• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis dan Kondisi Alam

Desa Tambakrejo merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa Tambakrejo terbagi menjadi 2 dusun, yaitu Dusun Sendang Biru dan Dusun Tamban. Masing-masing dusun yang ada terdiri atas 4 Rukun Warga (RW). Secara geografis, desa ini berbatasan langsung dengan Desa Kedung Banten di sebelah Utara, Samudera Indonesia di sebelah Selatan, Desa Tambak Asri di sebelah Timur, dan Desa Sitiarjo di sebelah Barat. Di sebelah selatan Desa Tambakrejo terdapat Pulau Sempu, yang merupakan tempat wisata potensial sekaligus menjadi penghalang ombak dari Samudera Indonesia. Posisi yang demikian menjadikan wilayah pesisir desa memiliki arus yang tenang dan padat akan lalu-lalang kapal wisata maupun kapal penangkap ikan.

Perjalanan menuju desa tersebut umumnya ditempuh menggunakan jalur darat. Jarak tempuh dari ibu kota kecamatan ke Kantor Desa Tambakrejo sekitar 28.4 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 60 menit. Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten sekitar 69 kilometer dengan waktu tempuh 2 jam sedangkan jarak dari ibu kota Provinsi Jawa Timur sekitar 169 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam. Akses keluar Desa Tambakrejo dapat ditempuh menggunakan angkutan umum yang jumlahnya sekitar 5 unit.

Luas wilayah Desa Tambakrejo kurang lebih 626.5 hektar. Luas penggunaan lahan terdiri atas wilayah pemukiman seluas 146 hektar, lahan persawahan seluas 177 hektar, lahan untuk pemakaman seluas 4 hektar, lahan lahan pekarangan seluas 292 hektar, lahan perkantoran seluas 2.5 hektar, dan lahan untuk prasarana lainnya seluas 5 hektar. Kondisi topografi Desa Tambakrejo berupa daerah dengan bukit-bukit kecil dalam jumlah yang cukup banyak yang semula merupakan daerah dengan tutupan hutan alami. Pantai yang dimiliki merupakan pantai berpasir dengan beberapa bagian kecil merupakan pantai berkarang.

Penduduk dan Mata Pencaharian

Menurut para sesepuh yang ada di Desa Tambakrejo, pertama kali desa ini ditemukan oleh para nelayan yang berasal dari luar daerah Malang. Desa ini ditemukan melalui jalur laut. Berdasarkan etnis, umumnya penduduk di desa ini mayoritas berasal dari etnis Jawa dan Bugis. Terkait dengan jumlah penduduk, tampaknya terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara pencatatan yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan petugas BPS. Menurut Data Potensi Desa Tahun 2012, jumlah penduduk Desa Tambakrejo sebanyak 8 284 jiwa dengan jumlah KK 1 791, yang terdiri atas 3 578 laki-laki dan 4 706 perempuan. Adanya perbedaan ini diduga dikarenakan banyak penduduk desa yang merupakan pendatang yang tinggal hanya pada musim melaut saja. Berdasarkan agama yang dianut, penduduk Desa Tambakrejo umumnya terbagi menjadi dua, yaitu warga yang beragama Kristen sebanyak 4 922 orang dan warga yang beragama Islam sebanyak 3 450 orang. Warga asli sendiri umumnya beragama Kristen. Warga

34

yang beragama Islam mayoritas adalah orang-orang pendatang yang biasanya berasal dari suku Bugis.

Tabel 6 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan golongan umur

No Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0–4 435 518 953 2 5–9 514 697 1 211 3 10–14 423 672 1 095 4 15–19 291 364 655 5 20–24 219 275 494 6 25–29 248 287 535 7 30–34 192 217 409 8 35–39 218 269 487 9 40–44 249 330 579 10 45–49 178 366 544 11 50–54 183 226 409 12 55+ 428 485 913 Jumlah Penduduk 3 578 4 706 8 284

Sumber: ProfilDesa Tambakrejo 2012

Menurut Tabel 6 dapat dilihat bahwa rasio beban tanggungan (dependency ratio1) di Desa Tambakrejo adalah 79. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam setiap 100 orang yang berusia produktif menanggung 79 orang usia non-produktif. Sedangkan rasio jenis kelamin (sex ratio2) 75 laki-laki per 100 perempuan.

Sebagian besar penduduk desa bekerja sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan Desa Tambakrejo berada di ujung selatan Kabupaten Malang dan berhadapan langsung dengan lautan. Posisi tersebut membuat potensi perikanan di desa ini sangat tinggi. Selain perikanan, desa ini juga memiliki potensi pertanian yang cukup baik, sehingga banyak juga masyarakatnya yang bekerja sebagai petani. Mata pencaharian penduduk desa yaitu nelayan sebanyak 2 160 orang (48.6%), petani sebanyak 1 371 orang (30.7%), peternak sebanyak 338 orang (7.6%), buruh migran sebanyak 187 orang (4.2%), pengusaha kecil dan menengah sebanyak 117 orang (2.6%), dan sisanya 282 orang dengan pekerjaan lainnya seperti PNS, montir, seniman, atau pedagang. Sebaran penduduk masing-masing pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 3.

1

Dependency ratio adalah perbandingan penduduk usia produktif (15–54 tahuh) dengan usia tidak produktif (<14 tahun dan >55 tahun)

2

Gambar 3

Prasarana yang pendidikan, kesehatan, karena penduduknya te maka jumlahnya pun sebanyak 10 unit, Masj Gereja umumnya dig dilakukan pada hari M sholat, pengajian, maup

Selanjutnya, pad Kanak) sebanyak 3 uni Menengah Pertama) dianggap sangat pent pengetahuan warga de penduduk usia sekol menyediakan gedung S siswa SMP tahun 2012 ketiadaan gedung SMA jenjang SMA. Selain ka ke SMA terdekat cukup tinggal di tempat sanak s Prasarana di bida memiliki satu unit Bal posyandu. Sayangnya belum maksimal, yaitu orang paramedis. Dari cukup baik. Dahulu, mengurusi semua urus terkait jauhnya jarak ka

Nelayan 49% Petani

31%

3 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan peker

Sarana dan Prasarana

yang terdapat di desa ini mencakup bidang ehatan, pemerintahan, dan perikanan. Di bidang uduknya terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Kr

a pun hampir setara. Jumlah Gereja Kristen P t, Masjid sebanyak 3 unit, dan langgar/mushala seb a digunakan untuk kegiatan peribadatan umat hari Minggu. Masjid digunakan untuk kegiatan kea n, maupun upacara agama.

ada bidang pendidikan desa ini memiliki TK ( unit, SD (Sekolah Dasar) sebanyak 2 unit, dan ama) sebanyak 2 unit. Keberadaan lembaga p

t penting dalam membantu meningkatkan pe rga desa, terutama yang dilakukan sejak kecil. D

sekolah yang cukup banyak, sayangnya de dung SMA (Sekolah Menengah Atas). Padahal jum hun 2012 cukup banyak yaitu sebanyak 531 siswa. Te

g SMA, banyak siswa SMP yang telah lulus tidak m elain karena faktor biaya, jarak tempuh yang dilalui

t cukup jauh, bahkan ada pula yang harus mengo t sanak saudara.

idang kesehatan dapat dikatakan sudah cukup unit Balai Pengobatan Masyarakat, satu unit polikli

ngnya jumlah tenaga ahli di bidang kesehatan da , yaitu hanya 2 orang bidan, 8 orang dukun bersalin . Dari bidang pemerintahan, fasilitas yang dimil hulu, dalam satu desa ini hanya memiliki 1 kant ua urusan pemerintahan. Banyak masyarakat y jarak kantor desa dan sulitnya akses menuju kesa

B

Sebaran Penduduk

35 n pekerjan bidang keagamaan, bidang keagamaan, itu Kristen dan Islam isten Protestan yaitu hala sebanyak 10 unit. umat Kristen yang an keagamaan seperti ki TK (Taman Kanak-

t, dan SMP (Sekolah aga pendidikan ini an pendidikan dan kecil. Dengan jumlah a desa ini belum jumlah angakatan iswa. Terkait dengan tidak melanjutkan ke dilalui untuk sampai mengontrak ataupun cukup baik. Desa ini oliklinik, dan 7 unit hatan dapat dikatakan ersalin terlatih, dan 2 dimiliki desa sudah kantor desa yang kat yang mengeluh u kesana, mengingat Peternak 7% Buruh Migran 4% Pengusaha Kecil dan Menengah 3% Lain-lain 6%

36

wilayah desa yang sangat luas. Oleh karena itu, sekarang urusan pemerintahan dibagi menjadi dua kantor, yaitu Kantor Desa Tambakrejo dan Kantor Dusun Sendang Biru yang saling berhubungan dan membantu pengelolaan pemerintahan di desa. Adanya pencabangan seperti ini dirasakan masyarakat sangat membantu mendukung urusan pemerintahan dan kependudukan.

Terakhir, bidang perikanan desa ini dapat dikatakan sudah memiliki prasarana yang terbilang cukup baik. Mengingat desa ini berada di tepian pantai dan merupakan salah satu pelabuhan perikanan strategis yang berada di Malang, fasilitas pendukung perikanan yang ada sudah cukup beragam. Desa ini memiliki pelabuhan yang dinamakan Pelabuhan Sendang Biru yang merupakan Pelabuhan Perikanan Pantai. Sebagai pendukung usaha perikanan, di desa ini sudah terdapat Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pondokdadap yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Kantor Polisi Perairan Pondokdadap, Kantor Dinas Kehutanan, Unit PAM, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondokdadap, dan pasar ikan. Semua lembaga yang ada saling bekerja sama untuk mendukung peningkatan perikanan di Desa Tambakrejo.

Akses menuju desa dapat ditempuh menggunakan jalur laut dan darat. Jalur laut umumnya digunakan oleh para pendatang yang bertujuan mencari ikan di sekitar Sendang Biru, maupun untuk nelayan yang hendak menjual hasil tangkapannya di TPI atau pasar ikan. Akses darat dapat ditempuh menggunakan kendaraan, baik roda dua, maupun roda empat, bahkan truk-truk sekalipun sudah seringkali keluar-masuk desa. Kondisi jalan menuju desa dan di sekitar desa sudah cukup baik, yaitu sudah diaspal. Dahulunya jalan ini menjadi prioritas pembangunan daerah mengingat akses jalan darat ini merupakan jalan utama yang membantu perekonomian masyarakat sekitar, bahkan membantu perekonomian perikanan Provinsi Malang. Selanjutnya, mengingat di kawasan desa sendiri terdapat beberapa kawasan wisata, akses masuk ke kawasan desa sudah bisa ditempuh menggunakan kendaraan umum, yaitu Angkutan Umum Sendang Biru. Walaupun jumlahnya sangat terbatas, namun adanya angkutan umum ini dirasa sangat membantu oleh warga sekitar.

Kondisi Perikanan

Kabupaten Malang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup tinggi. Panjang pantai Kabupaten Malang mencapai 85.92 km. dengan luas perairan laut 4 mil sekitar 565.45 km2 atau luas perairan 12 mil sekitar 1696.35 km2. Panjang garis pantai Sumbermanjing Wetan sekitar 27.02 km, dengan luas perairan laut 4 mil sekitar 178.76 km2 dan luas perairan 12 mil sekitar 536.29 km2 (PPI Pondokdadap 2011). Berdasarkan data dari PPI Pondokdadap pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi terkait dengan jumlah tangkapan ikan. Antara tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari sekitar 4 618 754 kg menjadi 5 453 894 kg pada tahun 2011. Namun penurunan justru terjadi pada tahun 2012 yaitu menjadi hanya sebesar 5 273 270 kg, walaupun tidak terlalu besar. Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa hasil tangkapan jenis ikan tuna, cakalang, tongkol, layang dan teri merupakan jenis yang paling banyak ditangkap setiap tahunnya. Terkait dengan ikan tuna maupun baby tuna,

37

hasil tertinggi dicapai pada tahun 2010 dengan total tangkapan mencapai 2 146 333 kg dan menurun drastis pada tahun 2012 yang hanya sebanyak 1 012 107 kg.

Tabel 7 Produksi perikanan laut Pelabuhan Sendang Biru

No Jenis Ikan Jumlah Jenis Ikan (kg)

2010 2011 2012 1 Tuna 1 277 576 999 321 624 950 2 Baby Tuna 868 757 290 200 387 157 3 Cakalang 1 816 715 988 903 600 811 4 Tongkol 439 122 1 225 801 1 765 644 5 Ekor Merah 0 19 838 129 934 6 Salem 857 18 710 16 855 7 Layur 0 103 337 4 310 8 Layang 33 240 1 331 011 1 285 685 9 Tumbuk 75 435 2 813 22 937 10 Tompek 34 835 9 381 30 705 11 Rojah 0 1 540 1 141 12 Teri 30 779 447 139 402 476 13 Lain-lain 41 483 15 900 665 Total 4 618 754 5 453 894 5 273 270

Sumber: PPI Pondokdadap, Tahun 2010–2012

Tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa pada tahun 2012 jumlah hasil tangkapan terbanyak berasal dari tangkapan ikan tongkol yaitu sebesar 1 765 644 kg dengan nilai hasil tangkapan sebesar Rp11 017 000 507. Namun berdasarkan nilai hasil tangkapan, ikan tuna, baik yang besar maupun yang kecil, masih menempati posisi tertinggi yaitu nilai jual sebesar Rp30 058 411 331. Angka tersebut merupakan angka yang sangat tinggi mengingat harga jual tuna sendiri sangatlah tinggi. Hal ini pula yang membuat sebagian besar nelayan yang ada di Desa Tambakrejo lebih senang menangkap tuna.

Seluruh nelayan yang ada di Desa Tambakrejo tergabung dalam Kelompok Nelayan (KN) Rukun Jaya. Kelompok ini sendiri terbagi lagi menjadi 4 Sub Kelompok (SK) yang terdiri atas SK Sekoci3 “Tonda Jaya”, SK Payang/Purseine4 “Usaha Makmur”, SK Jukung5 “Mina Rukun”, dan SK Kunting6 “Dayung Abadi”. Dari sekian banyak perahu yang ada di daerah Sendang Biru, jumlah terbanyak masih berasal dari kapal-kapal penangkap tuna atau yang biasa disebut

3

Kelompok Sekoci adalah kelompok yang menangkap ikan ikan besar seperti tuna, cakalang, dan tongkol yang umumnya melaut hingga jarak 200–250 mil

4

Kelompok Payang adalah kelompok yang menggunakan kapal ukuran besar, yanmg biasanya saling bersanding. Kapal ini menggunakan jaring khusus untuk menangkap ikan-ikan kecil

5

Kelompok Jukung merupakan kelompok yang menggunakan perahu-perahu kecil yang terdapat semacam lengan perahu di sampingnya. Umumnya nelayan yang tergabung dalam kelompok ini menangkap ikan-ikan kecil dengan jarak temapuh yang tidak terlalu jauh.

6

Kelompok Kunting adalah kelompok yang menggunakan perahu kecil tanpa motor dan hanya menggunakan dayung. Umumnya kapal ini digunakan hanya untuk menyeberang ataupun mencari ikan-ikan di perairan dangkal sekitar pantai.

38

sekoci yaitu sebanyak 370 kapal yang terdiri atas 264 unit kapal milik warga lokal dan 106 unit kapal milik andon7.

Gambar 4 Grafik hasil tangkapan ikan tuna dan baby tuna tahun 2012 Usaha perikanan tangkap sangat bergantung pada musim. Ketergantungan ini akan semakin besar khususnya pada nelayan kecil. Pada musim penangkapan nelayan sangat sibuk, sementara pada musim paceklik nelayan mencari kegiatan ekonomi lain atau menganggur (Bangda Depdagri dan PKSPL IPB 1998 dalam Kusumastanto 2000). Kegiatan penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh para nelayan mengenal dua musim, yaitu musim panen dan musim paceklik. Musim panen umumnya dimulai dari pertengahan bulan Maret sampai bulan November. Musim panen tersebut juga dapat dilihat dari Gambar 4, yaitu pada bulan-bulan tersebut jumlah hasil tangkapan ikan cukup banyak. Puncak musim panen ikan terjadi pada bulan Mei sampai Juli. Pada bulan-bulan tersebut nelayan sangat aktif dalam usaha penangkapan ikan. Bahkan, bukan hanya warga lokal, warga pendatang pun berbondong-bondong datang untuk ikut terlibat dalam penangkapan ikan di sekitar Sendang Biru. Pada bulan-bulan tersebut kondisi cuaca cukup mendukung, angin dan arus laut tidak terlalu besar. Musim paceklik terjadi pada bulan Desember sampai pertengahan bulan Maret. Pada musim ini, biasanya sangat jarang nelayan yang berani untuk pergi ke laut. Hal ini dikarenakan ombak dan angin yang sangat besar yang dapat membahayakan keselamatan nelayan. Pada musim paceklik biasanya para nelayan hanya mengandalkan sisa-sisa uang hasil tangkapan dari musim panen maupun mengandalkan pinjaman dari pengambek8.

Terkait dengan usaha penangkapan ikan tuna, aktor-aktor yang terlibat langsung di dalamnya terdiri atas tiga, yaitu nelayan pekerja, pengambek, dan pemilik kapal. Nelayan pekerja adalah mereka yang turun langsung dalam usaha penangkapan ikan di laut. Setiap kapal sekoci biasanya terdiri atas 5 orang pekerja. Dari kelimanya, 1 orang berperan sebagai juragan laut (kapten kapal) dan 3 sisanya sebagai anak buah kapal (ABK). Juragan laut adalah orang yang mengemudikan kapal, membaca arah di GPS, mengatur kegiatan di kapal, dan

7

Andon merupakan sebutan warga lokal untuk nelayan pendatang

8

Pengambek adalah orang yang memberikan modal kepada nelayan untuk melaut, bertanggung jawab terhadap persiapan sebelum melaut, dan memberikan bantuan pada nelayan.

0 50000 100000 150000 200000 250000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

H a si l T a n g k a p a n ( k g ) Tuna Baby Tuna

39

orang yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil tangkapan dan juga kondisi para ABK. Jika terjadi kecelakaan pada ABK, semua tanggung jawab dilimpahkan pada juragan laut. Aktor selanjutnya adalah pengambek. Secara mendasar pengambek adalah orang-orang yang memberikan modal untuk kegiatan melaut. Namun, pemberian modal di sini bukan hanya memberikan uang secara langsung. Peran pengambek secara lebih spesifik adalah menyiapkan persiapan logistik seperti persediaan es, perbekalan makanan, rokok, dan solar. Selain itu biasanya para pengambek akan menunggu di pinggir pelabuhan saat kapal yang dia biayai kembali dari laut. Tugas selanjutnya dari pengambek adalah bertanggung jawab menjual hasil tangkapan ikan dari nelayan dengan harga yang setinggi mungkin. Terakhir aktor yang juga berperan penting yaitu pemilik kapal. Mayoritas nelayan tuna di Sendang Biru tidak mempunyai kapal sendiri. Mereka umumnya menggunakan kapal orang lain, yaitu dari para pemilik kapal.

Adanya ketiga aktor dalam usaha penangkapan ikan, tentunya membuat sistem penghasilan nelayan tidak lepas dari sistem bagi hasil. Berbeda dengan nelayan tuna yang berada di bawah naungan perusahaan, usaha nelayan di Sendang Biru dapat dikatakan merupakan usaha perseorangan. Jadi pendapatan yang dihasilkan oleh setiap orang bergantung pada hasil tangkapan yang didapat. Secara umum pembagian hasil tangkapan didasarkan pada hasil penjualan ikan. Pertama, hasil penjualan kotor akan dipotong biaya awal untuk modal melaut dan 5 sampai 10 persen untuk penghasilan pengambek. Selanjutnya hasil penjualan bersih tadi mula-mula akan dipotong 3 persen untuk retribusi kepada pengelola pelabuhan. Sisa uangnya kemudian akan dibagi menjadi 2 bagian, 1 bagian untuk pemilik kapal dan bagian lainnya diberikan kepada seluruh nelayan. Selanjutnya, pendapatan yang didapatkan nelayan juga dibagi lagi berdasarkan posisi nelayan tersebut di kapal, di mana juragan laut akan mendapatkan 3 bagian dan ABK mendapat 1 bagian untuk setiap orangnya.

Penjualan ikan tuna di Sendang Biru menggunakan sistem lelang. Ikan- ikan yang baru ditangkap akan ditempatkan di TPI dan segera dilelang. Peserta lelang adalah orang-orang yang sudah terdaftar di KUD Minajaya. Tidak semua orang bisa mengikuti lelang di sana karena ada proses penyeleksian terlebih dahulu. Berdasarkan pendapat dari beberapa responden, sistem lelang yang ada di Sendang Biru dianggap belum berjalan maksimal. KUD Minajaya belum menerapkan standar harga pokok bagi ikan tuna. Hal ini menyebabkan pada saat hasil tangkapan rendah, maka harga ikan akan tinggi. Sebaliknya, saat jumlah tangkapan sedang meningkat, harganya justru menurun. Selain itu diduga bahwa antara beberapa pengambek dengan peserta lelang telah melakukan kesepakatan harga sebelumnya, sehingga ikan tuna jarang sekali yang mendapat harga tinggi. Terkait dengan industrialisasi, sebenarnya jika di sekitar Sendang Biru terdapat industri perikanan tuna, diperkirakan harga jual ikan itu bisa meningkat. Namun sayang, industri-industri yang diharapkan tersebut sulit untuk bisa masuk. Hal tersebut memang masih menjadi masalah yang agak sulit dipecahkan. Terhalangnya peluang industri untuk dapat masuk ke Sendang Biru diduga pula dikarenakan adanya permainan dari pihak-pihak tertentu yang posisinya dapat terancam jika industri tersebut dapat masuk.

40

Kondisi Ekologi

Desa Tambakrejo memiliki beberapa pantai. Pantai Sendang Biru merupakan pantai utama yang dijadikan tempat wisata sekaligus pelabuhan pendaratan ikan. Kondisi topografi Sendang Biru berupa daerah dengan bukit- bukit kecil yang cukup banyak yang awalnya merupakan daerah dengan tutupan hutan alami. Pantai Sendang Biru merupakan pantai berpasir dengan karang- karang di beberapa bagiannya. Nama Sendang Biru sendiri diambil karena di sekitar desa tersebut terdapat sendang9 yang airnya jernih dan seperti berwarna biru. Sendang ini sekarang juga dimanfaatkan oleh PAM untuk menghasilkan air bersih untuk kebutuhan warga dan juga usaha perikanan.

Pantai sendang biru berhadapan langsung dengan Pulau Sempu. Pulau ini merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Pada hari-hari libur pulau ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Di dalam pulau ini terdapat semacam danau yang dinamai ‘Segara Anakan’ yang sudah sangat terkenal. Kondisinya yang masih asri, airnya yang sangat jernih, dan suasananya yang sangat tenang membuat ratusan wisatawan mengunjungi tempat ini. Selain menjadi tempat wisata, secara ekologi pulau ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi kegiatan perikanan di Pelabuhan Sendang Biru. Pulau ini berfungsi sebagai penghalang gelombang laut yang datang langsung dari Samudera Indonesia. Dengan adanya pulau ini, kondisi gelombang di pelabuhan sangat tenang dan sangat cocok untuk tempat menambatkan kapal-kapal ikan. Lokasi PPI Pondokdadap berada di Selat Sempu, dengan panjang selat kurang lebih 4 km dan lebar 600–1 500 m, serta kedalaman perairan rata-rata 20 m. Kondisi ini dipandang oleh nelayan sebagai tempat yang aman dan baik serta nyaman untuk berlabuh bagi armada tangkap (Hermawan et al.

2003).

Gambaran Umum RW

Pemilihan lokasi di RW 04 Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan RW tersebut merupakan salah satu RW yang paling dekat dengan pelabuhan. Di RW tersebut juga memiliki jumlah nelayan penangkap tuna yang cukup banyak. Di sana terdapat nelayan tuna lokal dan nelayan tuna pendatang. Di sekitar lokasi tersebut banyak rumah-rumah yang dijadikan kontrakan untuk para nelayan tuna andon yang biasanya akan tinggal pada saat musim ikan tiba. Umumnya warga lokal juga sudah terbiasa dengan kehadiran nelayan pendatang. Bahkan secara administratif pun semua nelayan pendatang yang tinggal untuk beberapa bulan di sana akan diberikan KTP Andon atau KTP sementara.

RW 04 terdiri atas 6 RT yaitu RT 11, RT 15, RT 21, RT 22, RT 24, dan RT 25. Berdasarkan penamaan kampung, wilayah RW 04 masuk ke dalam 2 wilayah kampung yaitu Kampung Perumnas dan Kampung Raas. Saat penelitian dilakukan belum terdapat jumlah penduduk yang pasti di RW tersebut. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun sebelumnya belum ada pendataan penduduk yang rapi dan terperinci. Hal ini dipersulit dengan banyaknya warga pendatang yang keluar

9

Sendang adalah kolam di pegunungan dsb yg airnya berasal dr mata air yg ada di dalamnya, biasanya dipakai untuk mandi dan mencuci, airnya jernih krn mengalir terus

41

masuk desa setiap tahunnya. Umumnya jumlah pendatang dan nama-namanya dapat berubah setiap tahun, bahkan setiap bulan. Pada musim paceklik jumlah penduduk yang ada di RW relatif sedikit dan hanya terdiri atas warga lokal dan warga pendatang yang menetap. Namun pada saat musim panen, RW 4 sendiri akan dipenuhi oleh para pendatang yang biasanya berasal dari Sulawesi dan Kalimantan.

KARAKTERISTI