• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum terdapat beberapa variabel yang merepresentasikan intervensi pihak luar. Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada satu variabel, yaitu bantuan modal dari pihak luar. Mengingat jumlah nelayan tuna yang sangat banyak, maka bantuan modal yang pernah diterima masing-masing nelayan juga beragam. Bantuan yang diterima mulai dari bernilai tinggi (lebih dari Rp3 100 000), sedang (Rp1 100 000), dan rendah (kurang dari Rp1 000 000). Berdasarkan data lapangan, memang sekitar 50 persen nelayan yang ada tidak mendapat bantuan sama sekali dari pihak luar atau dapat dikatakan nol rupiah. Bantuan modal sendiri merupakan bantuan yang diberikan oleh pihak luar dalam upaya mendukung usaha nelayan dalam setahun terakhir. Bantuan modal yang diterima dapat berupa uang tunai, kapal, maupun alat tangkap, yang dilihat dari perkiraan total bantuan dalam rupiah yang diterima. Variabel bantuan modal akan diuji hubungannya dengan perilaku ekonomi nelayan. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah keragaman bantuan modal yang diterima masing-masing nelayan memiliki hubungan dengan pola perilaku mereka dalam kerangka industrialisasi perikanan, khususnya ikan tuna. Perilaku ekonomi nelayan tersebut meliputi orientasi mutu (pemahaman dan penanganan ikan di atas kapal), adaptasi teknologi (adaptasi dan penggunaan teknologi guna mendukung peningkatan kualitas ikan), hubungan sosial (perilaku dan interaksi nelayan dengan lingkungan sosialnya), ketenagakerjaan (pola kerja nelayan), dan perilaku konsumsi nelayan (perilaku dalam mengonsumsi barang-barang di luar kebutuhan pokok).

Hubungan Bantuan Modal dengan Perilaku Ekonomi

Hubungan bantuan modal dengan perilaku ekonomi nelayan dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 for windows dengan model uji Rank-Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan nyata antara bantuan modal yang diberikan pihak luar dengan perilaku ekonomi nelayan. Bantuan modal digolongkan ke dalam tiga kategori, yakni bantuan rendah, bantuan sedang, dan bantuan tinggi. Hasil pengujian hubungan antara bantuan modal dengan perilaku ekonomi nelayan disajikan secara ringkas pada Tabel 14.

Tabel 14 Korelasi antara bantuan modal dengan perilaku ekonomi

Perilaku Ekonomi Bantuan Modal

P γγγγs Orientasi Mutu 0.033 0.337 Adaptasi Teknologi 0.043 0.322 Hubungan Sosial 0.026 0.351 Ketenagakerjaan 0.006 0.424 Perilaku Konsumsi 0.092 -0.270

Sumber: Data Primer diolah, 2013 Keterangan :

γs = koefisien korelasi P = nilai probabilitas

84

Pengujian hubungan jumlah tanggungan terhadap perilaku ekonomi dilakukan dengan uji statistik analisis Rank-Spearman sekaligus dengan variabel independen berupa bantuan modal dan variabel dependen terdiri atas orientasi mutu, adaptasi teknologi, hubungan sosial, ketenagakerjaan, dan perilaku konsumsi. Uji hipotesis pengaruh bantuan modal terhadap perilaku ekonomi nelayan dapat dijabarkan sebagai berikut:

H0 = Bantuan modal tidak berpengaruh terhadap perilaku ekonomi nelayan.

H1 = Bantuan modal berpengaruh terhadap perilaku ekonomi nelayan.

Hipotesis di atas akan diuji dengan melihat nilai signifikansi dari hasil pengujian dengan analisis Rank-Spearman. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik korelasi Rank-Spearman adalah jika nilai signifikansi (p) >0.05 maka terima H0, dan jika nilai

signifikansi (p) <0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Penjelasan lebih jauh mengenai

hubungan masing-masing aspek akan dijabarkan sebagai berikut.

Hubungan Bantuan Modal dengan Orientasi Mutu

Hasil uji statistik pada Tabel 14 menunjukkan bahwa bantuan modal nelayan dengan perilaku orientasi mutu berhubungan nyata dengan nilai signifikansi (p) = 0.033 dengan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = 0.337). Karena nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan positif antara

kedua variabel tersebut, yaitu semakin tinggi bantuan modal yang diterima, maka semakin tinggi perilaku orientasi. Bantuan yang didapat oleh para nelayan biasanya ada yang berupa uang, rumpon, ataupun alat tangkap. Bantuan modal yang diterima oleh nelayan dapat membantu memotivasi nelayan untuk meningkatkan kegiatan perikanannya, salah satunya dengan menjaga kualitas mutu ikan hasil tangkapannya lebih baik lagi. Dengan bantuan yang didapat pula, karakteristik usaha milik nelayan yang terkait dengan orientasi mutu seperti kualitas box penyimpanan dan pelindung matahari dapat diperbaiki dan ditingkatkan.

Hubungan Bantuan Modal dengan Adaptasi Teknologi

Hasil uji statistik pada Tabel 14 menunjukkan bahwa bantuan modal dengan perilaku adaptasi teknologi terbukti berhubungan nyata dengan nilai signifikansi (p) = 0.043 dengan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = 0.322). Karena nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan positif antara

kedua variabel tersebut, yaitu semakin tinggi bantuan modal yang diterima, maka semakin tinggi perilaku adaptasi teknologi. Hubungan antara kedua variabel tersebut tampaknya sudah sangat jelas. Bantuan modal yang diberikan dari pihak luar umumnya digunakan untuk membeli peralatan teknologi penangkapan ikan, atau dalam beberapa kasus bahkan bantuannya sendiri sudah diberikan dalam bentuk teknologi penangkapan ikan. Semakin tinggi bantuan modal yang diterima, maka kecenderungan peningkatan teknologi penangkapannya juga lebih tinggi. Hal ini akan berimplikasi pada kemauan dan kemampuan dari nelayan untuk bisa beradaptasi dengan teknologi dan lingkungannya.

Hubungan Bantuan Modal dengan Hubungan Sosial

Hasil uji statistik pada Tabel 14 menunjukkan bahwa bantuan modal dengan perilaku hubungan sosial terbukti berhubungan nyata dengan nilai signifikansi (p) = 0.026 dengan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = 0.351). Karena nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Karena nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima

85 yaitu semakin tinggi bantuan modal yang diterima nelayan, maka semakin tinggi perilaku hubungan sosial. Hubungan antara kedua variabel ini tampaknya tidak memiliki hubungan langsung yang cukup jelas. Secara tidak langsung hal ini mungkin saja dikarenakan penerimaan bantuan modal dari pihak luar lebih memotivasi para nelayan untuk bisa menjaga hubungan baik dengan sekitarnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanda terima kasih maupun pembentukan image nelayan itu sendiri di mata pihak luar.

Hubungan Bantuan Modal dengan Ketenagakerjaan

Hasil uji statistik pada Tabel 14 menunjukkan bahwa bantuan modal dengan perilaku ketenagakerjaan terbukti berhubungan nyata dengan nilai signifikansi (p) = 0.006 dengan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = 0.424). Karena nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Pada hubungan ini terlihat adanya hubungan positif antara

kedua variabel tersebut, yaitu semakin tinggi bantuan modal yang diterima, maka semakin tinggi perilaku ketenagakerjaannya. Hubungan antara kedua variabel ini umumnya dikarenakan bantuan modal yang diterima nelayan membuat pola kerja nelayan menjadi lebih baik.

Hubungan Bantuan Modal dengan Perilaku Konsumsi

Hasil uji statistik pada Tabel 14 menunjukkan bahwa bantuan modal dengan perilaku konsumsi memiliki nilai signifikansi (p) = 0.179. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0. Hal ini berarti bahwa bantuan modal yang diterima tidak memiliki hubungan

yang signifikan dengan perilaku ketenagakerjaan yang mereka lakukan. Hal ini dikarenakan, bantuan modal yang diterima oleh nelayan biasanya dikhususkan penggunaannya hanya pada peningkatan usaha nelayan, bukan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu bantuan yang diberikan, merupakan bantuan untuk beberapa orang atau kelompok yang melaut dalam satu kapal. Hal-hal tersebut yang membuat bantuan tersebut sulit dikaitkan dengan perilaku konsumsi yang dilakukan nelayan.

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK USAHA