• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Grand Theory

3. Struktur Modal

Dalam keuangan modern dikenal istilah keputusan struktur modal atau keputusan pendanaan. Struktur modal merupakan suatu bauran (proporsi) pembiayaan jangka panjang permanen perusahaan yang dapat diwakili oleh utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa (Van Horne

dan Wachowicz, 2013 : 176). Stuktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang di ukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri (Sudana, 2015 : 164). Langkah awal yang sebaiknya dilakukan suatu perusahaan adalah menganalisis beberapa faktor, kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan. Target ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kondisi tetapi manajemen setiap saat harus memiliki gambaran target struktur modal yang spesifik. Keputusan dalam menetukan stuktur modal sangat penting untuk dipahami karena berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dari dalam perusahaan (berupa laba di tahan) maupun dari luar perusahaan yang bersifat uncontrollable, menentukan jumlah dana setiap sumber dana tersebut atau mengantisipasi konsekuensinya pada tingkat biaya modal yang ditanggung perusahaan dan memperhatikan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan yang maksimal (Najmudin, 2013 : 294).

1) Teori Struktur Modal

Teori stuktur modal menurut (Harmono, 2016:137), mengatakan bahwa teori struktur modal berhubungan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiiri.

a. Pendekatan Modigliani dan Miller tahun 1958

Teori stuktur modal mulai dikenal ketika Franco Modigliani dan Marton Miller (MM) menerbitkan apa yang disebut sebagai salah satu artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi bahwa nilai sebuah perusahaan tidak berpengaruh oleh struktur modal.

Dengan kata lain hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasionalnya tidak berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah sesuatu hal yang tidak relevan.

b. Teori Trade-Off

Teori ini membahas hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Model trade-off mengasumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan utang dengan biaya yang akan timbul sebagai akaibat penggunaan utang tersebut. Pada intinya teori trade-off menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan utang akan meningkat dengan meningkatnya pula tingkat utang.

c. Pecking Order Theory

Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal melainkan berusaha menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal, melainkan kebutuhan investasi. Pecking order theory dapat menjelaskan kenapa perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadi dana internal cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.

2) Faktor – faktor yang mempengaruhi Stuktur Modal

Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian. Semakin tinggi risiko maka harga saham akan cenderung mengalami penurunan, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu, struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham.

Menurut (Najmudin, 2013) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal, yaaitu :

a. Risiko bisnis yang dimiliki perusahaan adalah tingkat risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila mengunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis suatu perusahaan,

semakin rendah rasio hutangnya. Perusahaan dengan risiko bisnis atau volatilitas aset yang tinggi mempunyai rasio hutang yang rendah.

b. Flekbilitas keuangan, adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh modal dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan dalam kondisi-kondisi yang buruk sekalipun.

c. Tarif pajak, yaitu semakin tinggi tarif pajak, maka semakin terdorong untuk menggunakan hutang. Hal ini disebabkan bunga hutang yang merupakan biaya da[at mengurangi penghasilan (EBIT) sehingga akan sangat besar artinya bagi perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi.

d. Sikap manajemen, yaitu semakin agresif sikap seorang manajer maka akan semakin terdorong untuk menggunakan hutang dalam upaya untuk meraih laba.

e. Stabilitas penjualan, yaitu perusahaan yang memiliki penjualan yang stabil akan dapat dengan aman melakukan hutang dan mengeluarkan biaya tetap yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

f. Struktur aset, yaitu perusahaan yang asetnya dapat dijadikan jaminan untuk hutang mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk menggunakan modal hutang. Leverage semakin meningkat karena meningkatnya aset berwujud atau rasio aktiva tetap terhadap total aset.

g. Profitabilitas, yaitu perusahaan dengan return on investment (ROI) yang tinggi biasanya menggunakan relatif sedikit hutang.

h. Ukuran perusahaan, yaitu perusahaan yang berskala besar pada umumnya lebih mudah memperoleh hutang dibandingkan dari perusahaan kecil karena terkait dengan tingkat kepercayaan kreditur pada perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan besar lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap risiko kebangkrutan. Rasio leverage berhubungan positif dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar mempunyai rasio leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang sedang tumbuh mempunyai rasio leverage yang rendah.

3) Pengukuran Struktur Modal

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, (2017) bahwa struktur modal dapat diukur untuk melihat besarnya struktur modal adalah dengan rasio yaitu :

a. Debt to Total Asset

Debt to Total Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Kasmir, ( 2017 : 156) untuk mencari DAR dapat digunakan perbandingan antara total

utang dengan total ekuitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total equity yang dimiliki perusahaan. Menurut Kasmir, ( 2017 : 157) untuk mencari DER dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dokumen terkait