BAB 2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN
A. Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar 1. Pendidikan
Pembangunan urusan Pendidikan Kabupaten Banjarnegara ditunjukkan dengan 54 indikator. Dari 54 indikator tersebut 18 indikator tidak tercapai, 13 diantaranya merupakan indikator Standar Pelayanan Minimal Pendidikan dimana ditargetkan seluruhnya dapat mencapai 100%. Kondisi yang timpang antara capaian di Kabupaten dan target SPM menjadi kunci utama tidak tercapainya target. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tetap berupaya mengejar target yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Hal ini dapat dilihat dari 13 indikator tersebut 10 diantaranya mengalami kenaikan capaian dari tahun sebelumnya, indikator-indikator tersebut diantaranya: (1) Disetiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 (tiga puluh enam) peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; (2) Kunjungan pengawas kesatuan pendidikan dilakukan minimal satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 (tiga) jam untuk melakukan supervise dan pembinaan; (3) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; (4) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah
mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; (5) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optic, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta; (6) Setiap SD/MI memiliki minimal 100 (seratus) judul buku pengayaan dan 10 (sepuluh) judul buku referensi, dan setiap SMP/MTS memiliki 200 (dua ratus) judul buku pengayaan dan 20 (dua puluh) judul buku referensi; (7) Semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualitas akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; (8) Setiap guru tetap bekerja 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; (9) Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru 4 (empat) kali dalam setiap semester; dan (10) Kepala Sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasi kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga atau Kantor Kementrian Agama. Sedangkan hanya 3 indikator yang apabila dibandingkan capaian tahun lalu hasilnya menurun. Namun demikian capaian tiap indikatornya ada di atas 80% dari target. Indikator-indikator tersebut antara lain: (1) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 (tiga puluh dua) orang dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 (tiga puluh enam) orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; (2) Disetiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya dan disetiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; dan (3) Disetiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran.
Hal yang perlu menjadi perhatian lebih pada sektor ini adalah tidak tercapainya target mutu pendidikan yang ditunjukkan dengan indikator rata-rata nilai UN. Hal ini terjadi pada semua jenjang pendidikan, bahkan pada jenjang SMA sederajat rata-rata nilai UN capaiannya menurun. Secara rinci pencapaian target kinerja indikator urusan Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.10.
Capaian Target Kinerja Kabupaten Banjarnegara Urusan Pendidikan
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
Pendidikan dasar:
1. Angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun % 99,11 99,11 107,06 99,67
2. Angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun % 91,89 91,89 87,62 94,75
3. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
% 67,56 67,56 63,55 73,02
4. Rasio guru/murid SD/MI 1:19 1:19 1:14 1:14
5. Rasio guru/murid SMP/MTs 1:20 1:20 1:16 1:16
Pendidikan menengah
6. Angka partisipasi sekolah 16-18 tahun % 47,74 47,74 44,62 49,80
7. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia
sekolah % 11,04
11,04 12,43 12,13
8. Rasio guru terhadap murid 1:20 1:20 1:16 1:16
Fasilitas Pendidikan:
9. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik % 91,50 91,50 94,07 94,50
10. Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik
% 94,70 94,70 97,73 95,90
11. Sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
% 95,17 95,17 98,24 98,56
12.
Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang
terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 (tiga) km untuk SD / MI dan 6 (enam) km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman didaerah terpencil
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
13.
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak
melebihi 32 (tiga puluh dua) orang dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 (tiga puluh enam) orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis.
% 100 100 95,62 92,10
14.
Disetiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 (tiga puluh enam) peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
% 100 100 61,48 64,15
15.
Disetiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya dan disetiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.
% 100 100 84,51 80,10
16.
Disetiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 (tiga puluh dua) peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan , dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan.
% 100 100 95,04 100,00
17.
Disetiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran
% 100 100 99,26 96,61
18.
Kunjungan pengawsas kesatuan pendidikan
dilakukan minimal satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 (tiga) jam untuk melakukan supervise dan pembinaan
% 100 100 88,99 90,05
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia,Matematika,IPA dan IPS dengan
perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.
20.
Setiap SMP/MTs
menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.
% 100 100 70,37 72,14
21.
Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optic, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta.
% 100 100 74,47 79,37
22.
Setiap SD/MI memiliki minimal 100 (seratus) judul buku pengayaan dan 10 (sepuluh) judul buku referensi, dan setiap SMP/MTS memiliki 200 (dua ratus) judul buku pengayaan dan 20 (dua puluh) judul buku referensi.
% 100 100 84,71 88,64
23.
Disetiap SD/MI tersedia 2 (dua)orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikasi pendidik.
% 100 100 100 100,00
24.
Disetiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% (tujuh puluh per seratus) dan separuh diantarnya 35% (tiga pulu lima perseratus) dari keseluruhan guru telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% (empat puluh per seratus) dan 20% (dua puluh perseratus)
% 100 100 100 100,00
25.
Disetiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
pendidik masing-masing 1 (satu) orang untuk mata pelajaran Matematika , IPA, Bahasa Indonesia ,dan Bahasa Inggris
26.
Disetiap SD/MI semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik % 100 100 98,82 100,00 27. Disetiap SMP/MTs semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik
% 100 100 87,41 100,00
28.
Semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualitas akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
% 100 100 97,64 98,99
29.
Setiap guru tetap bekerja 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan.
% 100 100 72,58 75,00
30.
Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya.
% 100 100 100 100,00
31.
Setiap guru
mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.
% 100 100 78,49 100,00
32.
Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan
memberikan umpan balik kepada guru 4 (empat) kali dalam setiap semester.
% 100 100 90,93 92,00
33.
setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil
penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
34.
Kepala Sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan
Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan
menyampaikan rekapitulasi kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga atau Kantor Kementrian Agama
% 100 100 96,94 97,00
Angka Rata-rata UN
35. Angka rata-rata UN SD/MI % 7,80 7,80 7,28 7,76
36. Angka rata-rata UN SMP/MTs % 7,45 7,45 5,25 5,44
37. Angka rata-rata UN SMA/MA % 8,56 8,56 5,75 5,72
38. Angka rata-rata UN SMK % 8,25 8,25 6,71 6,23
39.
Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran 34 (tiga puluh empat) minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut:
% 100 100,00 100 100,00
Kelas I-II : 18 (delapan
belas) jam per minggu; 100 100
Kelas III :24 (dua puluh
empat) jam per minggu; 100 100
Kelas IV-VI: 27 (dua puluh
tujuh ) per minggu; 100 100
Kelas VII-IX: 27 (dua puluh
tujuh) per minggu; 100 100
40. Satuan pendidikan menerapkan KTSP sesuai
ketentuan yang berlaku. % 100
100,00 100 100,00
41.
setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
% 100 100,00 93,07 100,00
Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD):
42. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) % 69,30 69,30 69,79 69,85
Angka Putus Sekolah:
43. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % 0,17 0,17 0,11 0,11
44. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 0,51 0,51 0,90 0,38
45. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA % 0,61 0,61 1,01 0,55
No Indikator Kinerja Saangkatuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
Angka Kelulusan:
46. Angka Kelulusan (AL) SD/MI % 99,97 99,97 99,95 99,99
47. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 99,24 99,24 100,00 100,00
48. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA % 99,97 99,97 100,00 100,00
Angka Melanjutkan
49. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs % 95,97 95,97 93,63 92,10
50. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
% 73,06 73,06 76,63 77,27
Kualifikasi Guru
51. Guru SD yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 69,63 69,63 86,04 90,11
52. Guru SMP yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 96,60 96,60 96,89 98,10
53. Guru SMA yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 98,28 98,28 98,20 99,02
54. Guru SMK yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 98,60 100,00 98,03 99,50 Keterangan
status : Target Telah Tercapai Target tidak Tercapai
Sumber : Dindikpora Kab. Banjarnegara 2. Kesehatan
Pembangunan urusan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Pencapaian sasaran tersebut ditunjukkan dengan beberapa indikator seperti Rasio sarana kesehatan yang cukup baik, meliputi: Rasio posyandu per satuan balita sebesar 20/1000; Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk sebesar 0,0085/1.000 peduduk; Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk sebesar 3/1.000.000 penduduk; Rasio dokter per satuan penduduk sebesar 0,06/1.000; dan Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar 100%.
Namun demikian masih cukup banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam bidang kesehatan, antara lain: (1) Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk pada tahun 2016 sebesar 0,085/1.000 penduduk, hal ini disebabkan karena Berlakunya Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyatakan bahwa PKD sudah tidak termasuk Jaringan Puskesmas mengakibatkan Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu persatuan penduduk tidak tercapai, padahal jumlah PKD yang ada di wilayah Banjarnegara cukup banyak (187 unit); (2) Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk pada tahun 2016 sebesar 3/1.000.000, hal ini disebabkan karena Adanya RS yang diturunkan statusnya menjadi klinik utama (RS PKU Muhammadiyah Merden) karena belum memenuhi syarat sehingga rasionya menjadi turun. Rencana pembangunan Rumah Sakit di Karang kobar belum terealisasi pada tahun 2016 hal tersebut mengakibatkan capaian Rasio Rumah Sakit per Satuan penduduk tidak terpenuhi, tidak sesuai dengan target tahun 2016 sebanyak 4 Rumah Sakit; (3) Rasio dokter per satuan penduduk sebesar 0,06/1000 pada tahun 2016, hal ini disebabkan karena Rasio Dokter per satuan jumlah penduduk mengalami penurunan yang cukup signifikan, hal tersebut dikarenakan ada beberapa dokter yang mutasi ke luar kabupaten dan 1 orang dokter gigi yang meninggal dunia sehingga rasio tersebut tidak bisa terpenuhi juga selama tahun 2016 tidak ada perekrutan tenaga medis; (4) Rasio tenaga paramedis per satuan penduduk 1119/1000 penduduk, hal ini disebabkan karena Jumlah penduduk yang meningkat tidak diimbangi dengan pengadaan tenaga paramedis oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.
Jumlah penderita malaria baru (API) pada tahun 2016 sebesar 0,21% dari capaian target sebesar 0,09%. Hal ini disebabkan karena Pada indikator kinerja penderita malaria baru (API) sebesar 0,21 per 1.000 penduduk masih lebih tinggi dibandingkan target 2016 sebesar 0,09 per 1.000 penduduk. Namun angka ini masih lebih baik dibandingkan capaian 2015 sebesar 0,32 per 1.000 penduduk. Pada tingkat nasional, sebenarnya target API adalah sebesar < 1 per 1.000 penduduk, sehingga berdasarkan target nasional, maka capaian kab. Banjarnegara sudah tercapai. Faktor yang mempengaruhi masih belum tercapainya target kinerja 2016 antara lain :
a. Kegiatan surveilans migrasi belum berjalan maksimal sehingga pendatang dari daerah endemis malaria menjadi sumber penularan di banjarnegara.
b. Belum semua fasyankes melakukan diagnosa dan tata laksana kasus malaria sesuai standar
c. Peran JMD yang makin menurun karena adanya alih tugas/ tugas rangkap di puskesmas.
d. pengelolaan tempat perindukan nyamuk untuk mengendalikan populasi vektor masih belum optimal
e. Kegiatan IRS untuk pengendalian malaria belum dilaksanakan, terkendala insektisida yang dijanjikan provinsi tidak terealisasi.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit sampai dengan akhir periode RPJM juga masih tidak tercapai, hal ini disebabkan karena Kurang optimalnya pemahaman penegakan diagnosa pneumonia, pelaksanaan MTBS belum optimal, Pelacakan riwayat kontak TB BTA +, baik terhadap keluarga maupun warga sekitar belum optimal dilakukan. Beberapa puskesmas mengalami rehab gedung, menyebabkan petugas lab tidak bisa memeriksa suspek TB dikarenakan tidak ada ruangan khusus untuk pemeriksaan. Hingga akhir tahun 2016 ini, masih ada 16 puskesmas belum memiliki tenaga analis laboratium, Mikroskop untuk pemeriksaan TB banyak yang rusak. Banyak kasus yang tidak tercatat karena banyak penderita diare yang melakukan pengobatan sendiri.
Hal yang perlu jadi prioritas lain diantaranya yaitu Cakupan kunjungan bayi yang sampai dengan tahun 2016 masih tidak tercapai, hal ini disebabkan karena Masih tingginya kasus kematian bayi di tahun 2016 yaitu sejumlah 208 kasus sehingga kunjungan bayi 4 kali setahun tidak tercapai; Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 sebesar 88,3%, hal ini disebabkan karena Masih adanya akses Trimester 2 atau lebih sebanyak 602 kasus , persalinan preterm 366 kasus, kejadian abortus 517, dan yang tidak periksa kehamilan sejumlah 49; Cakupan pelayanan anak balita sebesar 90,1% pada tahun 2016 dari capaian target sebesar 95%. Hal ini disebabkan karena Kunjungan Balita belum mencapai target, pelaksanaan SDIDTK belum maksimal disemua wilayah puskesmas serta pencatatan dan pelaporan yang belum optimal. Pada tahun 2016 indikator Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak
usia 6 - 24 bulan pada keluarga miskin juga belum tercapai yaitu sebesar 22,6% hal ini disebabkan karena Definisi operasional MPASI terbatas pada MPASI pabrikan sehingga MPASI lokal tidak dihitung dan Stok MPASI tidak mencukupi untuk semua sasaran selama 90 hari.
Berkaitan dengan ketersediaan tenaga kesehatan, sampai dengan akhir tahun 2016 indikator Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan pada tahun 2016 sebesar 96,8, hal ini disebabkan karena belum semua ibu hamil bersalin di fasilitas pelayananan kesehatan. Dari 15.727 persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, yang bersalin tidak di fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 79 kasus; (8) Kesembuhan penderita TBC BTA Positif pada tahun 2016 sebesar 65,6, hal ini disebabkan karena Capaian dari rumah sakit yang masih rendah. Apabila hanya dari puskesmas maka capaianya sudah diatas target yaitu 87,87%. Faktor yang mempengaruhi rendahnya capaian kinerja di Rumah sakit antara lain : Pasien TB di Rumah sakit banyak yang tidak diperiksa follow up-nya, Pasien yang awalnya dari rumah sakit, banyak yang pindah dan kepindhannya tidak terlacak, Rujukan Balik dari RS ke Puskesmas belum berjalan optimal, menyebabkan putus obat bagi penderita. Persentase cakupan rawat inap juga tidak tercapai yaitu sebesar 1,7% hal ini disebabkan karena Kualitas dan kuantitas SDM Puskesmas belum memadai dengan beban pelayanan ganda (Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP); Belum optimalnya sistem rujukan Sarana prasarana pelayanan rawat inap di puskesmas belum standar. Indikator Persentase cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan juga pada tahun 2016 tidak tercapai yaitu sebesar 76%, hal ini disebabkan karena Masih adanya beberapa TTU yang setelah dibina dan diawasi masih belum memenuhi syarat kesehatan dan sarana sanitasi pada TTU masih belum sesuai yang dipersyaratkan dalam aturan. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 sebesar 76% dan berstatus tidak tercapai, hal ini dikarenakan Kesadaran dan pengetahuan masyarakat rendah akan arti pentingnya rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan adanya Sosial Budaya di Masyarakat. Indikator Persentase cakupan tempat pengolahan makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 sebesar 49% dengan status tidak tercapai hal ini dikarenakan TPM masih banyak yang belum mengajukan laik sehat ke dinas kesehatan, sehingga TPM masih dinyatakan belum memenuhi syarat kesehatan.
Berkaitan dengan gizi, indikator Balita yang naik berat badannya pada tahun 2016 sebesar 72,75% berstatur tidak tercapai, hal ini dikarenakan Kapasitas kader posyandu dalam melakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan di masyarakat. Cakupan bayi (6-11 bulan) mendapat kapsul vitamin A 1 kali per tahun pada tahun 2016 sebesar 99,5%, hal ini dikarenakan Peran serta masyarakat dalam mengkases ke Posyandu, Droping Vitamin A tergantung dari Provinsi dan Pusat. Cakupan anak balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun sampai dengan akhir tahun 2016 juga tidak tercapai yaitu sebesar 98,8%, hal ini disebabkan karena Ketersediaan Stok Vitamin A, masih ada balita yang tidak datang ke posyandu, dan Kegiatan sweeping balita yang tidak menerima Vit A belum optimal; indikator yang tidak tercapai yang lain yaitu Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sebesar 89,23% hal ini disebabkan karena Masih ada ibu hamil yang tidak ANC, distribusi Fe pada ibu hamil terhambat, kurangnya pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya tablet Fe; Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai akhir tahun 2016 tidak tercapai yaitu 59,35% hal ini di karenakan Pelaksanaan IMD pada ibu melahirkan belum optimal di tiap pelayanan kesehatan, Masih kurangnya dukungan keluarga terhadap ibu menyusui, Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar, dan Kurangnya fasilitas yang mendukung ibu pekerja dalam memantapkan menyusui.
Persentase desa dengan garam beryodium baik di Kabupaten Banjarnegara sampai akhir tahn 2016 juga tidak tercapai yaitu 88,65% hal ini dikarenakan Tim Pengawas dan Pengendalian peredaran garam yang tidak memenuhi syarat belum optimal, Minimnya fasilitas untuk mengetes garam di pasar/masyarakat dan
Masih kurangnya kesadaran distributor/pedagang terhadap garam yang memenuhi syarat; Penerapan perda No 2 tahun 2004 tentang peredaran garam beryodium belum optimal. Indikator Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat pada tahun 2016 sebesar 94,56% berada di status tidak tercapai, hal ini dikarenakan karena Keterbatasan dana, karena ada kegiatan pemeriksaan yang ada biaya retribusi, Keterbatasan sumber daya Puskesmas, Belum semua sekolah memiliki dana sehat, Puskesmas tidak ada dana alokasi dana utamanya untuk pemeriksaa laboratorium, Kurang responnya pihak sekolah dalam hal kegiatan penjaringan, dan Kurang optimalnya peran Guru UKS dan Kader Kesehatan Sekolah/Dokcil dalam pendidikan kesehatan maupun penjaringan kesehatan di sekolah. Persentase Posyandu Purnama dengan capaian 33,23 pada tahun 2016 juga mendapat perhatian khusus, hal ini dikarenakan Ketersedian kader dan kegiatan di posyandu kurang memenuhi syarat (minimal 5 kader, 8 kegiatan per tahun, 50% cakupan kegiatan, mampu swadaya dana masyarakat) Posyandu belum mempunyai gedung sendiri, sumber pendanaan hanya dari Desa saja dan masih belum signifikan, keterbatasan sarana dan prasarana. Cakupan Peserta KB Aktif (%) pada akhir tahun 2016 sebesar 83,45% dengan status tidak tercapai, hal ini disebabkan karena Kesadaran masyarakat terutama PUS untuk berKB masih rendah, Masih adanya stigma banyak anak banyak rejeki dan Penggunaan metode KB jangka panjang belum optimal. Indikator yang tidak tercapai di tahun 2016 yang lain yaitu Kelengkapan jenis pelayanan spesialis (%/jenis) sebesar 87,5%/14 jenis. Hal ini dikarenakan Banjarnegara merupakan daerah tidak disukai sehingga sulit mencari dokter spesialis yang berminat tugas di Banjarnegara, termasuk dokter sp Orthodonti dan sp yan jiwa. Apalagi untuk dokter sp. Jiwa membutuhkan lahan tambahan guna ruang perawatan pasien jiwa yang memerlukan syarat khusus, hal tersebut sulit dipenuhi, membutuhkan dukungan politis dari seluruh stakeholder.
Apabila dibandingkan dengan target, kinerja pembangunan urusan kesehatan menunjukkan kinerja yang cukup baik, terlihat dari sejumlah 59 indikator, sebanyak 25 indikator berstatus telah
tercapai dan 34 indikator berstatus tidak tercapai. Secara rinci pencapaian target kinerja indikator urusan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.11.
Capaian Target Kinerja Kabupaten Banjarnegara Urusan Kesehatan
No Indikator Kinerja Satuan Target
Pencapaian
Kinerja Capaian Status 2016 2015 2016 2015 2016
1. Rasio posyandu per
satuan balita 1000 per KH
20/
1000 1000 20/ 1000 27/ 1000 20/
2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk per 1.000 pendu duk 0,1/ 1.000 0,1/ 1.000 0,07/ 1.000 0,085/ 1000
3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk per 1.000 pendu duk 0,003/ 1000 0,004/ 1000 3/1.00 0.000 3/1.00 0.000
4. Rasio dokter per satuan
penduduk 1.000 per
pendu duk
0,08/1
000 0,09/1000 0,124/1.000 0,06/ 1000
5. Rasio tenaga paramedis
per satuan penduduk 1.000 per pendu duk 1,180/ 1000 1,180/1000 1,001/1.000 1119/ 1000 6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani % 100 100 99,78 100 7. Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
% 100 100 100 100
8. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan % 95 100 81,1 96,8 9. Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) % 100 100 92 100
10. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat