• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil dari rumusan masalah, tujuan dan landasan teori yang perlu diuji kebenarannya, maka hipotesis sebagai berikut :

1. Hubungan Financial Distress Dengan Harga Saham

Financial distress merupakan situasi perusahaan yang berada di dalam kondisi sebelum terjadinya kebangkrutan. Sebelum menginvestasikan dananya, seorang investor akan memperhatikan laporan keuangan suatu perusahaan. Dalam teori sinyal, dikemukakan bahwa teori ini digunakan untuk menjelaskan bahwa laporan keuangan digunakan untuk memberi sinyal positif (good news) maupun sinyal negative (bad news) kepada pemakainya. Salah satu manfaat dari adanya prediksi financial distress adalah memudahkan investor agar mempunyai gambaran mengenai baik tidaknya kinerja sebuah perusahaan. Ketika investor menerima sinyal yang positive terkait kinerja perusahaan maka akan membuat investor tertarik untuk menginvestasikan dananya, begitu pun sebaliknya ketika investor menerima sinyal negative maka akan menurunkan minat investor dalam menginvestasikan dananya sehingga berdampak pada harga saham.

Penelitian yang dilakukan Jessy Safitri et al., (2020), menemukan bahwa financial distress berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nuryanti Oktaviani dan Purwanto (2020), yang mengemukakan bahwa nilai Z-Score berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Financial distress berpengaruh terhadap harga saham 2. Hubungan Struktur Modal Dengan Harga Saham

Keputusan yang diambil perusahaan yang mengalami kesulitas kesulitan keuangan adalah penambahan utang baru atau menambah jumlah saham yang diperjual belikan di bursa saham seperti Bursa Efek Indonesia. Sejalan dengan teori trade-off yang menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan utang akan semakin meningkat dengan meningkatnya pula tingkat utang. Dengan demikian dalam teori tersebut menyatakan bahwa penggunaan utang dalam struktur modal mempunyai pengaruh pada harga saham.

Teori tersebut juga didukung dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Jelie et al., 2017 dan Lilie et al., 2019 menyatakan bahwa struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Struktur Modal berpengaruh Terhadap Harga Saham

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah peneltian kuantitatif. Menurut Sugiyono, (2017 : 7) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial distress dan struktur modal yang terjadi di perusahaan manufaktur di Bursa efek Indonesia terhadap harga saham. Sehingga penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitaif deskriptif yang dimaksud dalam peneltian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan detail tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek dan objek penelitian (Sanusi, 2017). Penelitian ini disusun berdasarkan data lapoan keuangan publikasi pada periode 2016 – 2021 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui website resmi https://www.idx.co.id/ dengan penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dan dimulai pada bulan Maret hingga Mei 2022.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi dari orang lain atau pihak lain, misalnya berupa laporan-laporan, dokumen-dokumen, buku-buku, jurnal penelitian, majalah ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan data yang bersumber dari laporan publikasi Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan audit dan harga saham selama tahun 2016 – 2021.

D. Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Sugiyono, (2017 : 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yangg mempunyai kualitas dan karasteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan

periode pengamatan 6 tahun yaitu 2016 hingga 2021 yang berjumlah 195 perusahaan.

b. Sampel Penelitian

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampilng. Purposive samping yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana syarat yang dibuat sebagai kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel representatif sesuai dengan maksud penelitian (Sugiyono, 2017 : 81).

Adapun kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2021.

Berdasarkan dengan judul penelitian ini “Pengaruh Financial Distress dan Struktur Modal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2021” maka kriteria sampel yang pertama adalah perusahaan manufaktur yang harus terdaftar di Bursa Efek indonesia Tahun 2016-2021.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan leuangan yang telah diaudit selama periode penelitian.

Pemilihan kriteria sampel ini dikarenakan laporan keuangan yang telah diaudit telah menyediakan laporan keuangan yang

lengkap, sehingga memudahkan peneliti mendapatkan data-data keuangan yang dibutuhkan untuk penelitian ini.

3. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah.

Pemilihan kriteria ini dikarenakan sifat mata uang asing yang berubah-ubah dalam waktu tertentu, dan untuk mempermudah peneliti sehingga menggunakan mata uang rupiah.

4. Perusahaan manufaktur yang mengalami laba negatif selama 2 tahun berturut-turut selama periode penelitian.

Alasan pemilihan kriteria ini dikarenakan perusahaan yang selama 2 tahun atau lebih secara berturut-turut mengalami laba negatif dikategorikan mengalami financial distress. Kriteria ini menunjukkan kondisi financial distress karena dengan adanya laba negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut berarti menagalami penurunan kondisi keuangan atau kerugian (Mas’ud &

Srengga, 2015).

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diatas dari 195 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek indonesia tahun 2016-2021, ada sebanyak 8 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan 6 (enam) tahun pengamatan, sehingga total pengamatan berjumlah 48 sampel.

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Populasi

Populasi : Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

195

Pengambilan sampel berdasarkan kriteria (purposive Sampling) :

1. Perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama tahun 2018-2020.

2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit selama periode penelitian 3. Perusahaan manufaktur yang

menggunakan mata uang asing

4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami laba negatif selama 2 (dua) tahun berturut-turut selama periode penelitian.

(30)

(20)

(30)

(107)

Jumlah sampel 8

Jumlah Tahun Pengamatan 6

Total data yang akan diamati selama periode

penelitian.

(Jumlah sampel x Jumlah tahun pengamatan)

48

Sumber : Data Diolah (IDX, 2022a)

Berikut nama-nama perusahaan manufaktur yang lolos dalam seleksi sampel.

Tabel 3.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel

NO Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

2 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk

3 MYTX Asia Pacific Investama Tbk

4 KICI Kedaung Indah Can Tbk

5 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk

6 SMCB Solusi Bangun Indonesia Tbk

7 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk

8 RMBA Beontoel Internasional Invesma Tbk

Sumber : Data Diolah (IDX, 2022b)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi atau metode arsip yang memuat catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2017 : 329). Metode ini dilakukan melalui pengumpulan dan pencatatan data annual report pada masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bura Efek indonesia selama periode 2016-2021 melalui internet dengan mengunduh annual report yang dipublikasikan di website resmi perusahaan dan website resmi Bursa Efek Indonesia.

Selain itu, peneliti memperoleh informasi yang digunakan sebagai dasar teori dan acuan untuk pengolahan data dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research) bersumber dari skripsi & jurnal, buku – buku serta sumber lain yang terkait dengan peneltian ini.

F. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis terdapat beberapa variabel. Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel yang terdiri dari 1 variabel terikat (dependen) yaitu harga saham dan 2 (dua) variabel bebas (independen) yaitu financial distress dan struktur modal. Masing – masing variabel peneltian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel Terikat (Y) pada penelitian ini adalah harga saham. Harga saham dapat didefinisikan sebagai harga pasar. Harga pasar merupakan

harga yang paling mudah ditentukan, karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Menurut (Masri et al., 2017) jika pasar bursa sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price). Pada penelitian ini, yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur harga saham yaitu dengan harga penutupannya (closing price).

2. Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel financial distress dan struktur modal.

a. Financial Distress (X1)

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan yang ditandai dengan ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya yang apabila tidak diatasi dapat berujung pada kebangkrutan maupun likuidasi (Fadilla & Dillak, 2019). Dalam perkembangannya, telah banyak metode yang diajukan dalam memprediksi financial disterss diantaranya model Altman Z-Score (1968), model Sprinagte (1978), model Ohlson (1980) dan model Zmijewski (1984).

Dalam penelitian ini, untuk mengukur prediksi financial distress menggunakan model prediksi model Altman Z-Score (1968) yang dikembangkan oleh Edward Altman yang telah dimodifikasi. Alasan mengunakan alat analisis model ini karena memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam melakukan prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan dan model ini cocok digunakan di negara berkembang seperti Indonesia (Rudianto, 2013). Adapun formula Model Alman Z-Score sebagai berikut :

Z-Score = 6,56X1 + 3,26X2+ 6,72X3 + 1,05X4 Keterangan :

Z = Bankrupty Index

X1 = Working Capital / Total Assets X2 = Retained Earning / Total Assets

X3 = Earnings Before Interest And Taxes / Total Assets X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Liability

Model prediksi Altman mengkategorikann perusahan kedalam keadaan bangkrut dengan skor Z < 1,1. Sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan sehat atau tidak bangkrut adalah perusahaan yang mempunyai skor Z 2,60.

Perusahaan dengan skor di antara skor 1,1 sampai 2,60 disklasifikasikan sebagai perusahan pada grey area atau daerah kelabu (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun

mengalami kebangkrutan). Data yang digunakan untuk menghitung financial distress ini terdapat pada annual report perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

b. Struktur Modal (X2)

Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Dalam penelitian ini struktur modal dapat diukur menggunakan Debt to Total Asset Ratio (DAR) yaitu rasio yang mengukur penggunaan hutang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Untuk menghitung debt to total asset ratio menggunakan rumus :

G. Metode Analisis Data

Analisis data penelitian ini merupakan bagian dari proses pengujian data dalam penelitian setelah tahap pemilihan dan pengumpulan data.

Metode analiss data dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistic deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendekripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membeuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generealisasi. Uji statistic deskriptif mencakup nilai rata-rata (mean,) nilai minimum, nilai maksiumum dan nilai standar deviasi dari data penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam penelitian ini, maka untuk mendapatkan model yang tepat untuk dianalisis maka perlu dilakukan pengujian. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model dalam penelitian ini. Terdapat 4 (empat) uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

1) Uji normalitas

Pengujian normalitas terhadap data dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak (Ananto et al., 2017).

Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian menggunakan uji normalitas data dengan normal P-Plot.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau melihat histogram dari residualnya (Priyanto, 2014 : 91). Data tersebut normal atau tidak dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Uji ini dilakukan karena data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data time series, Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ananto et al., 2017). Dasar pengambilan keputusan dalam uji autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson, yaitu:

1) Angka Durbin-Waston dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka Durbin-Waston diantara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada autokorelasi.

3) Angka Durbin-Waston diatas 2 berarti ada autokorelasi negative

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah regresi menemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan mempunyai lebih dari satu hubungan linear, dapat dlihat dari nilai tolerance > 0,10 atau VIF < 10, maka dikatakan tidak ada multikolinieritas (Priyanto, 2014 : 103).

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot (Priyanto, 2014 : 113). Dalam pengujian Scatterplot, model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas .

H. Uji Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian model. Suatu model dikatakan cukup baik dan dapat digunakan dalam memprediksi apabila telah memenuhi uji asumsi klasik.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian variabel secara parsial (Uji T). Uji ini dilakukan untuk menguji melihat signifikansi pengaruh antara masing – masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji t ini digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh dari variabel bebas secara invidual dalam menerangkan variabel terikat/ tingkat signifikan yang digunakan dalam uji t dengan level 0,05 (α = 5%). Ada beberapa kriteria uji t yaitu sebagai berikut:

 Jika Thitung > Ttabel dan nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima, yang artinya secara parsial variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

 Jika Thitung < Ttabel dan nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis diterima, yang artinya secara parsial variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menetukan ttabel a = 5 % : 2 = 2,5% (Uji 2 sisi) dapat ditentukan dengan rumus (α/2; n-k-1) df = n - k – 1

64 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. PT. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG)

PT. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) didirikan pada tanggal 07 Oktober 1971 dengan nama Asahimas Flat Glass Co., Ltd., dan mulai operasi secara komersial pada bulan April 1973. Kantor pusat AMFG berlamat di Jl. Ancol IX/5. Ancol Barat, ancol Pademangan, Jakarta Utara, DKI Jakarta Raya 14430_Indonesia dan pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Indotaisei, Cikampek dan Tanjungsari, Sidoarjo, Jawa Timur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AMFG bergerak dalam bidang industry kaca, ekspor dan impor dan jasa laboratorium penguji mutu kaca serta kegiatan lain yang berkaitan dengan usaha tersebut. Produk-produk yang dihasilkan AMFG berupa kaca lembaran termasuk kaca cermin dan kaca pengaman termasuk kaca otommotif. Pada tanggal 18 Oktober 1995, AMFG memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham AMFG (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2000.

2. PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS)

PT Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS) didirikan pada tanggal 20 Februari 1984 dan mulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1986.

Kantor pusat PRAS dan pabriknya berlokasi di Jl. Muncul No. 1 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan PRAS meliputi industry rim, stabilizer dan peralatan lain dari alloy aluminium dan baja, serta perdagangan umum untuk perusahaan tersebut.pada tahun 1990, PRAS memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PRAS (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicattaakan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Juli 1990.

3. PT. Asia Pacific Investama Tbk (MYTX)

PT. Asia Pacific Investama Tbk (dahulu Apac Citra Centertex Tbk) didirikan dengan nama PT. Mayatexdian Industry pad atanggal 10 Februari 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1987. Kantor pusat MYTX berlokasi di Graha BIP, Lt. 10, Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta 12930-Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MYTX terutama meliputi investasi, industry tekstil dan pakaian jadi. Kegiatan utama MYTX adalah sebagai perusahaan investasi di bidang industry tekstil terpadu. Pada tanggal 14 September 1989, MYTX memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MYTX (IPO) kepada masyarakat.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 31 Oktober 1990.

4. PT. Kedaung Indah Can Tbk (KICI)

PT. Kedaung Indah Can Tbk (KICI) didirikan pada tanggal 11 Januari 1974 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 1974. Kantor pusat KICI berlokasi di Jalan Raya Rungkut No. 15-17, Surabaya 60293-Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KICI meliputi industry peralatan dapur dari logam dan produk sejenis serta industry kaleng dan produk sejenis. Produk-produk yang dihasilkan KICI adalah alat rumah tangga berlapis enamel dan kaelng untuk kemasan (biscuit, bedak dan lain-lain). Pada tanggal 07 Oktober 1993, KICI memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KICI (IPO) kepada masyarakat.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Oktober 1993.

5. PT. Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM)

PT. Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) didirikan dengan nama PT. Sandang Usaha Nasional Indonesia Tekstil Industri dan memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1973. Kantor pusat SSTM berlokasi di Jl.

Ranggamalela No. 27, Bandung dan lokasi utama bisnis utama terletak di jl.

Raya Rancaekak Km 25,5 Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SSTM meliputi usaha di bidang industry tekstil terpadu termasuk memproduksi dan menjual

benang, kain dan produk tekstil lainnya serta melakukan perdagangan umum. Pada tanggal 28 Juli 1997, SSTM memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SSTM (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Agustus 1997.

6. PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB)

PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk (dahulu PT Holcim Tbk) didirikan 15 Juni 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusal SMCB berlokasi di Talavera Suite, Lantai 15, Talavera Office Park, Jl.

TB Simatupang No. 22-26 Jakarta 12430-Indonesia dan pabriknya berlokasi di Narongong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMCB terutama meliputi pengoperasian pabrik semen, beton dan aktivitas lain yang berhubungan dengan industry semen, serta melakukan investasi pada perusahaan lainnya. Pada tanggal 06 Agustus 1977, SMCB memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SMCB (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus 1977.

7. PT. Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS)

PT. Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) didirikan di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1995 dan memulai kegiatan operasi komersilnya pada bulan Juli 1997. Kantor pusat berlokasi di Gedung Graha Irama Lantai 15 G, Jl. H.R. Rasuna Said Blok. X/1 Kav. 1-2, Jakarta Selatan, sedangkan

pabriknya berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan YPAS terutama adalah bergerak dalam bidang industry karung plastic dan sejenisnya. Produk-produk yang dihasilkan YPAS meliputi : woven polypropylene bag, jumbo bag, block bottom bag, resin bag, cement bag dan plastic pallet. Pada tanggal 25 Februari 2008, YPAS memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-Lk untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham YPAS (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 5 Maret 2008.

8. PT. Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Januari 1979 dengan nama PT Rimba Niaga Idola dan mulai beroperasi secara komersial oada tahun 1989 (bergerak dalam bidang indusrti rotan). Kantor pusat RMBA berlokasi di Plaza

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Januari 1979 dengan nama PT Rimba Niaga Idola dan mulai beroperasi secara komersial oada tahun 1989 (bergerak dalam bidang indusrti rotan). Kantor pusat RMBA berlokasi di Plaza

Dokumen terkait