu ialah melalui empat stadium:

a. sensomotorik (0-2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah reflek bawaan mendorong mengeksplorasi dunianya.

b. praoperasional (2-7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

c. operasional konkret (7-11 tahun), penggunaan logika yang memadai.

Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.

12

d. operasional formal (12-15 tahun), kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informassi yang tersedia.

3. Perkembangan bahasa

Pada perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak kelas satu merespon pertanyaan dengan jawaban yang lebih sederhana dan pendek. Perkembanagan bahasa menurut Allen

& Marotz, 2010) menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia 9 hingga 10 tahun anak mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui kata-kata, mengenali peribahasa, dan menunjukkan pemahaman level tinggi dalam tata bahasa. Pada usia 11 hingga 12 tahun anak senang berargumentasi untuk mendukung pernyataannya, mampu menggunakan struktur bahasa yang Panjang dan kompleks, mampu menggunakan bahasa dengan terampil untuk mengembangkan cerita, pendengar yang suka berpikir dan mampu memahami makna tersirat.

4. Perkembangan moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya.

5. Perkembangan emosi

Emosi melakukan peran yang penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Pergaulan yang semakin luas membawa anak belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya.

6. Perkembangan sosial

Perkembangan emosi pada masa anak-anak akhir tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan sosial. Orang-orang di sekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.

2.1.3 Film

2.1.3.1 Definisi film

Film menurut Effendy (dalam Santoso, 2019) didefinisikan sebagai media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaiakan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.

Ibrahim (dalam Normuliati, 2016) menyebutkan bahwa sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film

13

merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).

Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan dikerjakan. Sedangkan proses teknis berupa ketrampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.

Oleh karena itu suatu film terutama film cerita dapat dikatakan sebagai wahana penyebaran nilai – nilai (Effendy dalam Normuliati, 2016). Sobur (dalam Normuliati, 2016 ) menyatakan bahwa film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa film adalah cerita gambar hidup berbentuk audio visual yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui jalannya cerita dan diharapkan mampu menyampaikan pesan dengan baik.

2.1.3.2 Unsur-unsur Film

Boggs dan Petrie (dalam Ariotejo, 2019) menjelaskan bahwa film merupakan karya seni visual dan verbal yang me madukan unsur-unsur naratif dan unsur-unsur sinematografis. Berikut adalah tiga komponen dalam film:

1. Alur

alur biasa disebut juga dengan jalan cerita. Dalam sebuah film terdapat alur cerita yang menggambarkan runtutan kejadian yang dialami tokoh.

Alur mengandung unsur jalan cerita yang menekankan hubungan kasualitas, kelogisan hubungan antar peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat, tidak hanya sekadar berurutan secara kronologis, yang dikisahkan dalam karya naratif (Boggs and Petrie dalam Riotejo, 2019).

2. Latar

Latar berhubungan dengan tempat dan waktu kejadian cerita. Latar merupakan unsur dasar di dalam seluruh cerita dan memberikan - kontribusi yang penting kepada tema dan juga memberikan keseluruhan efek pada film.

3. Penokohan

14

Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Tokoh tersebut dalam cerita memiliki sikpa, sifat, tingkah laku atau watak-watak terntentu.

2.1.3.3 Jenis-jenis film

Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik yang semakin canggih maupun tuntutan massa penonton, pembuat film semakin bervariasi. Danesi (2010: 134) menuliskan tiga jenis film sebagai berikut.

1. Film Fitur

Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga tahap. Tahap praproduksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berasal dari adaptasi novel, cerita pendek, cerita fiktif, kisah nyata yang dimodifikasi, karya cetakan lainnya, atau bisa dari hasil tulis khusus untuk dibuat filmnya. Tahap produksi merupakan masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario. Tahap terakhir yakni post-produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu.

2. Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya kedalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Proses seperti merekontruksi kejadian nyata pada karya dokumenter ini selanjutnya akan menggunakan isntilah film dokumenter berdasarkan sejarahnya. Isu- isu menarik yang berkembang di masyarakat dapat diperhatikan sebagai sumber mengembangkan ide membuat dokumenter.

3. Film animasi

Animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi Gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hamper bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.

2.1.4 Film Animasi Nussa dan Rara 2.1.4.1 Definisi film animasi

Film yang digemari anak-anak adalah film animasi. Kata animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan (dalam Anggara, 2020) mendefinisikan animasi adalah film yang berasal dari rangkaian gambar-gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambar-gambar bergerak dan bercerita. Djalle dkk dalam Mariana (2019) mendefinisikan

15

animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi dalam beberapa waktu. Menurut Binanto dalam Mariana (2019) mendefinisikan animasi adalah hasil dari proses menampilkan objek-objek gambar sehinggaa gambar yang ditampilkan akan tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi juga memberikan karakter kepada objek-objek tersebut.

Bustaman (dalam Nasir, 2016) menambahkan animasi merupakan sebuah proses menciptakan efek gerakan ataupun perubahan bentuk dari suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu. Prakosa(dalam Anggara, 2020) menyatakan secara luas animasi berbicara masalah bentuk suatu benda yang berubah-ubah menciptakan gerak dan kehidupan Sedangkan menurut Zembry (dalam Nasir, 2016) berpendapat bahwa animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda-beda pada setiap frame, kemudian rangkaian frame tersebut dijalankan menjadi sebuah gerakan sehingga terllihat seperti sebuah film.

Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan suatu teknik pembuatan karya dalam bentuk audio visual berdasarkan pengaturan waktu dalam gambar yang dirangkai menjadi gambar bergerak dan terlihat nyata.

2.1.4.2 Film animasi Nussa dan Rara

Salah satu film animasi yang memiliki nilai pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam film ini memiliki tema islami dapat memberi edukasi dan pemahaman tentang Islam dan juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari tulisan di akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga akan tontonan anak yang jarang sekali menawarkan kebaikan, terutama yang sarat akan nilai-nilai Islami.

Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan nilai moral dan pelajaran yang seharusnya didapatkan anak-anak terutama nilai-nilai Islami. Penggambaran karakter Nussa dan Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas dengan cara berpakaian yang baik dan sopan serta mencerminkan nilai ajaran Islam.Tidak hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat diperoleh di

16

setiap episodenya, ditambah dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan mengandung unsur ajaran Islam yang di tampilkan di setiap bagian akhir film.

Episode dalam film animasi Nussa dan Rara menayangkan kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan berdasarkan ajaran Islam dengan cara penyampaian dari karakter yang mudah dipahami oleh penonton (Demillah, 2019).

Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari anak laki-laki bernama Nussa dan adik perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan Rara tinggal bersama ibunya yang biasa mereka panggil dengan sebutan Umma serta Anta sebagai seekor kucing.

Karakter Nussa dan Rara dibuat dengan lucu dan menggemaskan. Nussa merupakan penyandang disabilitas, menggunakan kaki palsu yang memiliki sifat ceria dan penyayang. Nussa biasanya tampil dengan menggunakan baju koko berwarna hijau dan celana panjang berwarna coklat, serta memakai peci berwarna putih.Sedangkan adiknya Rara diceritakan sebagai anak kecil berusia lima tahun yang senang bermain karakter suka bermain. Rara biasanya tampil dengan menggunakan gamis berwarna kuning dan memakai kerudung berwarna merah. Karakter umma digambarkan sebagai ibu yang selalu membimbing dan memberikan pengajaran yang baik pada Nussa dan Rara berdasarkan ajaran Islam. Umma biasanya tampil dengan gamis berwarna ungu dan kerudung berwarna biru.

2.1.4.3 Sinopsis film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai Pada episode ini bercerita tentang hari minggu dimana Nussa dan Rara tengah asyik menonton televisi sambil memakan cemilan. Hingga akhirnya adzan berkumandang. Umma mengingatkan agar Nussa dan Rara segera melaksanakan sholat namun tak segera melaksanakannya karena keasyikan menonton tv. Kemudian Umma mengingatkan Kembali hingga akhirnya

2.1.4.3 Sinopsis film animasi Nussa dan Rara episode libur jangan lalai Pada episode ini bercerita tentang hari minggu dimana Nussa dan Rara tengah asyik menonton televisi sambil memakan cemilan. Hingga akhirnya adzan berkumandang. Umma mengingatkan agar Nussa dan Rara segera melaksanakan sholat namun tak segera melaksanakannya karena keasyikan menonton tv. Kemudian Umma mengingatkan Kembali hingga akhirnya

Dokumen terkait